Jakarta (ANTARA) - Presiden RI Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menyepakati sejumlah hal terkait dengan perubahan iklim, transisi energi, dan pembangunan berkelanjutan dalam pertemuan kedua pemimpin itu di London, Inggris, Kamis.
Poin-poin kesepakatan itu diutarakan dalam keterangan bersama kedua pemimpin, yang dipublikasi oleh Kantor Perdana Menteri Inggris melalui laman www.gov.uk, yang dikutip di Jakarta, Kamis.
Dalam keterangan itu disebutkan bahwa untuk mengatasi krisis iklim dan alam, Prabowo dan PM Starmer menggarisbawahi komitmen untuk menjaga target suhu 1,5 derajat tetap tercapai, termasuk melalui Nationally Determined Contributions (NDC) yang ambisius pada bulan Februari 2025.
Kedua pemimpin juga menegaskan kembali komitmen untuk mempercepat pencairan pendanaan melalui Kemitraan Transisi Energi yang Berkeadilan Indonesia (JETP) untuk memastikan kontribusi positif terhadap target Net-Zero di Indonesia. Adapun Indonesia menyambut baik dukungan Inggris terhadap transisi hijau di Indonesia.
Baca juga: Presiden Prabowo tiba di Inggris bangkitkan semangat diaspora pelajar
Kedua pemimpin berharap dapat memperdalam kerja sama di bidang infrastruktur berkelanjutan, berdasarkan rekam jejak kedua negara yang sudah mapan dalam memanfaatkan infrastruktur ramah lingkungan untuk mendorong pertumbuhan berkelanjutan.
Prabowo dan Starmer juga sepakat untuk mengadakan dialog kebijakan tingkat tinggi mengenai desain dan implementasi penetapan harga karbon guna mendukung pengembangan pasar pendanaan karbon Indonesia dan mendorong transisi ramah lingkungan di Indonesia.
Baca juga: Prabowo tiba di Inggris penuhi undangan Raja Charles III
Kedua pemimpin juga turut menegaskan kembali pentingnya kemitraan dalam melindungi hutan dan memerangi degradasi laut, baik untuk mengurangi emisi dan melindungi lingkungan, sekaligus mendukung mata pencaharian.
Prabowo dan PM Inggris juga menegaskan kembali komitmen untuk mempercepat pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), termasuk manajemen risiko bencana, ekonomi rendah karbon, serta mempersempit kesenjangan digital dan teknologi.