TIPS CEGAH STRES BAGI CALEG GAGAL

id

Jakarta (ANTARA) - Para calon legislator (caleg) diharapkan mencegah masalah kesehatan jiwa terkait dengan stres pasca pemilu 2009 yakni dengan mengenal dan menyadari perubahan dalam diri dan melihat proses yang terjadi secara rasional, kata Dr Hervita Diatri, SpKJ dari Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Jakarta.

"Pengenalan diri penting misalnya apa yang telah diupayakan dalam kampanye ini sebagai batu pijakan awal untuk masyarakat lebih mengenal siapa diri caleg," katanya seperti dalam keterangan tertulis Humas FKUI, di Jakarta (21/4).

Selain itu, para caleg harus membina hubungan, komunikasi dan saling memberikan dukungan terutama dari dan dengan keluarga, rekan, maupun sistem pendukung lain (budaya, spiritual) untuk lebih mampu melihat semua ini sebagai proses yang perlu dihadapi bersama secara positif.

Hevita mengatakan, bila perubahan psikologis maupun fisik dirasakan mulai mengganggu fungsi seperti pekerjaan, perawatan diri, dan sosial terlebih bila berlangsung lama sangat disarankan untuk datang meminta bantuan kepada tenaga kesehatan maupun tenaga kesehatan jiwa.

"Layanan kesehatan jiwa dapat diakses melalui sistem layanan yang ada (primer sampai tersier) dengan mempertimbangkan sebanyak mungkin waktu yang ada dihabiskan bersama orang dan lingkungan terdekat," katanya.

Menurut Hervita, beberapa faktor yang diperkirakan berkontribusi untuk terjadinya masalah di bidang kesehatan jiwa, adalah faktor individu yakni mereka yang dasarnya memiliki kecenderungan mekanisme adaptasi dan cara penyelesaian masalah yang kurang matang seperti mudah frustrasi, depresif, mudah cemas, mereka yang memiliki riwayat penyalahgunaan alkohol/narkotika lain dan tidak cukup terpotret dengan baik dalam penentuan status sehat jiwa dalam proses persyaratan.

Selanjutnya, faktor sosial-ekonomi yakni memotivasi yang kuat tetapi kurang mendukung untuk persiapan kegagalan yang merupakan tindakan penyelamatan untuk perbaikan ekonomi, status sosial; serta merupakan tindakan investasi atau dianggap sebagai lapangan pekerjaan.

Faktor Sistem yakni kurangnya pemahaman tentang sistem demokrasi/pemilu, partai, termasuk posisi yang akan diperebutkan sehingga risiko kegagalan kurang diprediksi.

"Faktor sistem yang dimaksud adalah perubahan metode pencalonan: suara langsung terbanyak, 2,5% parliamentary threshold, jumlah caleg yang sangat besar orientasi kampanye hanya di seputar pemilu dan lamanya waktu kampanye memerlukan proses promosi yang berkepanjangan dan mengakibatkan tingginya biaya," katanya.

Selaian itu, faktor strategi yakni kurang memperhitungkan untung-rugi, menjual harta benda dan berutang.

Hervutra menambhakan, faktor individu diartikan sebagai kegagalan dan kehilangan yang multidimensi, faktor sosial dan ekonomi diartikan sebagai kehilangan materi termasuk status sosial, terlebih bila keluarga maupun lingkungan tidak mendukung.

Faktor masalah kesehatan jiwa diartikan peningkatan beban (ekonomi, sosial) bagi penderita, keluarga, masyarakat, maupun negara peningkatan risiko penyakit fisik, komorbiditas, termasuk penyalahgunaan zat, penurunan produktivitas hingga tingginya disabilitas kemiskinan, penurunan kualitas hidup.(*)