Sumbawa Barat (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) melaksanakan pelatihan relawan kebencanaan untuk meningkatkan dan memperkuat kesiapsiagaan daerah dalam menghadapi berbagai potensi bencana.
Bupati Sumbawa Barat Amar Nurmasnyah di Sumbawa Barat, Rabu, memberikan apresiasi kepada seluruh peserta pelatihan yang dengan keikhlasan dan kesadaran sosial bersedia menjadi relawan.
"Menjadi relawan kebencanaan bukanlah hal yang sederhana, karena menuntut jiwa sosial yang tinggi serta kemampuan untuk mengesampingkan kepentingan pribadi demi kepentingan kemanusiaan," katanya.
Ia mengatakan kebencanaan tidak hanya bersumber dari faktor alam, tetapi juga dapat terjadi akibat faktor non-alam.
Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu menyiapkan respons strategis, tidak hanya dalam menghadapi bencana, tetapi juga dalam kondisi kedaruratan lainnya.
"Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat tetap berkomitmen untuk melibatkan Palang Merah Indonesia (PMI) secara strategis dalam penanganan kebencanaan dan kegiatan kemanusiaan," katanya.
Baca juga: Sumbawa Barat antisipasi dampak bencana alam
Ia juga menginformasikan bahwa pembangunan Gedung PMI Kabupaten Sumbawa Barat ditargetkan rampung dalam waktu tiga bulan ke depan, lengkap dengan instalasi khusus layanan donor darah bagi masyarakat.
Ia mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial, khususnya donor darah, serta terlibat dalam upaya membantu masyarakat terdampak bencana.
Ia menekankan pentingnya peran relawan sebagai penggerak kepedulian sosial di masyarakat.
"Dengan pelaksanaan pelatihan ini, diharapkan akan lahir relawan-relawan kebencanaan yang tangguh, profesional, dan berorientasi pada nilai kemanusiaan, guna mendukung terwujudnya Kabupaten Sumbawa Barat yang tanggap dan siap menghadapi berbagai situasi darurat," katanya.
Ketua panitia pelaksana kegiatan itu, Baharuddin, menyampaikan bahwa pelatihan ini dirancang untuk meningkatkan kapasitas relawan dalam penanggulangan bencana.
Kegiatan akan berlangsung selama lima hari, dengan materi yang mencakup pemahaman kebencanaan serta praktik langsung di lapangan.
"Sehingga peserta tidak hanya memperoleh teori, tetapi juga pengalaman nyata dalam penanganan situasi darurat," katanya.
Baca juga: Pelajaran peran ekologis dari ekspansi jagung di Pulau Sumbawa
Baca juga: Sumbawa terdampak kekeringan ekstrem, Pemprov NTB turun tangan
Baca juga: Petaka ekologi akibat jagung di Pulau Sumbawa
