Mataram (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengadakan kampanye gemar makan ikan (Gemarikan) dalam rangka mendukung program nasional penanganan "stunting" atau anak tumbuh kerdil dan gerakan masyarakat hidup sehat di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.
"Angka stunting bisa diturunkan dengan gemar makan ikan," kata Direktur Pemasaran, Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP, Machmud, di sela kegiatan kampanye Gemarikan di Desa Penimbung, Lombok Barat, Rabu.
Stunting adalah sebuah kondisi di mana tinggi badan seseorang jauh lebih pendek dibandingkan tinggi badan orang seusianya. Penyebab utama stunting adalah kekurangan gizi kronis sejak bayi dalam kandungan hingga masa awal anak lahir yang biasanya tampak setelah anak berusia 2 tahun.
Menurut Machmud, tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia secara rata-rata dinilai masih rendah. Untuk itu, KKP terus gencar melakukan kampanye Gemarikan.
Dalam kesempatan itu, Machmud mengajak masyarakat NTB, khususnya di Kabupaten Lombok Barat, memperbanyak konsumsi ikan.
"Sebab, ikan sebagai sumber protein hewani terbaik untuk pemenuhan gizi keluarga serta bagus untuk kesehatan dan pertumbuhan anak," ujarnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Lombok Barat Hj Sumiatun mengatakan, pihaknya juga terus bergerak menekan angka kasus stunting. Salah satunya dengan menyosialisasikan gemar makan ikan di setiap kesempatan.
Dengan keterlibatan seluruh sektor termasuk peran Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Kabupaten Lombok Barat mampu menurunkan angka kasus stunting secara signifikan.
Kabupaten Lombok Barat bahkan terpilih menjadi salah satu daerah percontohan penurunan stunting di Indonesia.
Pada 2016, Kabupaten Lombok Barat mampu menurunkan angka stunting sebanyak 16 poin, yakni dari 49 persen menjadi 32 persen. Data Februari 2019, angka kasus stunting berhasil ditekan menjadi 25 persen.
"Itu karena kerja keras semua pihak untuk menurunkan angka stunting di Kabupaten Lombok Barat," katanya.
Ia menyebutkan angka stunting di Kabupaten Lombok Barat terus menurun signifikan dilihat dari 10 desa yang menjadi locus.
Contohnya, di Desa Mambalan, dan Desa Penimbung. Dari tahun 2018, angka stunting di dua desa itu cukup tinggi, yakni 41,02 persen dan 30,20 persen. Sementara pada 2019, turun menjadi 8,99 persen dan 15,72 persen.
"Pemerintah Lombok Barat kembali memperluas locus prioritas stunting menjadi 20 desa pada 2019," ucap Sumiatun.
"Angka stunting bisa diturunkan dengan gemar makan ikan," kata Direktur Pemasaran, Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP, Machmud, di sela kegiatan kampanye Gemarikan di Desa Penimbung, Lombok Barat, Rabu.
Stunting adalah sebuah kondisi di mana tinggi badan seseorang jauh lebih pendek dibandingkan tinggi badan orang seusianya. Penyebab utama stunting adalah kekurangan gizi kronis sejak bayi dalam kandungan hingga masa awal anak lahir yang biasanya tampak setelah anak berusia 2 tahun.
Menurut Machmud, tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia secara rata-rata dinilai masih rendah. Untuk itu, KKP terus gencar melakukan kampanye Gemarikan.
Dalam kesempatan itu, Machmud mengajak masyarakat NTB, khususnya di Kabupaten Lombok Barat, memperbanyak konsumsi ikan.
"Sebab, ikan sebagai sumber protein hewani terbaik untuk pemenuhan gizi keluarga serta bagus untuk kesehatan dan pertumbuhan anak," ujarnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Lombok Barat Hj Sumiatun mengatakan, pihaknya juga terus bergerak menekan angka kasus stunting. Salah satunya dengan menyosialisasikan gemar makan ikan di setiap kesempatan.
Dengan keterlibatan seluruh sektor termasuk peran Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Kabupaten Lombok Barat mampu menurunkan angka kasus stunting secara signifikan.
Kabupaten Lombok Barat bahkan terpilih menjadi salah satu daerah percontohan penurunan stunting di Indonesia.
Pada 2016, Kabupaten Lombok Barat mampu menurunkan angka stunting sebanyak 16 poin, yakni dari 49 persen menjadi 32 persen. Data Februari 2019, angka kasus stunting berhasil ditekan menjadi 25 persen.
"Itu karena kerja keras semua pihak untuk menurunkan angka stunting di Kabupaten Lombok Barat," katanya.
Ia menyebutkan angka stunting di Kabupaten Lombok Barat terus menurun signifikan dilihat dari 10 desa yang menjadi locus.
Contohnya, di Desa Mambalan, dan Desa Penimbung. Dari tahun 2018, angka stunting di dua desa itu cukup tinggi, yakni 41,02 persen dan 30,20 persen. Sementara pada 2019, turun menjadi 8,99 persen dan 15,72 persen.
"Pemerintah Lombok Barat kembali memperluas locus prioritas stunting menjadi 20 desa pada 2019," ucap Sumiatun.