Kupang (ANTARA) - Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur menyebutkan provinsi berbasis kepulauan itu sampai saat ini masih terbebas penyakit mulut dan kuku (PMK) serta Lumpy Skin Disease (LSD) atau kulit menggumpal.
"Sampai saat ini NTT masih zero penyakit hewan seperti PMK dan LSD," kata Kepala Bidang Agribisnis dan Kelembagaan Dinas Peternakan Provinsi NTT Edy Djuma di Kupang, Rabu.
Hal ini disampaikannya berkaitan dengan antisipasi penyebaran PMK dan LSD di Provinsi NTT selama tahun 2023.
Dia mengatakan bahwa NTT merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang masih bebas dari penyakit tersebut sehingga tidak heran permintaan pengiriman sapi banyak berasal dari sejumlah provinsi di Indonesia.
Terbukti selama tahun 2023 saja, ada sekitar 66 ribuan ekor sapi yang berhasil dikirim keluar dari NTT menuju Jawa Barat, Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi. Permintaan terbanyak pada saat Idul Adha. Selain itu sapi yang dikirim juga ada sapi jenis Bali yang berukuran kecil sehingga selain sehat tetapi harganya murah.
Untuk mencegah agar NTT tetap zero kasus penyakit hewan itu, Pemprov NTT berdasarkan Instruksi Gubernur Nomor 02 tanggal 16 Agustus 2022 telah melarang masuknya berbagai macam daging olahan atau sosis yang berbahan dari daging sapi atau sejenisnya.
"Untuk mencegah penyakit tersebut NTT melakukan proteksi wilayah dengan melarang masuknya berbagai produk dan ternak rentan PMK dari luar masuk ke wilayah NTT sesuai dengan instruksi gubernur," ujar dia.
Edy berharap semua pihak baik pemerintah, swasta maupun masyarakat sendiri bekerja sama menjaga kelestarian dengan meningkatkan produksi dan produktivitas ternak yang ada. Pada 12 Januari 2024 pihak Karantina Kesehatan Hewan NTT melalui Satuan Pelayanan Waingapu Kabupaten Sumba Timur berhasil menggagalkan masuknya 7,5 kilogram daging kebab serta satu kilogram sosis.
Hal ini merupakan salah satu contoh upaya yang dilakukan untuk instansi terkait untuk mencegah masuknya PMK dan LSD. Lebih lanjut, kata dia, untuk menjaga agar produksi sapi tetap tinggi di NTT maka para pemilik sapi bisa memanfaatkan teknologi untuk mendapatkan pakan ternak yang mencukupi.
Baca juga: Riau antisipasi penularan antraks pada hewan ternak
Baca juga: Pemkot Tanjungpinang imbau waspada beli ternak sapi
“Masalah NTT sejauh ini adalah tentang persoalan pakan. Jadi diharapkan masyarakat mulai memanfaatkan teknologi yang ada untuk menghasilkan pakan agar bisa mencukupi kebutuhan ternak saat persediaan pakan berkurang atau menipis” ujarnya.
Berita Terkait
BPBD Matim identifikasi deker ambruk
Rabu, 18 Desember 2024 5:44
Pelni Labuan Bajo tingkatkan keselamatan-keamanan kapal menjelang Nataru
Jumat, 13 Desember 2024 5:18
Basarnas Maumere gelar kesiapsiagaan hadapi Naru
Jumat, 13 Desember 2024 3:52
Pajak kendaraan bermotor NTT turun jadi 1,2 persen
Rabu, 11 Desember 2024 4:27
Paus terdampar di Ngada NTT digiring ke laut lepas
Rabu, 11 Desember 2024 4:24
Aktivitas Gunung Anak Ranakah di NTT masih waspada
Rabu, 11 Desember 2024 3:45
OJK imbau Bank NTT segera penuhi ketentuan modal inti
Selasa, 10 Desember 2024 21:11
Sebanyak 900 KK korban erupsi Lewotobi menerima ketetapan lahan relokasi
Minggu, 8 Desember 2024 10:46