Jakarta (ANTARA) - Donavar Brazier menjadi pelari Amerika Serikat pertama yang berhasil merengkuh gelar juara dunia 800 m putra pada Kejuaraan Dunia Atletik 2019 di Doha, Qatar, Selasa (Rabu WIB).
Pelari berusia 22 tahun yang pertama kalinya mencapai partai final dalam sebuah kejuaraan dunia itu berhasil menyusul Wesley Vazquez dari Puerto Rico pada 300 meter menjelang finis untuk memenangi podium teratas dengan catatan waktu 1 jam 42 menit 34 detik.
Pelari Bosnia Amel Tuka meraih medali perak, yang merupakan pencapaian terbaik untuk negaranya, setelah mencetak waktu 1 jam 43 menit 47 detik, sementara medali perunggu diraih oleh pelari Kenya Ferguson Cheruiyot Rotich yang mencatatkan waktu 1 jam 43 menit 82 detik.
Ketika disinggung soal Salazar, Brazier mengatakan bahwa dirinya sama sekali tidak terganggu dengan pelatih lari AS yang tengah terkena kasus pelanggaran doping itu. "Tidak (terganggu) sama sekali. Dia juga bukan pelatih saya," katanya seperti dikutip Reuters.
"Komunikasi saya dengannya selama ini berjalan baik. Saya menyukai dia, dia pria yang keren. Saya sangat senang bisa juara dan mendapat medali emas hari ini."
Sebelumnya, Brazier dikeluarkan dari timnas AS pada Olimpiade Rio 2016 dan tersingkir dari babak semifinal dalam kejuaraan dunia di London dua tahun yang lalu.
"Saya selalu mengatakan bahwa tujuan saya adalah meraih emas dan memecahkan rekor, dan itu lah yang saya lakukan. (Hasil) ini sangat berarti bagi saya, menjadi juara dunia di usia 22 tahun. Saya tidak mempercayainya."
Pelari berusia 22 tahun yang pertama kalinya mencapai partai final dalam sebuah kejuaraan dunia itu berhasil menyusul Wesley Vazquez dari Puerto Rico pada 300 meter menjelang finis untuk memenangi podium teratas dengan catatan waktu 1 jam 42 menit 34 detik.
Pelari Bosnia Amel Tuka meraih medali perak, yang merupakan pencapaian terbaik untuk negaranya, setelah mencetak waktu 1 jam 43 menit 47 detik, sementara medali perunggu diraih oleh pelari Kenya Ferguson Cheruiyot Rotich yang mencatatkan waktu 1 jam 43 menit 82 detik.
Ketika disinggung soal Salazar, Brazier mengatakan bahwa dirinya sama sekali tidak terganggu dengan pelatih lari AS yang tengah terkena kasus pelanggaran doping itu. "Tidak (terganggu) sama sekali. Dia juga bukan pelatih saya," katanya seperti dikutip Reuters.
"Komunikasi saya dengannya selama ini berjalan baik. Saya menyukai dia, dia pria yang keren. Saya sangat senang bisa juara dan mendapat medali emas hari ini."
Sebelumnya, Brazier dikeluarkan dari timnas AS pada Olimpiade Rio 2016 dan tersingkir dari babak semifinal dalam kejuaraan dunia di London dua tahun yang lalu.
"Saya selalu mengatakan bahwa tujuan saya adalah meraih emas dan memecahkan rekor, dan itu lah yang saya lakukan. (Hasil) ini sangat berarti bagi saya, menjadi juara dunia di usia 22 tahun. Saya tidak mempercayainya."