Mataram (Antaranews NTB - Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat mengusulkan dana sebesar Rp86 miliar untuk kegiatan revitalisasi kawasan Ampenan sebagai bagian dari kota pusaka di daerah ini.
"Rencananya usulan tersebut kita ajukan hari ini ke United Nations Development Programme (UNDP). Dana tersebut dalam bentuk bantuan dan kami optimistis dapat terakomodasi," kata Kepala Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Mataram Ir Amirudin, M.Si di Mataram, Rabu.
Menurutnya, anggaran tersebut direncanakan untuk melakukan revitalisasi kawasan Ampenan di antaranya penataan kembali bangunan-bangunan tua bersejarah yang rusak akibat gempa bumi dengan tetap mempertahankan ke khasanya.
Dengan demikian, Kota Tua Ampenan bisa terlihat lebih rapi, tertata dan representatif sebagai salah satu destinasi wisata seperti kota tua-kota tua di daerah lain.
Selain tu, dilakukan penataan pada kawasan Pantai Ampenan sebagai salah satu destinasi wisata pendukung Kota Tua Ampenan.
"Pada prinsipnya, dalam kegiatan penataan ke depan kita akan mengembalikan citra pusaka Kota Tua Ampenan," ujarnya.
Amiirudin mengatakan, dalam program revitalisasi kawasan Kota Tua Ampenan, tantangan terberat yang dihadapi pemerintah kota salah satunya bangunan-bangunan bersejarah itu merupakan milik pribadi bukan aset pemerintah kota.
"Karena itu, dalam upaya penataan pemerintah kota harus bekerja ekstra untuk melakukan sosialisasi dan pendekatan kepada pemilik agar mau mendukung serta bekerja sama dengan pemerintah," katanya.
Wakil Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana sebelumnya mengatakan, kegiatan restorasi sejumlah bangunan di Kota Tua Ampenan yang terdampak gempa bumi sebagai upaya mempertahankan ikon destinasi wisata.
"Sejumlah bangunan tua yang rusak akibat gempa bumi segera kita perbaiki, dan akan mengembalikannya sesuai dengan bentuk semula agar ciri khas kota tua tersebut tidak hilang," katanya.
Akibat gempa bumi yang terjadi di daerah ini pada bulan Agustus 2018, sejumlah bangunan ikon Kota Tua Ampenan, mengalami rusak berat bahkan beberapa bangunan kini disangga menggunakan kayu dan bambu sehingga dikhawatirkan jika ada gempa susulan bangunan akan roboh total dan ikon kota tua bisa hilang.
Mohan mengatakan, untuk melakukan restorasi terhadap bangunan-bangunan bersejarah tersebut, pemerintah kota segera melakukan koordinasi dengan pemilik bangunan.
Tujuannya, agar pemilik bangunan tidak melakukan perbaikan sendiri apalagi sampai memiliki rencana lain dengan merubah ciri khas Kota Tua Ampenan.
Karenanya, untuk mempertahankan salah satu ikon Kota Mataram tersebut pemerintah kota akan mengalokasikan anggaran khusus agar bentuk bangunan paling tidak bagian depan bisa tetap dipertahankan.
"Bangunan yang mengalami rusak berat di bagian depan, akan kita bangun kembali berdasarkan catatan dan dokumentasi yang ada sehingga ciri khasnya tidak hilang," ujarnya.
"Rencananya usulan tersebut kita ajukan hari ini ke United Nations Development Programme (UNDP). Dana tersebut dalam bentuk bantuan dan kami optimistis dapat terakomodasi," kata Kepala Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Mataram Ir Amirudin, M.Si di Mataram, Rabu.
Menurutnya, anggaran tersebut direncanakan untuk melakukan revitalisasi kawasan Ampenan di antaranya penataan kembali bangunan-bangunan tua bersejarah yang rusak akibat gempa bumi dengan tetap mempertahankan ke khasanya.
Dengan demikian, Kota Tua Ampenan bisa terlihat lebih rapi, tertata dan representatif sebagai salah satu destinasi wisata seperti kota tua-kota tua di daerah lain.
Selain tu, dilakukan penataan pada kawasan Pantai Ampenan sebagai salah satu destinasi wisata pendukung Kota Tua Ampenan.
"Pada prinsipnya, dalam kegiatan penataan ke depan kita akan mengembalikan citra pusaka Kota Tua Ampenan," ujarnya.
Amiirudin mengatakan, dalam program revitalisasi kawasan Kota Tua Ampenan, tantangan terberat yang dihadapi pemerintah kota salah satunya bangunan-bangunan bersejarah itu merupakan milik pribadi bukan aset pemerintah kota.
"Karena itu, dalam upaya penataan pemerintah kota harus bekerja ekstra untuk melakukan sosialisasi dan pendekatan kepada pemilik agar mau mendukung serta bekerja sama dengan pemerintah," katanya.
Wakil Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana sebelumnya mengatakan, kegiatan restorasi sejumlah bangunan di Kota Tua Ampenan yang terdampak gempa bumi sebagai upaya mempertahankan ikon destinasi wisata.
"Sejumlah bangunan tua yang rusak akibat gempa bumi segera kita perbaiki, dan akan mengembalikannya sesuai dengan bentuk semula agar ciri khas kota tua tersebut tidak hilang," katanya.
Akibat gempa bumi yang terjadi di daerah ini pada bulan Agustus 2018, sejumlah bangunan ikon Kota Tua Ampenan, mengalami rusak berat bahkan beberapa bangunan kini disangga menggunakan kayu dan bambu sehingga dikhawatirkan jika ada gempa susulan bangunan akan roboh total dan ikon kota tua bisa hilang.
Mohan mengatakan, untuk melakukan restorasi terhadap bangunan-bangunan bersejarah tersebut, pemerintah kota segera melakukan koordinasi dengan pemilik bangunan.
Tujuannya, agar pemilik bangunan tidak melakukan perbaikan sendiri apalagi sampai memiliki rencana lain dengan merubah ciri khas Kota Tua Ampenan.
Karenanya, untuk mempertahankan salah satu ikon Kota Mataram tersebut pemerintah kota akan mengalokasikan anggaran khusus agar bentuk bangunan paling tidak bagian depan bisa tetap dipertahankan.
"Bangunan yang mengalami rusak berat di bagian depan, akan kita bangun kembali berdasarkan catatan dan dokumentasi yang ada sehingga ciri khasnya tidak hilang," ujarnya.