Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman menyampaikan bahwa pasar modal Indonesia yang maju dan stabil akan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Menurutnya, hal tersebut tetap harus disertai dengan kolaborasi yang baik antara pemerintah, sektor bisnis dan masyarakat.
“Industri pasar modal memiliki peran yang sangat penting untuk mendorong pertumbuhan perekonomian negara,” ujar Iman dalam acara "Road to Indonesia Management Summit (IMS) 2024” di Jakarta, Senin.
Ia menjelaskan, pasar modal Indonesia sejak tahun 2019 telah mampu mencatatkan akumulasi penghimpunan dana senilai Rp479,42 triliun, di sisi lain sejak periode yang sama sektor perbankan mencatatkan total pinjaman beredar senilai Rp5.142 triliun.
“Perbandingan ini menunjukkan bahwa pasar modal adalah alternatif strategi pendanaan yang kompetitif,” ujar Iman.
Selain itu, lanjutnya, kontribusi pasar modal Indonesia bagi negara juga tercermin dari total nilai pajak yang dibayarkan oleh perusahaan tercatat yaitu senilai Rp185,17 triliun, atau sekitar 26 persen dari total pendapatan pemerintah tahun 2023.
Kemudian, pembagian dividen oleh perusahaan tercatat kepada para investor juga meningkat menjadi senilai Rp366,6 triliun pada tahun 2023. Di sisi lain, pihaknya mengingatkan terkait adanya peluang dan tantangan yang perlu dihadapi oleh pasar modal Indonesia.
Baca juga: BEI mencatat jumlah investor pasar modal tembus 13 juta SID
Baca juga: Prediksi harga saham hari ini akan menguat
Ia menjelaskan, beberapa peluang, diantaranya Indonesia sebagai negara peringkat ke enam terbaik di Asia Tenggara dalam kemudahan berbisnis pada tahun 2020, serta bonus demografi dari populasi keempat terbesar di dunia setelah China, India dan Amerika Serikat (AS), yang dapat diubah menjadi aset yang produktif bagi perekonomian Indonesia di masa depan.
Kemudian, beberapa tantangan, diantaranya adanya bahaya perlambatan ekonomi global, inflasi dan tingkat suku bunga yang meningkat, sehingga dapat mengurangi daya beli konsumen dan investasi dalam industri pariwisata.
“Serta ketegangan geopolitik, terutama di Timur Tengah yang dapat mempengaruhi harga komoditas, inflasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka panjang,” ujar Iman