Kolaborasi antarnegara percepat penanganan bencana di GPDRR

id BRIN,mitigasi bencana,GPDRR,2022

Kolaborasi antarnegara percepat penanganan bencana di GPDRR

Special Representative of the UN Secretary-General for Disaster Risk Reduction Mami Mizutori (kanan) didampingi Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko (kedua kanan) dan Deputi bidang Sistem dan Strategi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati (kiri) menyampaikan paparan saat pertemuan dengan delegasi dalam rangkaian Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 di Nusa Dua, Bali, Jumat (27/5/2022). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/foc.

Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko dalam suatu forum diskusi di Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 menyatakan bahwa kolaborasi antarnegara di dunia akan mempercepat penanganan dan mitigasi bencana.

"Karena semua bencana tidak mengenal batas negara, termasuk bencana pandemi seperti COVID-19 di dua tahun terakhir. Pandemi COVID-19 semakin menyadarkan berbagai negara di dunia akan pentingnya kerja bersama untuk mempercepat penanganannya," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan pandemi COVID-19 yang terjadi dua tahun terakhir telah memberikan pelajaran bagi hampir seluruh negara di dunia dalam memerangi COVID-19 serta memulihkan kondisi negara yang memerlukan kerja sama dengan negara lain.

Ketika pandemi melanda dunia, negara-negara mempunyai kesadaran untuk berbagi data genom dari varian SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 melalui GISAID sehingga dunia mampu mempercepat pengembangan dan ketersediaan vaksin bagi seluruh umat manusia untuk menanggulangi pandemi.

Kolaborasi antarnegara dalam penanganan bencana, kata dia, hendaknya tidak hanya dalam kasus pandemi COVID-19, melainkan juga bencana lainnya seperti tsunami.

Menurut dia, mitigasi bencana selalu berkaitan dan berbasis pada bukti dan data ilmiah. Untuk itu, diperlukan berbagai riset, seperti riset dasar untuk memahami mekanisme terjadinya beragam jenis bencana.

Ia menambahkan riset aplikatif pengembangan teknologi deteksi dini sesuai jenis dan karakter bencana serta kajian sosial budaya dan kearifan lokal, menjadi landasan utama kemampuan mereduksi bencana.

BRIN turut berpartisipasi dalam Platform Global untuk Pengurangan Risiko Bencana atau Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 dengan mengirimkan tujuh ilmuwan dan perekayasa yang mengikuti forum internasional itu

Periset dan pakar BRIN yang berperan aktif mewakili Indonesia untuk membedah dan mendorong kesepakatan multilateral reduksi kebencanaan terlibat dalam GPDRR, termasuk peneliti kebencanaan BRIN Dr Nuraini Rahma Hanifa, yang merupakan salah satu anggota dewan juri dari Lifetime Achievement Sasakawa Award.

Perekayasa senior BRIN Andi Eka Sakya mengatakan dalam pleno di rangkaian kegiatan GPDRR bahwa penting untuk bekerja sama mewujudkan masyarakat dan laut yang aman melalui penguatan sains, teknologi dan inovasi, yang sejalan dengan United Nations Decade of Ocean Science.

Pada salah satu sesi tematiknya, GPDRR menggelar ulasan tengah-masa (midterm review) dari komitmen global yang dirangkum dalam Sendai Framework for Disaster Risk Reduction (SFDRR) 2015.

Baca juga: Indonesia tawarkan ketahanan berkelanjutan atasi risiko bencana

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko hadir sebagai Co-Chair di sesi pleno ke-3 reviuw jangka menengah (midterm review) di dalam SFDRR tersebut, yang diadakan pada 27 Mei 2022 di Nusa Dua, Bali.

Sesi pleno tersebut akan menetapkan satu dari tiga rekomendasi akhir yang akan dirilis pada penutupan GPDRR 2022. SFDRR membahas implementasi, perkembangan, dan hambatan yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan SFDRR dan pembangunan berkelanjutan.

GPDRR 2022 mengusung tema From Risk to Resilience: Towards Sustainable Development for All in a COVID-19 Transformed World. GPDRR merupakan perhelatan global terbesar untuk pengurangan risiko bencana, dengan fokus untuk memperkuat kerja sama dan kolaborasi untuk mereduksi dampak bencana.