Lombok Tengah (ANTARA) - Sebanyak 40 dari 154 desa dan kelurahan di Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi lokus penanganan atau penurunan stunting di tahun anggaran 2025.
"Sebanyak 40 desa yang menjadi lokus stunting itu tersebar di 12 kecamatan di Lombok Tengah," kata Sekretaris Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan KB Lombok Tengah Kusriadi di Lombok Tengah, Selasa.
Ia mengatakan tahun 2024 jumlah desa yang menjadi lokus stunting ada 17 dan di 2025 ini meningkat 40 desa dan di 2026 juga pasti ada perubahan.
Penentuan lokus stunting dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah keluarga berisiko stunting, jumlah kasus stunting, serta prevalensi stunting.
"Langkah ini untuk mempercepat penurunan stunting di Lombok Tengah," katanya.
Baca juga: Lombok Tengah luncurkan program ayam petelur turunkan stunting
Program lain yang dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah adalah penandatanganan pakta integritas bersama kepala desa, camat dan puskesmas dalam rangka memperkuat komitmen bersama dalam percepatan penurunan stunting.
"Hal ini bentuk komitmen dan kolaborasi bersama dalam menurunkan angka stunting di Lombok Tengah," kata Wakil Bupati Lombok Tengah HM Nursiah.
Ia mengatakan penurunan stunting bukan hanya tugas pemerintah kabupaten, melainkan pemeriksaan desa diharapkan tetap intens melaksanakan berbagai program dalam mempercepat penurunan stunting 14 persen sesuai dengan target pemerintah pusat.
"Semoga kolaborasi ini dapat mempercepat penurunan stunting di Lombok Tengah," katanya.
Baca juga: Program Genting turunkan stunting di Lombok Tengah
Ia mengatakan jumlah kasus stunting di Lombok Tengah hingga November memang mengalami penurunan dari 10,98 persen menjadi 9,28 persen.
Program yang dilaksanakan telah menunjukkan hasil signifikan, namun penurunan stunting hingga nol harus tetap dilaksanakan untuk mewujudkan Indonesia emas 2045.
"Hasil ini merupakan kolaborasi semua pihak, termasuk pemerintah desa dan masyarakat," katanya.
Ia mengatakan kendala yang dihadapi dalam penurunan stunting adalah pola asuh dan masih terjadi kasus pernikahan anak.
Oleh karena itu, diharapkan semua pihak bisa memberikan edukasi kepada masyarakat untuk mencegah terjadinya pernikahan anak.
"Pencegahan pernikahan anak dan penambahan gizi tetap menjadi prioritas dalam penurunan stunting," katanya.
Baca juga: Lombok Tengah perkuat komitmen dalam penurunan stunting
Baca juga: Cegah stunting, Warga Lombok Tengah diedukasi gemar makan ikan
Baca juga: Wabup sebut Stunting di Lombok Tengah di angka satu digit
Baca juga: Lombok Tengah perkuat kolaborasi percepatan penurunan stunting