Jakarta (ANTARA) - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memperkuat jejaring 80 labnya agar berstandar internasional, berkelanjutan, serta berbasis digital, guna mengantisipasi berbagai tantangan global serta agar menjadi otoritas terdaftar WHO (WHO-Listed Authority).
Kepala BPOM Taruna Ikrar mengatakan di Jakarta, Rabu, inisiatif tersebut adalah agar mereka semakin baik dalam melakukan evaluasi dan menjamin keamanan serta khasiat pangan dan obat-obatan. Dengan memperkuat jejaring lab, katanya, maturitas industri farmasi nasional bisa naik ke level keempat, yakni proaktif.
"Kita berharap tahun depan, ini tekad kami, kita sudah terdaftar ke WHO-Listed Authority atau WLA. Nah WLA ini tidak banyak negara bapak ibu, cuma ada 30 negara. Sekarang mudah-mudahan kita yang jadi yang ke-31," kata Taruna.
Dia menilai, dengan masuk ke WLA maka kualitas pelayanan laboratorium dan kualitas jaminan BPOM semakin baik. Selain itu, kata dia, ekonomi dan kesejahteraan rakyat secara keseluruhan juga akan meningkat.
Baca juga: BPOM ceases distribution of 415 thousand illegal imported cosmetics
Oleh karena itu, kata Taruna, mereka juga ingin melibatkan laboratorium lintas sektoral, seperti milik Kementerian Kesehatan, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), bahkan kampus-kampus dan pihak swasta, dalam upaya menguatkan jejaring.
"Baik yang ada di Fakultas Farmasi, Fakultas Kedokteran, maupun Fakultas Pangan atau bidang-bidang pangan ya, Fakultas Pertanian. Namun di lain sisi juga, kita ingin mengambil, tekad kita, kita akan bekerja sama secara global dan ada program untuk itu sebetulnya," dia menambahkan.
Dalam kesempatan itu, dia mengatakan bahwa terkait riset dan pengembangan produk medis canggih berbasis biologi (Advanced Therapy Medicinal Products/ATMPs), saat ini baru 42 dari 80 lab mereka yang siap menangani produk-produk seperti itu.
Baca juga: ITB : Risetnya buktikan migrasi BPA galon polikarbonat masih aman
Dia menilai, ATMPs adalah sebuah tren pengobatan yang dijamin menjadi sebuah keniscayaan. Adapun ilmu tersebut, katanya, melibatkan rekayasa sel, ada rekayasa genetik, ada rekayasa jaringan.
"Dan berdasarkan itulah kami sangat membutuhkan sentra-sentra penelitian, baik itu di kampus-kampus maupun di rumah sakit-rumah sakit di seluruh tanah air," dia menuturkan.
Kepala BPOM Taruna Ikrar mengatakan di Jakarta, Rabu, inisiatif tersebut adalah agar mereka semakin baik dalam melakukan evaluasi dan menjamin keamanan serta khasiat pangan dan obat-obatan. Dengan memperkuat jejaring lab, katanya, maturitas industri farmasi nasional bisa naik ke level keempat, yakni proaktif.
"Kita berharap tahun depan, ini tekad kami, kita sudah terdaftar ke WHO-Listed Authority atau WLA. Nah WLA ini tidak banyak negara bapak ibu, cuma ada 30 negara. Sekarang mudah-mudahan kita yang jadi yang ke-31," kata Taruna.
Dia menilai, dengan masuk ke WLA maka kualitas pelayanan laboratorium dan kualitas jaminan BPOM semakin baik. Selain itu, kata dia, ekonomi dan kesejahteraan rakyat secara keseluruhan juga akan meningkat.
Baca juga: BPOM ceases distribution of 415 thousand illegal imported cosmetics
Oleh karena itu, kata Taruna, mereka juga ingin melibatkan laboratorium lintas sektoral, seperti milik Kementerian Kesehatan, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), bahkan kampus-kampus dan pihak swasta, dalam upaya menguatkan jejaring.
"Baik yang ada di Fakultas Farmasi, Fakultas Kedokteran, maupun Fakultas Pangan atau bidang-bidang pangan ya, Fakultas Pertanian. Namun di lain sisi juga, kita ingin mengambil, tekad kita, kita akan bekerja sama secara global dan ada program untuk itu sebetulnya," dia menambahkan.
Dalam kesempatan itu, dia mengatakan bahwa terkait riset dan pengembangan produk medis canggih berbasis biologi (Advanced Therapy Medicinal Products/ATMPs), saat ini baru 42 dari 80 lab mereka yang siap menangani produk-produk seperti itu.
Baca juga: ITB : Risetnya buktikan migrasi BPA galon polikarbonat masih aman
Dia menilai, ATMPs adalah sebuah tren pengobatan yang dijamin menjadi sebuah keniscayaan. Adapun ilmu tersebut, katanya, melibatkan rekayasa sel, ada rekayasa genetik, ada rekayasa jaringan.
"Dan berdasarkan itulah kami sangat membutuhkan sentra-sentra penelitian, baik itu di kampus-kampus maupun di rumah sakit-rumah sakit di seluruh tanah air," dia menuturkan.