Perantau Minang di Belanda berhasrat "Me-Minangkan Eropa"

id berita bukittinggi,berita sumbar,belanda

Perantau Minang di Belanda berhasrat "Me-Minangkan Eropa"

Pengenalan Budaya Minang di Eropa oleh Perantau Minang Belanda. (Antarasumbar/Dokumen Pribadi)

Bukittinggi (ANTARA) - Perantau asal Minangkabau atau Sumatera Barat (Sumbar) yang saat ini bermukim di Negara Belanda melakukan kegiatan kesenian yang ditujukan untuk lebih memperkenalkan budaya Minang di Eropa, istilah "Me-Minangkan Eropa" menjadi tema utama mereka demi menduniakan budaya asli Sumbar.

"Ide awal pembentukan kelompok masyarakat Minang di Belanda ini diawali oleh Almarhum Ramon Mohandas pada 2009 yang menjabat sebagai Atase Pendidikan dan kebudayaan pada KBRI Den Haag," kata seorang aktivis dan Perantau Minang Belanda (PMB), Lidia Irane (27) dari Belanda via telpon, Jumat.

Menurutnya, diawal kegiatan kesenian di Belanda saat itu, dipelopori juga dengan kerjasama antara dua Lembaga Pendidikan di Sumatera Barat dan Eropa.

"Ada Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang yang saat itu dengan mahasiswa dari Hogeschool Kunst Utrecht (HKU) atau Sekolah Tinggi Seni Utrecht membentuk suatu kerja sama untuk mengembangkan seni dan budaya Minangkabau," kata dia.



Ia mengatakan kerjasama itu sempat terhenti beberapa lama dan saat ini kembali dicoba untuk mengadakannya kembali di Belanda khususnya dan Eropa pada umumnya.

"Budaya Minang lengkap dengan segala seni pendukungnya seperti kuliner, musik tradisional dan kekayaan lainnya merupakan modal utama kami untuk bangga diperkenalkan kepada dunia," kata dia.

Lidia yang merupakan seorang mahasiswa asal Aia Pacah Kota Padang yang kini menuntut ilmu di Belanda mengatakan ia bersama beberapa tokoh muda di sana menjadi target utama untuk memperkenalkan budaya Minang di Eropa.

"Kami sadar, sebagai anak muda sering kali terbawa arus perkembangan waktu dan pesatnya kemajuan teknologi dan informasi serta kurangnya minat dan perhatian terhadap seni dan budaya asli milik Indonesia terutama Minangkabau yang semestinya dilestarikan," kata dia.

Menurutnya, menjadi hal yang aneh jika menemukan seseorang yang mengenakan pakaian Minang dalam acara pertemuan-pertemuan di daerah Eropa saat ini.

"Untuk itulah, kami berusaha kembali melekatkan kembali budaya asli nenek moyang dimanapun kami kini berada, jangan sampai kami yang muda hanya mengetahui rendang saja," kata Lidia.

Saat ini Perantau Minang Belanda yang diketuai oleh Yef Darwis telah banyak melakukan kegiatan seni dan menjadi daya tarik sendiri bagi warga Eropa.

"Beberapa kali kami melakukan kegiatan yang sifatnya mempublikasikan budaya Minang seperti sesi pemotretan di Paris yang juga memiliki perantau Minang yang kaya dengan koleksi baju khas Adat Minangkabau miliknya," kata dia.

Setiap kali di acara pemotretan dengan menggunakan pakaian Minang, selalu ramai menjadi daya tarik dan spot berswafoto bagi warga Eropa.

"Luar bisa respon warga Eropa, mereka bahkan ingin sekali ikut memakai pakaian khas Minang itu, beberapa ada juga yang mau belajar budaya kita," ujar Lidia.

Selain memperkenalkan budaya Minang di perantauan, PMB juga aktif membantu sesama warga Minang di Eropa serta kampung halaman di Sumatera Barat.

"Kampung Minangkabau selalu di hati kami, tidak mungkin dilupakan, kita aktif memberikan bantuan dan berbagi termasuk saat wabah pandemi yang melanda seluruh negara," kata Lidia.

Harapannya kegiatan memperkenalkan budaya Minang itu dibantu oleh semua pihak khususnya warga internet yang selalu online setiap saat.

"Dengan adanya media sosial saat ini, batasan kami dengan saudara di kampung halaman seperti tidak ada lagi, semoga kita semua selalu bisa berinteraksi demi kebaikan Minangkabau di mata seluruh warga dunia," kata Lidia.*