17 ekor burung maleo dilepasliarkan di Suaka Margasatwa Bakiriang

Jumat, 30 Agustus 2019 14:13 WIB

Mataram (ANTARA) -  Sebanyak 17 ekor burung maleo (Macrocephalon maleo) hasil penangkaran yang dilakukan PT Donggi Senoro LNG (DSLNG), dilepasliarkan ke habitatnya di Taman Suaka Margasatwa Bakiriang, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.

Siaran pers PT DSLNG yang dikutip di Palu, Jumat, menyebutkan bahwa pelepasliaran yang juga untuk memperingati Hari Bumi, 22 April 2019 tersebut, merupakan tradisi sejak penangkaran maleo dimulai pada 2013.

Pelepasliaran satwa endemik Sulawesi yang terancam punah itu dilakukan bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah.

Secara keseluruhan, DSLNG telah melepasliarkan 85 anakan maleo hasil konservasi ex situ.

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) No. 180/IV-KKH/2015, populasi burung maleo di alam diperkirakan tersisa kurang dari 600 ekor. Untuk itu, pemerintah menargetkan pertumbuhan populasi maleo 10 persen atau 55 ekor dalam setiap lima tahun atau 11 ekor setiap tahun.

Melalui konservasi ex situ, DSLNG menjadi perusahaan swasta pertama yang turut berperan penting dalam upaya peningkatan populasi itu.

CSR Manager DSLNG Pandit Pranggana mengemukakan upaya konservasi maleo oleh DSLNG wujud komitmen perusahaan untuk ikut menjaga dan melestarikan lingkungan hidup.

"Dengan pelepasliaran anakan maleo hasil konservasi, perusahaan turut membantu upaya peningkatan populasi maleo di alam melebihi target yang ditetapkan pemerintah," ujarnya.

Pusat konservasi ex situ maleo didirikan pada 2013 di lokasi kilang LNG Donggi Senoro untuk membantu pemerintah meningkatkan populasi satwa yang menjadi salah satu ikon Sulawesi itu.

Sejak program konservasi dijalankan, DSLNG telah melepasliarkan 85 anakan maleo hasil konservasi dari telur-telur sitaan yang diserahkan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah.

Telur-telur sitaan itu kemudian diinkubasi hingga menetas dan tumbuh di kandang-kandang yang tersedia di Maleo Center. Anakan Maleo yang berumur 2-3 bulan itu kemudian dilepasliarkan ke habitat alaminya.

Selain sebagai fasilitas konservasi, Maleo Center DSLNG yang dikembangkan atas kerja sama dengan ahli dari Univbersitas Tadulako Palu itu, juga menjadi sarana edukasi lingkungan bagi pelajar, mahasiswa, dan masyarakat luas.

Pewarta : Antara
Editor : Ihsan Priadi
Copyright © ANTARA 2024

Terkait

Ombudsman segera merampungkan investigasi dugaan malaadministrasi Marapi

06 January 2024 9:26 Wib

BKSDA Maluku amankan 5 kilogram satwa teripang susu

08 December 2023 5:10 Wib

Komnas HAM sebut tiga dugaan pelanggaran dalam konflik manusia dan gajah

06 December 2023 19:54 Wib

BKSDA Kaltim memindahkan "Riska" dan dua buaya

25 November 2023 6:04 Wib

BKSDA Riau bekali kader konservasi Margasatwa

19 November 2023 6:24 Wib
Terpopuler

Pemprov NTB tanggapi soal penetapan Direktur PT GNE sebagai tersangka

Kabar NTB - 02 May 2024 20:05 Wib

Polda NTB tetapkan direktur GNE Samsul Hadi tersangka kasus penyediaan air bersih

Hukum Kriminal - 01 May 2024 6:53 Wib

Tiket tur konser Sheila On 7 lima kota habis

Budaya & Pariwisata - 01 May 2024 19:45 Wib

Kejari Dompu-NTB periksa 20 saksi kasus korupsi proyek irigasi

Kabar NTB - 04 May 2024 8:19 Wib

Kejaksaan: Penanganan korupsi Bank NTB Syariah masih tahap pengumpulan data

Kabar NTB - 30 April 2024 16:39 Wib