Batam (ANTARA) - Ketua Koperasi Bumi Bertuah Nusantara Provinsi Kepulauan Riau Susilo menyebutkan kebutuhan kedelai di Batam mencapai 1.000 ton per bulan untuk menghasilkan tahu dan tempe. Saat ini terdapat 133 pengusaha tahu dan tempe yang berada di Kota Batam.
"Seperti yang disampaikan tadi untuk Kota Batam itu 1 bulan hampir 1.000 ton kedelai yang digunakan untuk produksi dan 67 pengusaha tahu, 66 pengusaha tempe, jumlahnya 133 pengusaha," kata Susilo di Batam, Kamis. Ia menyampaikan saat ini harga kedelai mengalami kenaikan mencapai Rp645 ribu per karung (50 kg) yang sebelumnya Rp380 ribu per karung.
"Saat di puncak mahalnya itu Rp715 ribu. Artinya kenaikan nya 330 ribu, itu mendekati 100 persen, sebelumnya waktu COVID-19 saya bayar terakhir Rp380 ribu per 50 kg. Per nota hari ini Rp645 ribu," ujar Susilo.
Dengan kenaikan harga kedelai yang mencapai hampir 100 persen tersebut membuat seluruh pengusaha tahu tempe di Kota Batam merugi, sebab tidak dapat menaikkan harga jual secara signifikan. "Jadi kita sebagai pengusaha tahu tempe kenaikan 2 tahun terakhir mencapai 100 persen. Kita mau menaikkan harga susah. Tidak mungkin kita menaikkan harga tahu 100 persen," kata Susilo.
Baca juga: Minat petani NTB tanam kedelai perlu ditingkatkan
Baca juga: Harga kedelai naik, pengusaha tahu di Desa Puyung tetap produksi
Dia menambahkan kedelai yang biasa digunakan oleh pengusaha tahu dan tempe merupakan impor dari Malaysia. "Kata distributor, harga kedelai naik dari importir sendiri, sudah mahal. Impor yang kita tau dari Malaysia, tapi Malaysia impor dari Amerika," demikian Susilo.
Dengan begitu pihaknya meminta kepada pemangku kebijakan di Provinsi Kepulauan Riau agar dapat membantu mencarikan solusi terkait kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu dan tempe.*