Jakarta (ANTARA) - Ketua Dewan Penasihat Bisnis ASEAN (ASEAN-BAC) Arsjad Rasjid mengatakan ASEAN Women CEO Forum dapat memperkuat peran strategis perempuan di dunia bisnis kawasan ASEAN.
di seluruh dunia. Perempuan terkendala masalah sosial, hukum, budaya, dan institusional, termasuk beban ganda atas tanggung jawab pekerjaan dan rumah tangga," katanya.
Dyah berharap diskusi yang digelar dalam ASEAN Women CEO Forum bisa mendorong kerja sama semua pihak untuk masa depan ekonomi lebih baik.
"Pemberdayaan ekonomi perempuan sejalan dengan komitmen kita bersama bahwa tidak ada satupun yang tertinggal," ujar Dyah.
"ASEAN Women CEO Forum memantapkan peran strategis perempuan dalam dunia bisnis dan kewirausahaan ASEAN. Forum ini juga akan berfungsi sebagai platform interaktif rekan-rekan untuk maju dan berbagi ide dalam membangun masyarakat lebih berkelanjutan, inklusif, adil, dan masa depan ASEAN yang lebih tangguh," kata Arsjad dalam ASEAN Women CEO Forum di Jakarta, Sabtu.
Arsjad mengatakan agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030 dan Visi Komunitas ASEAN 2025 menjadikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan sebagai hal penting.
Perempuan di ASEAN menghadapi lebih banyak masalah dibandingkan laki-laki dalam memulai dan menjalankan usaha. Padahal pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di kawasan ASEAN lebih banyak dari kaum perempuan.
Di Indonesia, kata Arsjad, jika dilihat dari 99 persen pelaku UMKM yang dilakukan oleh 64,2 juta pelaku usaha, 37 juta di antaranya dikelola oleh perempuan.
Kontribusi sebesar 60,51 persen UMKM bagi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia menyerap 96,92 persen tenaga kerja serta menyumbang 15,65 persen ekspor non-migas.
Hal itu membuktikan UMKM merupakan tulang punggung perekonomian, kata Arsjad. Namun, lanjutnya, kebijakan terkait hal itu tidak selalu menargetkan kebutuhan khusus perusahaan dan pendiri yang dipimpin perempuan.
Perempuan, tambah Arsjad, juga belum mendapat akses serupa terhadap otoritas pengambilan keputusan dan kepemimpinan, yang tidak hanya akan bermanfaat bagi kesejahteraan mereka, tapi juga memungkinkan berkontribusi terhadap kemajuan dan inklusivitas regional.
Padahal, menurut dia, para pemangku kepentingan bisnis dan pengusaha memainkan peran penting dalam pengembangan dan kesejahteraan masyarakat.
Namun, katanya, kesenjangan gender menyebabkan hilangnya pendapatan sebesar 30 persen dan kerugian rata-rata sebesar 17,5 persen bagi suatu negara dalam jangka panjang.
Oleh karena itu, ASEAN Women CEO Forum diharapkan bisa meningkatkan komitmen untuk mendorong pengembangan kewirausahaan perempuan dan pemberdayaan ekonomi dalam rangka pemulihan daerah dari pandemi COVID-19, serta transformasi digital dan pendidikan transformatif.
"Pembangunan ekonomi yang dilakukan para pemangku kepentingan dunia usaha dan pengusaha tidak hanya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat tetapi juga memperbaiki kondisi ekonomi perempuan, serta meningkatkan pendidikan perempuan dan meningkatkan kesadaran akan inferioritas perempuan dalam dunia usaha," jelasnya.
Sementara itu, Ketua ASEAN Women Entrepreneurs Network (AWEN) Dyah Anita Prihapsari mengungkapkan meskipun dunia sedang pulih dari krisis akibat pandemi COVID-19, perempuan masih menghadapi dampak ekonomi dan sosial yang cukup berat.
Perempuan juga menghadapi kendala dalam partisipasi di dunia kerja dan bisnis, serta kesulitan mencapai posisi manajerial yang lebih tinggi.
Baca juga: Gelar apel siaga KTT ke-43 ASEAN, Dirut PLN: Kami siapkan sistem pengamanan kelistrikan berlapis
Baca juga: Membumikan KTT ASEAN ke anak muda lewat pergelaran musik
"Berdasarkan Fortune 500, CEO perempuan hanya mencapai sekitar 5 persen, begitu pula posisi manajemen hanya sekitar 24 persen