Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyampaikan bahwa program skrining kesehatan gratis pada 2025 yang dapat diakses oleh setiap individu pada hari ulang tahunnya akan berjalan paralel dengan skrining kesehatan BPJS yang mencakup 14 jenis penyakit.

“Jadi (skrining kesehatan) yang BPJS Kesehatan tetap, yang skrining ulang tahun juga tetap kita jalankan, karena skrining ulang tahun itu kan hanya satu kali setiap individu ulang tahun,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes Siti Nadia Tarmizi usai menghadiri Executive Meeting bersama YLKI di Jakarta, Selasa.

Dengan kedua program skrining berjalan secara bersamaan, ujar Nadia, maka masyarakat yang menjadi peserta BPJS Kesehatan, baik penerima bantuan iuran (PBI) maupun non-PBI, memiliki kesempatan tambahan untuk mendapatkan layanan skrining gratis pada hari ulang tahunnya.

Ia mengatakan program skrining gratis saat ulang tahun dijalankan dengan menggunakan anggaran pemerintah yakni melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Sehingga, program yang akan diluncurkan pada 2025 ini tidak masuk dalam skema BPJS Kesehatan.

Nadia mengatakan skrining gratis sekaligus menjadi wadah untuk membangun kesadaran masyarakat agar mereka selalu mengingat untuk memeriksakan kondisi kesehatannya setiap kali berulang tahun.

Masyarakat nantinya mendapatkan notifikasi untuk skrining kesehatan gratis saat berulang tahun melalui aplikasi Satu Sehat. Hasil pemeriksaan laboratorium kesehatan juga dapat diakses masyarakat di aplikasi tersebut sehingga lebih mudah jika ingin melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke rumah sakit rujukan.
 

“Ada sekitar 86 juta orang yang menggunakan aplikasi itu. Tetapi sejak COVID-19 berakhir, sudah banyak yang tidak meng-install itu lagi. Kita sekarang mengimbau untuk meng-install aplikasi itu, nanti reminder-nya di situ lewat aplikasi,” kata dia.

Menurut Nadia, Kemenkes terus menyempurnakan kesiapan puskesmas-puskesmas untuk menjalankan program skrining gratis ini termasuk kesiapan alat-alat medis serta kapasitas dokter umum yang bertugas di puskesmas.

Baca juga: Indonesia-Korsel bangun fasilitas fraksionasi plasma pertama di Indonesia

Namun secara umum, ia menyebutkan bahwa dokter umum telah memiliki kompetensi untuk melakukan skrining berangkat dari pengalaman skrining BPJS Kesehatan.

Sebagai informasi, skrining kesehatan BPJS Kesehatan mencakup 14 jenis penyakit antara lain skrining diabetes melitus, hipertensi, stroke, jantung, kanker serviks, kanker payudara, TBC, anemia, kanker paru, kanker usus, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), thalassemia, hipotiroid kongenital, dan skrining hepatitis. Skrining ini telah berjalan sejak beberapa tahun.

Sedangkan skrining kesehatan saat ulang tahun akan disesuaikan berdasarkan golongan usia. Untuk skrining balita, difokuskan pada deteksi penyakit bawaan lahir seperti hipotiroid kongenital. Adapun skrining remaja dengan usia di bawah 18 tahun meliputi pemeriksaan obesitas, diabetes, dan kesehatan gigi.

Kemudian, skrining dewasa difokuskan pada deteksi dini kanker, termasuk kanker payudara dan serviks, serta kanker prostat pada laki-laki. Sedangkan skrining lansia meliputi pemeriksaan alzheimer, osteoporosis, serta kesehatan umum terkait penuaan.

Baca juga: Program skrining kesehatan gratis jadi langkah maju pemerintah

Untuk skrining kanker, Kemenkes juga tengah mendorong kerja sama dengan dokter spesialis melalui perhimpunan untuk melatih para tenaga kesehatan di puskesmas agar mereka mampu melakukan skrining kanker yang masuk dalam program.

Skrining kanker payudara itu mau pakai USG, katanya sedang dilakukan kerja sama dengan ahli radiologi untuk melatih teman-teman puskesmas agar mampu. Tapi sudah ada pemeriksaan ‘Sadanis’ (secara fisik) yang memang sudah semua bisa dilakukan, itu sudah jalan.

"Tinggal latihan pemeriksaan payudara menggunakan USG, itu yang sedang kita jalankan. Kalau skrining HPV DNA (untuk kanker serviks), ini sambil on going proses pelatihan. Cuma ambil sampel (HPV DNA), kirim ke laboratorium karena memang harus diperiksa di lab kabupaten/kota atau provinsi,” kata Nadia.

 


Pewarta : Rizka Khaerunnisa
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024