Tokyo (ANTARA) - Operator telepon murah Jepang Willcom Inc. mengalami kebangkrutan setelah terlilit utang sebesar 2,3 miliar dolar AS, menjadi perusahaan kedua yang bangkrut di negara itu dalam kurun waktu kurang dari sebulan.

Willcom yang menawarkan komunikasi telepon berbiaya rendah tetapi tak pernah sungguh sungguh menantang pesaing terbesarnya, mengajukan permohonan perlindungan ke pengadilan Wilayah Tokyo di bawah undang undang rehabilitasi korporat.

Perusahaan menyatakan akan memulihkan lagi bisnisnya di bawah pengawasan suatu lembaga negara yang juga mengawasi proses kebangkrutan Japan Airlines (JAL) pada 19 Januari dengan lilitan utang 26 miliar dolar AS.

Lembaga itu di laporkan akan mengatur penyediaan dana darurat kepada Willcom dengan dukungan Softbank, operator terbesar ketiga Jepang.

Willcom adalah operator pelopor penyedia layanan ponsel yang dikenal dengan nama Personal Handy System (PHS).

Namun sayang layanan ini kurang diminati dibanding dengan yang ditawarkan tiga pesainya, NTT DoCoMo, KDDI dan Softbank, yang menjual perangkat lebih canggih dan layanan internet lebih cepat.

Willcom seperti dilaporkan AFP menguasai sekitar 3.7 persen pangsa pasar ponsel di Jepang pada Januari lalu.

Para pemegang saham di Willcom yang menanggung beban utang sebesar 206 miliar yen atau setara dengan 2.28 miliar dolar AS kemungkinan akan kehilangan investasi mereka.

Perusahaan pendanaan investasi AS Carlyle Grup memiliki 60 persen saham Willcom, sementara Kyocera memegang sebesar 30 persen dan KDDI Corp mempunyai 10 persen saham.(*)

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024