Bukittinggi,- (ANTARA) -
Pemerintah Kota (Pemkot) Bukittinggi Sumatra Barat melalui Dinas Sosial setempat menggelar bimbingan teknis (Bimtek) penanganan korban bencana melalui Top Rescue Basic Medical First Responden (MFR) dan Hart Vertical Rescue (HVR) sebagai peningkatan kemampuan evakuasi penyelamatan di segala medan.
"Kita tentu berharap bencana tidak terjadi, tapi kita harus tetap waspada. Apa yang akan dilakukan jika terjadi bencana, bisa disimulasikan," katanya.
"Latihan bersama ini merupakan teknis penyelamatan lapangan atau mengingatkan kembali cara dan ilmunya bagi para relawan," kata Sekretaris Daerah Bukittinggi Martias Wanto di Bukittinggi, Selasa.
Peserta pelatihan sebanyak 40 orang perwakilan dari sejumlah komunitas relawan dari Kota Bukittinggi dengan narasumber tim Basarnas Padang dan tenaga profesional Tagana Bukittinggi.
Ia menjelaskan, terdapat dua materi dalam pelatihan tersebut, yakni Basic Medical First Responden atau MFR, adalah agar para relawan mampu menangani korban fraktur atau patah tulang serta kecelakaan apa saja bisa ditangani.
Materi kedua adalah Hart Vertical Rescue, yaitu tentang tali menali, juga bagaimana cara mengevakuasi korban di atas ketinggian dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas.
"Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan para relawan dalam penanganan di lapangan agar tidak keliru, tidak menimbulkan perubahan pada korban itu," kata Martias Wanto.
Ia menyampaikan, bimtek penanganan bencana ini penting dilakukan untuk meningkatan kemampuan skill bagi setiap anggota Tagana maupun tim relawan.
"Sangat penting mengingat situasi dan kondisi di lapangan sangat beragam, apalagi ditambah dengan kondisi bencana yang mengakibatkan dampak terhadap korban di lapangan sangat beragam," katanya.
Ia juga menyebutkan penanganan kebencanaan membutuhkan adanya keahlian dari seorang relawan untuk menyelamatkan nyawa korban dari berbagai himpitan akibat dampak bencana.
"Kejadian gempa di Bukittinggi sudah termasuk bencana yang cukup besar. Sebenarnya tidak ada prosedur yang baku dalam penanganan bencana. Quick respon jadi poin utama. Jika gagal dalam kecepatan pertama, potensi bertambahnya korban dan kerugian materiil, akan semakin tinggi," kata Martias Wanto.
Karena itu, katanya, simulasi itu sangat penting dilakukan yang gunanya menguatkan pengetahuan tentang antisipasi bencana.
"Kita tentu berharap bencana tidak terjadi, tapi kita harus tetap waspada. Apa yang akan dilakukan jika terjadi bencana, bisa disimulasikan," katanya.
Kepala Dinas Sosial Bukittinggi, Syanji Faredy menambahkan, pelatihan dan bimtek ini dilaksanakan dalam rangka untuk memberikan pemahaman dan keterampilan bagi tim relawan dalam pelaksanaan di lapangan, terutama pada saat adanya korban yang berada pada ketinggian sehingga dilakukan simulasi agar korban tersebut bisa terselamatkan.
Baca juga: BPBD telah salurkan bantuan untuk korban banjir di Kabupaten Bima
Baca juga: BPBD Lombok Tengah menyalurkan bantuan kepada korban angin puting beliung
"Bimtek ini diikuti oleh 40 peserta. Mereka terdiri atas 29 orang tagana, dua orang sahabat tagana, 6 enam orang personil Kampung Siaga Bencana (KSB) satu per kelurahan, pemadam kebakaran satu orang, BPBD satu orang dan PMI saru orang," katanya.