Mataram (ANTARA) - Asisten Senior Program "World Food Programme" atau Program Pangan dunia, Teuku Yunansyah, mengatakan, enam dari sepuluh siswa sekolah dasar di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, cacingan, karena perilaku hidup bersih yang masih relatif rendah.
"Itu hasil kajian kami di 55 sekolah dasar yang dijadikan sebagai proyek percontohan kampanye cuci tangan pakai sabun di air mengalir dan penganekaragaman pangan," katanya di sela-sela kegiatan workshop dan diseminasi hasil survei kampanye cuci tangan dan penganekaragaman pangan, di Mataram, Kamis.
World Food Program (WFP) adalah program pangan dunia yang memprogramkan bantuan pangan bersama antarnegara, dibentuk oleh PBB pada 1963 dan diawasi Organisasi Pangan Dunia (FAO).
Menurut dia, salah satu penyebab anak-anak usia sekolah dasar (SD) cacingan adalah karena tidak mencuci tangan dengan sabun di air mengalir sebelum mengkonsumsi makanan.
Melihat kondisi tersebut, kata dia, WFP bersama Unilever Indonesia sepakat bekerja sama mendukung kegiatan intensifikasi pendidikan gizi dan kesehatan melalui kampanye cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir yang dilakukan secara intensif mulau Maret hingga Desember 2009 di 55 SD dan Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Selan itu mengkampanyekan penganekaragaman konsumsi pangan yang dilakukan secara intensif mulai Agustus hingga Desember 2010.
Menurut dia, kedua program yang dikembangkan WFP dan Unilever Indonesia di Kabupaten Lombok Timur tersebut, sebagai implementasi dari Nutrisi Rehabilitasi Program (NRP) yang disepakati bersama.
"NRP tersebut diimpelemtasikan dengan pemberian biskuit yang telah difortivikasi dengan 9 vitamin dan 5 mineral di 213 SD dan MI serta pemberian beras di 209 Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)," katanya.
Ia mengakui kerjasama dengan Unilever, sebuah perusahaan "go public" di Indonesia yang memproduksi sabun dan produk makanan serta minuman, dalam rangka mengkampanyekan hidup sehat dengan cuci tangan di air mengalir pakai sabun dan penganekaragaman pangan kepada siswa sekolah dasar dilakukan sejak 2007 dan akan berakhir pada 2010.
Program itu hanya terfokus di wilayah Lombok Timur, yang merupakan kabupaten terbesar dengan jumlah penduduk paling banyak dibandingkan dengan empat kabupaten/kota lainnya di Pulau Lombok.
Karena itu ia mengharapkan Pemerintah Daerah di, agar mampu mengintegrasikan dan melanjutkan program yang sudah dilaksanakan oleh WFP dan Unilever kepada anak-anak Lombok.
"Namun kami tetap berupaya agar program ini bisa berlanjut, tidak hanya di Lombok Timur, tetapi di kabupaten/kota lainnya di NTB, kami juga menawarkan "sharing" anggaran dengan pemerintah daerah agar program ini berlanjut," ujarnya.
(*)
