Mataram (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mendorong percepatan hilirisasi industri ayam terintegrasi agar daging ayam tidak lagi dipasok dari luar daerah.
"Kami menargetkan terbentuknya ekosistem peternakan yang kuat skala provinsi dengan memperhatikan rantai pasok, logistik, dan kemampuan menyerap produksi lokal," kata Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal dalam pernyataan di Mataram, Rabu.
Iqbal meminta seluruh dinas terkait di kabupaten/kota segera memetakan potensi wilayah masing-masing, termasuk ketersediaan lahan untuk kandang maupun area produksi pakan.
Ia juga menekankan bahwa kajian logistik menjadi faktor penting agar pengembangan industri ayam dapat berjalan efisien dan kompetitif.
"Kami berusaha mengembangkan pada skala provinsi dengan mempertimbangkan berbagai hal, terutama rantai pasok dan transportasi secara logistik memungkinkan atau tidak," ucap Iqbal.
Baca juga: Investasi peternakan ayam di NTB senilai Rp150 miliar
Lebih lanjut dia berharap kolaborasi antar daerah dapat segera memastikan ketersediaan lahan dan bahan baku pakan, sehingga terbentuk ekosistem industri ayam terintegrasi yang mampu meningkatkan ekonomi lokal.
Selama ini kebutuhan daging ayam di Nusa Tenggara Barat harus didatangkan dari Bali dan Jawa Timur. Kondisi itu membuat harga daging ayam cenderung fluktuatif akibat keterbatasan stok dari peternak lokal.
Baca juga: Lombok Tengah luncurkan program ayam petelur turunkan stunting
Badan Pusat Statistik menyebut jumlah produksi daging ayam buras di Nusa Tenggara Barat mencapai 2,96 juta ton pada tahun 2024.
Sejak program Makan Bergizi Gratis (MBG) berjalan, harga daging ayam menjadi mahal. Dinas Perdagangan NTB mencatat harga rata-rata daging ayam Rp41.100 per kilogram pada 26 November 2025.