Mataram (ANTARA) - Basri, seorang marbot masjid di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat yang berusia 60 tahun, akhirnya menyandang gelar sarjana strata 1 Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMat).
Judul skripsi yang diangkatnya tidak jauh dari profesinya sebagai marbot masjid, "Peran Forum Silaturahmi Marbot Masjid dalam Menghidupkan Suasana Ibadah di Desa Sukadana, Kecamatan Bayan, Lombok Utara".
"Alhamdulillah, Pak Basri menyelesaikan gelar sarjananya dan sukses melewati proses sidang skripsi," kata dosen jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Agama Islam UMMat, Ishani kepada Antara, Kamis.
Selain itu, Basri juga menyelesaikan program Bahasa Arab di Ma'had Khalid bin Walid. "Beliau benar-benar jadi contoh untuk generasi muda dimana bisa membagi waktu untuk jalani kuliahnya," katanya.
Untuk meraih gelar sarjananya itu, tepat waktu yakni empat tahun. Selama empat tahun itu juga dia harus bolak-balik antara rumahnya di Karang Nangka, Tanjung, Lombok Utara menuju ibukota Provinsi NTB, Mataram sejauh 42 kilometer yang paling tidak memakan waktu tempuh 1,5 jam dengan menggunakan motor.
Bahkan terkadang, Basri kalau sudah keletihan pulang ke rumahnya, dia tidur di masjid yang ada di Kota Mataram. Dia terkadang menginap di masjid saat kuliah di Kota Mataram, jika kemalaman pulang ke rumahnya, katanya.
Basri juga saat menyelesaikan skripsi sempat hilang ingatan antara dua sampai tiga bulan, gara-gara jadi korban tabrak lari. "Sempat hilang ingatan juga akibat kecelakaan lalu lintas," katanya.
Kemudian ingatannya berangsur-angsur pulih, dan menyelesaikan skripsinya itu. "Saat ini Basri tinggal menunggu wisuda pada Maret 2020," katanya.
Basri juga pernah Praktik Kerja Lapangan (PKL) dari kampusnya di Perum LKBN Antara Biro Nusa Tenggara Barat untuk jurnalistik, dan selama PKL dia paling bersemangat melakukan peliputan tidak kalah dengan rekan-rekannya yang bisa dikatakan seusia dengan anaknya itu.
Judul skripsi yang diangkatnya tidak jauh dari profesinya sebagai marbot masjid, "Peran Forum Silaturahmi Marbot Masjid dalam Menghidupkan Suasana Ibadah di Desa Sukadana, Kecamatan Bayan, Lombok Utara".
"Alhamdulillah, Pak Basri menyelesaikan gelar sarjananya dan sukses melewati proses sidang skripsi," kata dosen jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Agama Islam UMMat, Ishani kepada Antara, Kamis.
Selain itu, Basri juga menyelesaikan program Bahasa Arab di Ma'had Khalid bin Walid. "Beliau benar-benar jadi contoh untuk generasi muda dimana bisa membagi waktu untuk jalani kuliahnya," katanya.
Untuk meraih gelar sarjananya itu, tepat waktu yakni empat tahun. Selama empat tahun itu juga dia harus bolak-balik antara rumahnya di Karang Nangka, Tanjung, Lombok Utara menuju ibukota Provinsi NTB, Mataram sejauh 42 kilometer yang paling tidak memakan waktu tempuh 1,5 jam dengan menggunakan motor.
Bahkan terkadang, Basri kalau sudah keletihan pulang ke rumahnya, dia tidur di masjid yang ada di Kota Mataram. Dia terkadang menginap di masjid saat kuliah di Kota Mataram, jika kemalaman pulang ke rumahnya, katanya.
Basri juga saat menyelesaikan skripsi sempat hilang ingatan antara dua sampai tiga bulan, gara-gara jadi korban tabrak lari. "Sempat hilang ingatan juga akibat kecelakaan lalu lintas," katanya.
Kemudian ingatannya berangsur-angsur pulih, dan menyelesaikan skripsinya itu. "Saat ini Basri tinggal menunggu wisuda pada Maret 2020," katanya.
Basri juga pernah Praktik Kerja Lapangan (PKL) dari kampusnya di Perum LKBN Antara Biro Nusa Tenggara Barat untuk jurnalistik, dan selama PKL dia paling bersemangat melakukan peliputan tidak kalah dengan rekan-rekannya yang bisa dikatakan seusia dengan anaknya itu.