Indonesia tawarkan ketahanan berkelanjutan atasi risiko bencana

id GPDRR,GPDRR Bali,GPDRR 2022,pengurangan risiko bencana,kerangka kerja sendai,sendai framework,UNDRR

Indonesia tawarkan ketahanan berkelanjutan atasi risiko bencana

Sejumlah delegasi mengikuti Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 hari keempat di Nusa Dua, Bali, Kamis (26/5/2022). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/nym. (ANTARA FOTO/WAHYU PUTRO A)

Badung, Bali (ANTARA) - Pada acara Platform Global untuk Pengurangan Risiko Bencana (GPDRR) 2022, Pemerintah Indonesia menawarkan kepada dunia konsep ketahanan berkelanjutan (sustainable resilience) sebagai solusi untuk menjawab tantangan risiko bencana sistemik.

Konsep tersebut disampaikan oleh Presiden RI Joko Widodo pada upacara pembukaan GPDRR 2022 di Nusa Dua, Badung, Bali, Rabu (25/5).

"Konsep ketahanan berkelanjutan itu dinilai dapat menjadi solusi untuk menghadapi segala bentuk bencana, termasuk menghadapi pandemi dan sekaligus mendukung implementasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)," kata Presiden Jokowi.

Jokowi menjelaskan beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk membangun ketahanan yang berkelanjutan. "Pertama, kita harus memperkuat budaya dan kelembagaan siaga bencana yang antisipatif, responsif, dan adaptif dalam menghadapi bencana," ujarnya.

Menurut Jokowi, pendidikan kesiapsiagaan bencana serta kelembagaan pemerintahan yang sinergis dan tanggap terhadap bencana harus menjadi prioritas bersama.

Langkah kedua yang perlu dilakukan, kata Jokowi, adalah setiap negara harus berinvestasi dalam ilmu pengetahuan, inovasi dan teknologi termasuk dalam memastikan akses keuangan dan transfer teknologi.

"Akses pendanaan merupakan isu yang penting yang harus kita tangani secara serius. Indonesia menyusun strategi pendanaan dan asuransi bencana dengan membentuk dana bersama (pooling fund) serta penggunaan dana pembangunan di tingkat desa melalui dana desa untuk mendukung mitigasi dan kesiapsiagaan bencana," ungkapnya.

Langkah ketiga adalah dengan membangun infrastruktur yang tahan terhadap bencana dan perubahan iklim.

"Selain mitigasi infrastruktur fisik, seperti dam, pemecah ombak, waduk dan tanggul, infrastruktur hijau seperti hutan mangrove, semaian udang di pantai serta pembangunan ruang terbuka juga harus menjadi bagian dari realitas pembangunan infrastruktur," ujarnya.

"Pelindungan kepada masyarakat kelompok rentan yang bertempat tinggal di wilayah berisiko bencana tinggi harus mendapat perhatian khusus," lanjutnya. Kemudian, Presiden mengajak seluruh negara untuk berkomitmen melaksanakan kesepakatan global baik di tingkat nasional hingga tingkat lokal.

"Kerangka Kerja Sendai, Paris Agreement dan Sustainable Development Goals merupakan kesepakatan internasional yang penting dalam upaya pengurangan risiko bencana dan perubahan iklim," kata Jokowi.

"Saya mengajak seluruh negara untuk berkomitmen dan bersungguh-sungguh untuk mengimplementasikannya," ujarnya.

Baca juga: 50 persen kabupaten-kota telah miliki kajian risiko bencana
Baca juga: Pemerintah berupaya deklarasi bersama pengurangan risiko bencana

Dia menambahkan pengurangan risiko bencana adalah investasi efektif untuk mencegah kerugian di masa depan. "Untuk itu, kami menegaskan komitmen Indonesia untuk melaksanakan Kerangka Kerja Sendai serta komitmen internasional lainnya," katanya.

Jokowi juga menyampaikan bahwa Indonesia juga siap berbagi pengalaman dan pengetahuan dalam mitigasi bencana.

"Sebagai negara rawan bencana, Indonesia mempunyai akumulasi pengetahuan dan pengalaman yang bisa menjadi pelajaran penting bagi dunia, tetapi Indonesia juga sangat ingin belajar dari pengalaman internasional," ucapnya.

"Mari kita bahu membahu memitigasi munculnya bencana untuk kehidupan yang lebih baik hari ini dan esok," tutupnya.

Apresiasi

Dalam kesempatan tersebut, beberapa pejabat PBB -- yaitu Presiden Sidang Umum PBB Sesi ke-76 Abdulla Shahid, Deputi Sekretaris Jenderal PBB Amina Mohammed, dan Perwakilan Khusus Sekjen PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana Mami Mizutori -- menyampaikan apresiasi kepada Indonesia karena dinilai telah berhasil mengendalikan pandemi COVID-19 sehingga forum GPDRR 2022 dapat digelar secara tatap muka di Nusa Dua, Bali.

"Saya ingin menyampaikan apresiasi PBB kepada Presiden dan masyarakat Indonesia yang telah menjadi tuan rumah GPDRR 2022," kata Amina Mohammed dalam sambutannya pada acara pembukaan GPDRR 2022 di Nusa Dua, Badung.

"Saya ingin mengucapkan selamat dan menyampaikan penghargaan kepada Indonesia atas langkah-langkah yang telah diambil untuk mengatasi dan merespons pandemi COVID-19 yang memungkinkan kami semua untuk bertemu di konferensi ini secara langsung," ujar Amina.

Deputi Sekjen PBB itu menilai upaya Indonesia untuk memvaksinasi 217 juta jiwa populasinya sebagai sebuah capaian besar.

"Kami memuji pemimpin Indonesia atas program vaksinasinya untuk menjaga semua orang tetap aman dan bertindak serta merespons pandemi COVID," ucap Amina.

Menurut dia, Indonesia merupakan negara mitra yang sangat penting yang telah mengajarkan kepada dunia tentang upaya pengurangan risiko bencana.

"Kesediaan Anda untuk menjadi tuan rumah pertemuan penting ini merupakan bukti peran memimpin yang Anda (Indonesia) mainkan dalam mempertahankan pembangunan dan aksi penanganan perubahan iklim,” katanya.

Sementara itu, Direktur Badan PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana (UNDRR) Ricardo Mena memuji Indonesia sebagai negara yang memimpin upaya global untuk pengurangan risiko bencana.

"(Upaya) ini sangat penting dan di sinilah kami pikir Indonesia memimpin dalam upaya global untuk mengurangi risiko bencana," kata Mena.

Menurut dia, Indonesia telah memberikan pesan yang kuat mengenai pentingnya upaya pengurangan risiko bencana dengan menjadi tuan rumah untuk Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022.

"Kami meyakini bahwa Indonesia memberikan pesan yang sangat kuat melalui keterlibatan dan penyelenggaraan GPDRR di Bali. Untuk itu, kami sangat berterima kasih kepada pemerintah Indonesia," ujarnya.

Direktur UNDRR itu juga menyoroti kepemimpinan Indonesia dalam pengadopsian rencana jangka panjang pengurangan risiko bencana.

"Saya pikir yang ingin saya soroti adalah bahwa Indonesia merupakan salah satu dari sedikit negara di dunia yang telah mengadopsi rencana jangka panjang untuk mengurangi risiko bencana," katanya.

"Dan ini sangat penting karena jika Anda ingin benar-benar mengatasi akar masalahnya (risiko bencana), Anda tidak dapat melakukannya dalam dua, tiga atau lima tahun. Itu tidak mungkin. Kami sangat menyambut baik bahwa Indonesia memiliki rencana untuk mengurangi risiko bencana bahkan hingga melampaui tahun 2040," kata dia menambahkan.

Untuk itu, Mena juga mendorong pemerintah negara-negara lain untuk mengikuti langkah Indonesia dalam mengadopsi perencanaan jangka panjang untuk pengurangan risiko bencana.

Indonesia menjadi tuan rumah rangkaian pertemuan Sesi ke-7 Platform Global untuk Pengurangan Risiko Bencana (GP2022) di Bali pada 23-28 Mei 2022.

Platform Global untuk Pengurangan Risiko Bencana (GPDRR) merupakan forum internasional untuk mendiskusikan Kerangka Kerja Sendai untuk pengurangan risiko bencana (Sendai Framework 2015-2030).

Kerangka kerja yang telah disepakati oleh 187 negara itu bertujuan untuk menjadi acuan kerja global dalam mengurangi berbagai risiko bencana di seluruh dunia di masa depan.