Jakarta (ANTARA) - Badan PBB untuk Urusan Pengungsi (UNHCR) mengapresiasi tindakan dari otoritas Indonesia dan masyarakat Aceh selama tiga hari terakhir untuk menyelamatkan dan mengizinkan pendaratan orang-orang yang menghadapi kesulitan di laut, terutama bagi sekitar 341 pengungsi Rohingya.
"Para pengungsi Rohingya sekali lagi mengambil risiko yang mempertaruhkan nyawa dalam mencari solusi," kata Kepala Perwakilan UNHCR di Indonesia Ann Maymann melalui pernyataan yang diterima di Jakarta, Jumat.
Dengan mengizinkan pendaratan aman bagi sekitar 341 pengungsi Rohingya, yang tiba dengan dua perahu terpisah antara 14 dan 15 November, Indonesia dinilai telah menunjukkan solidaritas dan jiwa kemanusiaan yang kuat.
UNHCR berharap agar kepedulian dan keramahan tersebut diberikan secara berkelanjutan untuk mendukung pendaratan perahu lain yang mungkin akan datang, termasuk perahu ketiga yang saat ini terombang ambing di lepas pantai Aceh.
"Perjalanan berbahaya dilakukan oleh mereka yang tidak memiliki peluang dan yang telah kehilangan harapan. Saat krisis global semakin meningkat dan sumber daya kemanusiaan semakin berkurang, kita harus segera bertindak untuk menyelamatkan nyawa, dan juga segera memperluas solusi," kata Maymann lebih lanjut.
UNHCR dan para mitra saat ini disebutkan telah berada di lokasi pendaratan, bekerja sama dengan pihak berwenang untuk memberikan perlindungan dan bantuan kepada mereka yang telah mendarat, termasuk banyak perempuan dan anak-anak.
Perahu ketiga yang membawa sekitar 200 pengungsi Rohingya yang membutuhkan makanan, air, dan perhatian medis - termasuk sejumlah besar perempuan dan anak-anak - belum diizinkan untuk mendarat dan masih berada di lepas pantai Aceh.
Untuk itu, UNHCR meminta Indonesia untuk segera bertindak guna memungkinkan pendaratan dan menyediakan bantuan penyelamatan jiwa bagi para pengungsi.
Selain perahu yang saat ini masih dalam kesulitan, UNHCR juga menyebutkan laporan yang menunjukkan bahwa sedikitnya satu perahu lain kemungkinan masih berada di laut dan lebih banyak kapal lainnya diduga akan berangkat dari Bangladesh dan Myanmar dalam waktu dekat, karena pengungsi Rohingya terus mencari keamanan dan perlindungan.
UNHCR kembali menyampaikan seruannya kepada semua negara di kawasan untuk meningkatkan koordinasi regional guna melakukan penyelamatan para pengungsi yang berada di laut, dan untuk sepenuhnya memobilisasi kapasitas penyelamatan mereka, dan segera memfasilitasi pendaratan yang aman.
Hukum laut yang relevan seperti Konvensi SOLAS, UNCLOS, dan SAR, yang telah diratifikasi oleh Indonesia serta hukum kebebasan internasional, menurut mereka, harus dijunjung tinggi dan berlaku untuk semua negara.
Baca juga: Masyarakat Aceh menolak kedatangan imigran Rohingya
Baca juga: Pengungsi terbakarnya TPA Rawa Kucing sebagian mulai pulang
"Kami menyerukan kepada semua negara yang terlibat untuk mematuhi komitmen yang telah dibuat dalam Deklarasi Bali dan meningkatkan kerja sama dan koordinasi regional untuk melakukan pencarian dan penyelamatan yang dapat diprediksi serta pendaratan yang aman," kata Maymann.
"Prioritas utama harus menyelamatkan nyawa dan menghindari tragedi yang lebih besar," kata dia lebih lanjut.