“Kami ingin SPK terus berbagi dan berkolaborasi. Karena SPK sebenarnya adalah sekolah-sekolah center of excellent yang bisa menjadi penggerak dalam visi Sekolah Penggerak. Tidak harus program Sekolah Penggerak, tapi dengan visi Sekolah Penggerak untuk terus berbagi kepada sekolah-sekolah dan guru-guru yang lain,” kata Iwan dalam “5th SPK National Convention” yang digelar di Tangerang Selatan, Senin.
Dia menekankan bahwa Sekolah Penggerak merupakan sebuah visi dengan menjadikan sekolah yang memiliki keberpihakan pada murid; mengedepankan lingkungan belajar yang aman, nyaman, menyenangkan dan inklusif bagi murid; mempunyai budaya sekolah yang senang untuk berbagi dan belajar; serta memiliki hasil belajar yang semakin baik dari waktu ke waktu.
“Inilah visi Sekolah Penggerak sebenarnya. Dan ketika sudah sampai pada visi itu, maka SPK kemudian tidak sendirian. Penggerak itu ada filosofi gotong royong, kalau maju jangan maju sendirian. Maju ajak yang lain, kita maju sama-sama,” katanya.
Iwan memandang bahwa SPK telah memberikan kontribusi dari berbagai aspek dalam mendukung visi Merdeka Belajar, salah satunya melalui partisipasi program Guru Penggerak, baik diikuti oleh guru-guru SPK maupun para pengurus dari Perkumpulan SPK Indonesia (PSSI). Mereka, imbuhnya, bukan saja mengembangkan berbagai modul melainkan juga menjadi fasilitator atau pelatih ahli.
“Ini adalah hal yang tentunya sangat ingin kami lihat lebih banyak lagi karena kita masih banyak PR yang belum selesai untuk program pendidikan Guru Penggerak ini,” katanya.
Kemudian, terkait Kurikulum Merdeka Belajar. Iwan mengingatkan bahwa kurikulum tersebut sebenarnya banyak terinspirasi dari kurikulum mancanegara. Menurut dia, SPK dengan kurikulum dan pengajaran yang sudah canggih tentunya bisa menjadi inspirasi kepada guru-guru dan sekolah-sekolah lainnya.
“Ke depan tentunya kami ingin SPK semakin meningkatkan kualitasnya, semakin bisa untuk menjadi center of excellent. Dan kemandirian SPK untuk terus bisa menjadi center of excellent tentunya bagian dari ekosistem pendidikan di Indonesia,” kata Iwan.
Dia juga mengajak agar para guru SPK dapat berbagi pengalaman mengajar melalui platform Merdeka Mengajar. Dalam enam bulan terakhir, kata Iwan, platform tersebut telah diunduh sekitar 2,3 juta guru dengan lebih dari 1,6 juta pengguna aktif. Selain itu, platform juga memiliki 55 ribu konten pelatihan mandiri, 3,5 ribu komunitas, 551 ribu perangkat ajar, serta 92 ribu konten video inspirasi.
Baca juga: Pentingnya pendidikan PHBS pada anak sejak PAUD
Baca juga: Kurikulum merdeka lebih mudah diimplementasikan ke PAUD
“Kesempatan berbagi ini sangat banyak sekali. Sekali lagi, bisa langsung secara luring atau bisa saja menggunakan platform dan ini bisa dilakukan jika bapak/ibu punya pelajaran yang keren-keren, bisa berbagi di platform itu sehingga bisa di-share dengan banyak komunitas guru lainnya,” katanya.
Dia menegaskan bahwa transformasi pendidikan di Indonesia hanya bisa terjadi dengan semangat gotong royong. Hal tersebut mengingat Merdeka Belajar bukanlah sebuah program atau kebijakan saja, namun lebih dari itu, menurut dia Merdeka Belajar adalah sebuah gerakan.
“Kami akan terus berharap dukungan dari sekolah-sekolah SPK karena ini akan menguatkan ekosistem pendidikan kita. Dengan berbagi praktik baik yang sekolah lakukan selama ini, semoga ini bisa terus berlanjut serta semakin kuat dan ramai,” katanya.