Mataram (ANTARA) - "Dalam sepak bola, Anda memiliki musuh, di dalam film musuh adalah diri Anda sendiri." Eric Cantona
Sorak-sorai pada tribun Stadion Gelora Bung Karno (GBK) menghiasi lagu Indonesia Pusaka, Tanah Airku dan gema takbiran pada laga Indonesia versus China. Poster-poster stimulan psiko kekompakan terpasang pada bus, tertempel pula pada kamar ganti dari pemain. Dalam poster itu, terdapat gambar para pemain memeluk, membentuk lingkaran utuh dengan kegembiraan serta semangat optimistik. Tertera: We stand together, we play as one.
Patrick Kluivert dapat bernapas lega, lantaran skuadnya Timnas Indonesia beroleh poin maksimal dengan tanpa kebobolan. Tak kurang, apresiasi langsung berasal dari Presiden Prabowo. Dalam suatu pertemuan hangat selepas memenangkan pertandingan di Stadion GBK, Presiden memberikan jam tangan merk terkenal kepada seluruh pemain Timnas dan officialnya. Suatu apresiasi gembira, untuk terus berprestasi lagi.
Dari sudut berbeda, sebagai penyaksi kemenangan Skuad Garuda via televisi saya termasuk yang melega, sekaligus berbangga atas keciamikan asis dan operan dari pemain seniorita Ricky Kambuaya. Tampilannya melancarkan laju bola ke kawasan lawan. Adanya penalti itu pun hasil dari depakan pemain belakang China atas penguasaan bola yang dimainkan Ricky Kambuaya sehingga mengharuskan wasit Rustam Lutfullin dari Uzbekistan untuk menyimak VAR berkali-kali, kemudian meniup lipri: penalti.
Lain pula yang dilakukan kapten keseblasan Jay Idzes yang menjadi garda atas protes-protes para pemain China yang memecah konsentrasi dengan beradu argumen kepada wasit. Cara-cara seperti lazim, sebagai upaya untuk memblurkan keadaan. Di sini kepiawaian kapten keseblasan membuktikan. Apa pelak, ketika telah selesai, bola diserahkan dari Jay Idzes ke Ole Romeny. Tak sia-sia, bertuah gol fantastik. Kiper Wang Dalei ke arah kanan gawang, sementara lesatan bola Romeny melesat perlahan ke arah kiri dari gawang. Saat itu skor berubah, dan menang.
Ada lagi Beckham Putra, pemain yunior potensial yang dipasang oleh pelatih Patrick Kluivert. Dalam debut pertamanya di Timnas, Beckham Putra bermain relatif ciamik. Artinya, regenerasi dari yunior ke jenjang seniorita telah terjadi dan berada padu pada Skuad Garuda. Ricky Kambuaya sempat berkomentar pada satu wawancara menyatakan bersepakbola, pokoknya jangan sampai putus asa, jangan sampai menyesal, jangan sampai menyerah, bisa drop bisa jatuh terus. Jadi walau bermain sedikit, walau cadangan pun, berjuang berusaha terus, di situlah momennya. Semangat lagi. Komentar tersebut memberikan stimulan bagi pemain lainnya.
Seperti kata Pemain Bintang Bola Eric Cantona "Dalam sepak bola, Anda memiliki musuh, di dalam film musuh adalah diri Anda sendiri" (bola.net). Musuh tim dalam bola, lawan timnya. Berjuang untuk menang dan akhir dari suatu pengulangan-pengulangan dan berpuncak pada keunggulan juara. Bola mengelola seni ketangkasan yang memadukan talenta lapangan dan strategi pikiran taktikal, psikososial yang digerakkan ke medan lapangan secara sportif.
Ketika ngobrol lepas dengan Bung Edo, kawan sekantor saat break bersama kawan lainnya. Fase ke-3, sudah bisa dipastikan yang lolos Piala Dunia adalah Jepang. Sementara tim satunya lagi menanti pertandingan Arab Saudi versus Australia. Itu pun Arab Saudi mesti menang selisih lima gol. Bagi tim yang kalah antara Arab Saudi versus Australia, tandom dengan Skuad Garuda untuk kualifikasi fase ke-4.
Dalam perspektif yang mirip-mirip kendati tak sama. Kita ingat pertandingan Happy Comeback ala Champions, antara Barcelona dengan Paris Saint Germany (PSG) yang tertinggal empat gol pada pertandingan sebelumnya. Ketika bermain di Camp Nou pada leg ke-2, langsung unggul 6-1. Dengan agregat 6-5, Barca yang lebih berhak lolos 16 besar Champions 2016/2017. Apakah pola itu terulang dan bisa dialami Arab Saudi yang butuh menang dengan selisih lima gol? Nampaknya sulit.
Bagaimana dengan pertandingan Jepang-Indonesia? Jepang terlampau tangguh. Tampaknya, kita mesti mengakui kecekatan Tim Samurai Biru. Apabila Skuad Garuda bisa unggul itu keajaiban. Suatu keajaiban bola tangkas yang memang bisa saja terjadi. Filosofi bola bundar, semua bisa terjadi. Dulu, pada road to Pildun 2018, Kroasia tim Kuda Hitam yang tidak diunggulkan pernah dalam sejarah mengalahkan Portugal, Argentina, hingga Brazil. Kendati mesti kandas oleh Tim L'Equipe Tricolore Prancis. Jepang yang secara statistik peringkat 15 FIFA jauh di atas Indonesia yang menempati peringkat ke-117.
Selama bertanding dengan Tim Jepang, Timnas tidak pernah menang, kecuali sekali seri (1989). Kalah menang Jepang otomatis ke ajang Pildun 2026. Begitu pula Indonesia, kalah menang lolos ke kualifikasi fase ke-4. Tentu, kemenangan lebih baik diraih, untuk memantapkan positioning dalam penentuan grup selanjutnya. Apa pun itu, kita layak bergembira. Kini, bola Timnas bergeser bergerak menuju kualifikasi fase ke-4. Skuad Garuda berjaya, menuju (kualifikasi) piala dunia.
*) Penulis adalah Kolumnis dan Penonton Bola