Jakarta (ANTARA) - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), M. Nuh, mengemukakan bahwa media massa harus berupaya mampu mendekatkan jarak berbagai kepentingan publik, agar tidak ada jarak yang membuat kepentingan tersebut berantakan atau bahkan runtuh.
"Media itu ada karena ada jarak, sehingga media memiliki tiga peran. Pertama, menjadi jembatan yang mendekatkan jarak. Fungsi jembatan ini pondasinya harus kuat, agar antar-elemen yang dihubungkan tidak mudah jebol," ujarnya saat memberi sambutan pembukaan Konvensi Media Massa menyambut Hari Pers Nasional (HPN) di Hotel Atlet Century Park, Jakarta, Minggu.
M. Nuh mengemukakan, peran kedua media massa adalah memfungsikan peran jembatan yang mendinamisirberbagai pilar berbangsa dan bernegara supaya selalu mampu bergerak maju.
"Adapun peran ketiga media adalah memberikan pencerahan, agar pilar-pilar berbangsa dan bernegara tidak saling berbenturan, sehingga tidak terjai kebingunan," kata Menkominfo dihadapan para pemangku kepentingan pers/media massa, termasuk utusan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dari 34 cabang se-Indonesia.
Ia pun mengemukakan cerita mengenai adanya seseorang yang tampak kebingungan mencari jarum di halam rumahnya yang terang benderang. Hal itu membuat tetangga yang melihatnya ikut bingung. Akhirnya, sang tetangga pun bertanya ada apa gerangan? Ternyata, sang pencari jarum sedang mencari-cari di halaman rumahnya yang terang, padahal jarumnya jatuh di dalam rumah yang gelap.
"Dari cerita ini, kita bisa ibaratkan bahwa media harus memberikan pencerahan, cahaya terang benderang, di lokasi yang tepat. Singkat kata, media harus mampu menghubungkan berbagai kepentingan dengan dasar informasi yang kokoh, segingga mampu memberikan pencerahan. Dengan hal ini, semua pilar berbangsa dan bernegara bergerak maju, dinamis dan tidak saling berbenturan," katanya menambahkan.
Usai membuka konvensi media massa, Menkominfo didampingi Ketua PWI Pusat, Margiono, selaku Ketua Panitia Pusat HPN 2009 memberikan beasiswa kepada 30 loper koran berprestasi di kawasan Jakarta, yang secara simbolis diwakili Ketua PWI Cabang DKI Jakarta Raya (Jaya), Kamsul Hasan, selaku pembina yayasan loper Jakarta. (*)
"Media itu ada karena ada jarak, sehingga media memiliki tiga peran. Pertama, menjadi jembatan yang mendekatkan jarak. Fungsi jembatan ini pondasinya harus kuat, agar antar-elemen yang dihubungkan tidak mudah jebol," ujarnya saat memberi sambutan pembukaan Konvensi Media Massa menyambut Hari Pers Nasional (HPN) di Hotel Atlet Century Park, Jakarta, Minggu.
M. Nuh mengemukakan, peran kedua media massa adalah memfungsikan peran jembatan yang mendinamisirberbagai pilar berbangsa dan bernegara supaya selalu mampu bergerak maju.
"Adapun peran ketiga media adalah memberikan pencerahan, agar pilar-pilar berbangsa dan bernegara tidak saling berbenturan, sehingga tidak terjai kebingunan," kata Menkominfo dihadapan para pemangku kepentingan pers/media massa, termasuk utusan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dari 34 cabang se-Indonesia.
Ia pun mengemukakan cerita mengenai adanya seseorang yang tampak kebingungan mencari jarum di halam rumahnya yang terang benderang. Hal itu membuat tetangga yang melihatnya ikut bingung. Akhirnya, sang tetangga pun bertanya ada apa gerangan? Ternyata, sang pencari jarum sedang mencari-cari di halaman rumahnya yang terang, padahal jarumnya jatuh di dalam rumah yang gelap.
"Dari cerita ini, kita bisa ibaratkan bahwa media harus memberikan pencerahan, cahaya terang benderang, di lokasi yang tepat. Singkat kata, media harus mampu menghubungkan berbagai kepentingan dengan dasar informasi yang kokoh, segingga mampu memberikan pencerahan. Dengan hal ini, semua pilar berbangsa dan bernegara bergerak maju, dinamis dan tidak saling berbenturan," katanya menambahkan.
Usai membuka konvensi media massa, Menkominfo didampingi Ketua PWI Pusat, Margiono, selaku Ketua Panitia Pusat HPN 2009 memberikan beasiswa kepada 30 loper koran berprestasi di kawasan Jakarta, yang secara simbolis diwakili Ketua PWI Cabang DKI Jakarta Raya (Jaya), Kamsul Hasan, selaku pembina yayasan loper Jakarta. (*)