Mataram (Antara NTB) - Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat H Muhammad Amin mengkhawatirkan adanya perang tarif kamar penginapan sebagai dampak dari pertumbuhan jumlah hotel yang mencapai 20 persen pada 2015.
"Pertumbuhan hotel ini juga sangat menguntungkan bagi industri pariwisata, tetapi mengkhawatirkan juga, jangan sampai tidak terkendali, akhirnya perang tarif, ini yang kita khawatir," katanya di Mataram, NTB, Kamis.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) NTB, jumlah hotel kelas bintang di NTB pada 2015 sebanyak 55 hotel, atau bertambah 11 hotel dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 44 hotel.
Hotel-hotel kelas bintang tersebut tersebar di 10 kabupaten/kota, namun dominan di Kabupaten Lombok Barat sebanyak 22 hotel, disusul Kota Mataram 19 hotel.
Sementara jumlah hotel nonbintang hingga akhir 2015, sebanyak 829 hotel dengan sebaran terbanyak di Kabupaten Lombok Utara, mencapai 469 hotel.
Meskipun terus bertambah setiap tahun, Wakil Gubernur H Muhammad Amin menilai daerahnya masih memungkinkan untuk menambah pembangunan hotel.
Dengan begitu, akan lebih memudahkan pemerintah daerah dalam memfasilitasi kementerian/lembaga atau pihak swasta yang ingin mengadakan pertemuan skala besar di NTB.
"InsyaAllah masih memungkinkan untuk pembangunan hotel di NTB," ujarnya.
Menurut dia, dengan adanya wisata "meeting, incentive, convention, exhibition" (MICE), NTB sangat diuntungkan sebagai tuan rumah. Hal itu terlihat dari tingkat hunian kamar hotel yang masih cukup bagus, bahkan mencapai 100 persen pada kondisi tertentu.
Amin berharap kondisi tersebut terus bertahan, sehingga NTB akan selalu menjadi salah satu daerah yang favorit di Indonesia, dalam penyelenggaraan acara MICE atau kegiatan rapat, pertemuan dan eksebisi.
"Dengan kondisi yang menggembirakan ini, saya tekankan kepada manajemen hotel agar memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya dan suguhkan kuliner khas daerah," kata Wakil Gubernur H Muhammad Amin berpesan. (*)
Wagub NTB khawatir ada perang tarif hotel
"Pertumbuhan hotel ini juga sangat menguntungkan bagi industri pariwisata, tetapi mengkhawatirkan juga, jangan sampai tidak terkendali"