Mataram (ANTARA) - Promosi budaya yang dilakukan NTB melalui parade Lombok-Sumbawa di Car Free Day Malang menunjukkan bahwa strategi memperkenalkan identitas daerah kini bergerak melampaui ruang-ruang formal. 

Pemilihan Malang sebagai lokasi promosi sekaligus mendukung konektivitas udara baru Lombok-Malang-Yogyakarta menegaskan bahwa budaya tidak hanya diposisikan sebagai tontonan, tetapi sebagai instrumen penguatan pariwisata dan ekonomi. 

Langkah ini sejalan dengan kebutuhan daerah untuk memperluas pasar wisatawan dan memastikan keberlanjutan rute penerbangan yang menjadi penghubung penting bagi pertumbuhan sektor pariwisata.

Upaya NTB membangun citra budaya bukan hal baru. Sejak 2015, Bulan Budaya Lombok Sumbawa digelar untuk menghadirkan rangkaian kegiatan seni, tenun, hingga pertunjukan rakyat dengan harapan menyaingi festival besar nasional. 

Festival tenun yang rutin digelar pun menjadi pengingat bahwa wastra lokal bukan sekadar produk, tetapi kehidupan. Ribuan penenun bergantung pada keterampilan ini, sementara UMKM fashion terus mencoba berinovasi agar tenun tetap relevan di pasar modern. Data tersebut menegaskan bahwa kebudayaan Lombok dan Sumbawa memiliki peran langsung dalam menggerakkan ekonomi keluarga.

Namun pola promosi budaya yang mengandalkan keramaian publik menghadapi tantangan baru. Banyaknya kegiatan tidak selalu sebanding dengan besarnya pengaruh terhadap citra daerah. 

Daerah lain menunjukkan bahwa kunci keberhasilan bukan pada jumlah acara, melainkan kekuatan kurasi dan konsistensi narasi. NTB perlu memperkuat pendekatan ini. 

Budaya Lombok dan Sumbawa yang kaya harus dikemas dengan cerita yang utuh agar mudah diingat dan lebih kuat bersaing di tingkat nasional.

Promosi budaya juga harus memenuhi unsur edukasi, pemberdayaan, dan keberlanjutan. Festival yang menggabungkan pelatihan UMKM serta desain produk mengandung nilai edukatif yang memperlengkapi masyarakat, bukan hanya menampilkan hasil akhir. 

Pemberdayaan hadir ketika masyarakat lokal dilibatkan sebagai pemilik pengetahuan dan pelaku utama. Sementara keberlanjutan tampak ketika promosi budaya dikaitkan dengan pembangunan akses seperti rute udara baru. Konektivitas yang baik akan mendukung peningkatan kunjungan wisatawan dan memperkuat dampak ekonomi jangka panjang.

Melihat dinamika ini, ada beberapa langkah yang perlu diperkuat. Pertama, konsolidasi kalender budaya agar NTB memiliki ikon tahunan yang konsisten dan mudah dipromosikan. 

Kedua, penguatan ekosistem kreatif melalui pelatihan dan inkubasi yang merata hingga ke desa-desa penghasil tenun. Ketiga, promosi di kota-kota dengan potensi pasar besar harus dilanjutkan untuk memperkuat hubungan antara budaya dan mobilitas wisatawan. 

Keempat, promosi budaya perlu terus menanamkan rasa cinta kepada Indonesia melalui pengenalan kekayaan lokal sebagai bagian dari identitas nasional.

Promosi budaya Lombok-Sumbawa tidak boleh berhenti pada kemeriahan panggung. Ia harus memantik kesadaran bahwa budaya adalah kekuatan sosial dan ekonomi. 

Ketika masyarakat ditempatkan sebagai subjek, tradisi akan hidup dan berkembang mengikuti zaman. Masa depan promosi budaya NTB terletak pada seberapa dalam ia berakar pada masyarakat, bukan pada seberapa besar panggung yang ditampilkan. 

Dengan langkah yang lebih terarah dan inklusif, cahaya budaya Lombok-Sumbawa akan terus menjadi ruang yang memperkuat jati diri daerah sekaligus memperkaya khazanah Indonesia.

Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Koruptor: Orang berilmu yang serakah
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Mandalika di bawah ancaman tambang liar
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Korupsi PPJ dan krisis tata kelola di Lombok Tengah
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Bara yang meletup di lintas Bima-Sumbawa
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - LCC dan jejak tata kelola yang hilang
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Kasus NCC dan warisan kelalaian
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Menakar ulang keadilan di kasasi Agus
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Rumah rakyat NTB di tengah badai gratifikasi
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Mencari keseimbangan pembangunan NTB
Baca juga: Buku 'Dari Api ke Aksara' lahir dari ruang redaksi ANTARA NTB


Pewarta : Abdul Hakim
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2025