BNPT mepaparkan sejumlah isu penting akhir tahun 2023

id Bnpt,Fkpt,Terorisne,Radikalisme,Intoleransi,Rakornas fkpt 2023

BNPT mepaparkan sejumlah isu penting akhir tahun 2023

Kepala BNPT Komisaris Jenderal Polisi Rycko Amelza Dahniel di Jakarta, Selasa malam (19/12) saat membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) VII. (ANTARA/iskandar Zulkarnaen)

Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memaparkan sejumlah isu penting akhir tahun 2023, termasuk momentum yang segera dihadapi, yakni perayaan Natal 2023 dan tahun baru 2024.

"Ada enam isu penting itu, termasuk perayaan Natal dan tahun baru 2024 serta isu kedua, yakni Pilpres (pemilihan presiden) pada Februari 2024 agar bisa berjalan aman dan damai tanpa serangan teroris," kata Kepala BNPT Komisaris Jenderal Polisi Rycko Amelza Dahniel di Jakarta, Selasa malam.

Hal itu diungkapkan pada pembukaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) VII yang diikuti oleh sejumlah pengurus forum mitra strategis BNPT itu dari 34 provinsi se-Indonesia.

Isu ketiga disampaikan pada Rakornas yang berlangsung dari 19-22 Desember 2023, yakni langkah strategis agar masyarakat jangan mudah terpancing isu terkait Gaza.

"Isu keempat, yakni pola serangan yang semula menggunakan 'hard approach' menjadi 'soft approach', yakni dari data grafik kita melihat serangan terorisme terus menurun jangan membuat kita terlena karena justru pola serangan yang mereka ubah," katanya.

Ia memperlihatkan grafik serangan yang terus menurun karena pola pendekatan serangan yang berubah, diduga kelompok dengan paham kekerasan ini justru memperkuat sel atau jaringan sambil menunggu momen untuk melakukan serangan. Isu kelima, yakni mewaspadai meningkatnya radikalisme kepada kelompok rentan, yakni perempuan, anak-anak dan remaja.

"Isu terakhir, yakni upaya meningkatkan rasa keperdulian masyarakat serta partisipasi publik sehingga tercipta resiliensi masyarakat," katanya.

Resiliensi adalah ketahanan psikologis, yakni kemampuan untuk mengatasi krisis secara mental dan emosional, atau untuk kembali ke status sebelum krisis dengan cepat.

"Pola serangan kelompok paham kekerasan ini sebenarnya bukan sekedar secara fisik namun keyakinan, tidak bisa menerima perbedaan karena yakin hanya mereka kelompok paling benar. Bermula dari intoleransi, berujung ke radikalisme dan terorisme," paparnya.

Baca juga: Kepala BNPT mengingatkan generasi muda waspada radikalisme di medsos
Baca juga: BNPT komitmen perkuat identifikasi manajemen risiko


Oleh sebab itu, Kepala BNPT menyerukan agar semua pihak meningkatkan keperdulian dalam melawan radikalisme dan terorisme, karena BNPT maupun Polri tidak efektif jika bekerja sendirian.

"Ini strategi kita dalam melawan mereka, yakni memperkuat kerja sama semua pihak terkait serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa karena cara mereka ingin memperlemah kita dengan menimbulkan perpecahan," papar Ketua BNPT.