Bappenas sebut ekonomi biru penting bagi ASEAN

id Ekonomi Biru,Bappenas,SDGs,ASEAN,Blue Economy

Bappenas sebut ekonomi biru penting bagi ASEAN

Tangkapan virtual Deputi Bidang Ekonomi Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) Amalia Adninggar Widyasanti dalam acara Multi-Stakeholder Dialogue on the Development of the ASEAN Blue Economy Framework di Belitung, Bangka Belitung, yang dipantau secara virtual, Jakarta, Rabu. ANTARA/M. Baqir Idrus Alatas

Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Ekonomi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Amalia Adninggar Widyasanti mengatakan ekonomi biru (blue economy) menjadi penting bagi negara-negara Asia Tenggara karena setiap negara anggota ASEAN terhubung oleh lautan.

“Lautan bukanlah pemisah kita, tapi sebenarnya kita terhubung oleh lautan," kata Amalia Adninggar Widyasanti dalam acara Multi-Stakeholder Dialogue on the Development of the ASEAN Blue Economy Framework di Belitung, Bangka Belitung, yang dipantau secara virtual di Jakarta, Rabu.

Ia menyebutkan di ASEAN, lautan sebenarnya menyumbang 2,5 persen dari permukaan seluruh lautan. Di dalam kawasan ASEAN sendiri, lautan (water area) mencakup sebanyak 66 persen dari total luas keseluruhan (lautan).

Lebih lanjut, perairan di Asia Tenggara disebut menyumbang 15 persen dari perikanan global dan mempekerjakan sekitar 625 juta orang di dalam sektor terkait kelautan.

Lautan ASEAN juga terkenal sebagai hotspot keanekaragaman hayati, salah satu ekosistem paling produktif di bumi, menyediakan ekosistem penting untuk pembibitan, dan habitat untuk varietas keanekaragaman hayati laut, perlindungan pesisir, dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

“Ekonomi biru ASEAN adalah mesin pertumbuhan ekonomi masa depan karena kita memiliki banyak peluang di sana,” ucap Amalia.

Ada lima peluang dari ekonomi biru di ASEAN, mulai dari perairan Asia Tenggara terletak di dua jalur pelayaran utama dunia, Indonesia memiliki sektor energi laut terbarukan yang sedang berkembang, minat global terhadap ekowisata membuka potensi pertumbuhan sektor domestik, lalu mengembangkan potensi sektor bio-teknologi kelautan dalam konstelasi global.

“Terakhir, banyak tenaga kerja yang melimpah (bonus demografis) yang harus kita berikan pekerjaan kepada mereka, namun dengan pekerjaan yang lebih baik dan berkualitas melalui blue economy,” ungkap dia.

Selain itu, dia menggarisbawahi bahwa ekonomi biru berpotensi menjadi pertumbuhan ekonomi sekaligus mencapai Sustainable Development Goals/SDGs (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan).

Baca juga: Kemajuan perluasan investasi hijau masih terkendala
Baca juga: Jasa konsultansi berperan penting dalam pembangunan nasional

Ketika berbicara tentang ekonomi biru, kata dia, tidak hanya terkait dengan poin SDGs nomor 14 yang bertujuan melestarikan dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber daya kelautan dan samudera untuk pembangunan berkelanjutan.

"Namun, masih ada 8 tujuan (poin nomor 1, 2, 7, 8, 9, 12, 13, dan 17) lain dari SDGs yang bisa menjadi fokus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui ekonomi biru,” ujar Deputi Bidang Ekonomi Bappenas itu.