UNIDO meluncurkan platform MyNyale merek kolektif UMKM di NTB
Lombok Barat, NTB (ANTARA) - United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) meluncurkan platform aplikasi MyNyale sebagai merek kolektif pertama bagi usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Peluncuran itu dilakukan Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga, Kementerian Koperasi dan UKM Riza Damanik didampingi UNIDO Country Representative di Indonesia Marco Kamiya, dan Kepala Dinas Koperasi dan UMKM NTB Ahmad Mashuri, di kawasan wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, Jumat.
Staf Ahli Menteri Koperasi dan UKM Riza Damanik mengatakan Kementerian Koperasi dan UKM sangat mengapresiasi inovasi semacam ini dalam membangun ekosistem yang memudahkan pelaku UMKM untuk tumbuh dan berkembang.
"Salah satu caranya itu, yakni dengan membangun koperasi, membangun kluster ekonomi, dan bagaimana memiliki merek kolektif yang sama seperti yang telah diluncurkan (MyNyale)," ujarnya.
Untuk itu, kata Riza, adanya merek kolektif, adanya koperasi dan kluster ekonomi maka pelaku UMKM jauh lebih mudah bisa naik kelas, dan bisa masuk dalam mata rantai pasok, serta bisa membangun kemitraan yang lebih besar dengan industri skala besar.
"Karena mereka sudah bisa mendapatkan kepastian pasar, akses pembiayaan dan produknya jauh lebih berstandar dan secara ekonomi lebih efisien, maka inilah strategi yang terus kita (Kementerian Koperasi) dorong dan kembangkan," kata Riza.
Menurutnya, peluncuran platform aplikasi digital seperti MyNyale, merupakan bentuk praktik dari upaya-upaya mendukung pengembangan UMKM bisa lebih terencana (merek kolektif, adanya koperasi dan kluster ekonomi) maka pelaku UMKM jauh lebih mudah bisa naik kelas.
"Kalau dulu menjadi pelaku UMKM itu adalah pilihan atau bukan pilihan dalam arti karena tidak bisa terserap di sektor formal, maka memilih jadi UMKM, nggak boleh lagi begitu. Menjadi UMKM itu harus menjadi pilihan yang rasional dengan cara memperkuat ekosistemnya, pemerintah memperbaiki ekosistem-nya. Apa yang dilakukan MyNyale adalah memperkuat ekosistemnya," kata Riza.
Oleh karena itu, kata dia lagi, yang tadinya sulit mendapatkan akses pembiayaan dan sulit mendapatkan akses pasar, itu terjawab dengan memperkuat ekosistemnya, sehingga anak muda Indonesia mau masuk di sektor-sektor produktif. Sebab keunggulan ekonomi Indonesia itu ada di agriculture dan aquaculture.
"Kehadiran koperasi dan UMKM tidak lain untuk mengentaskan kemiskinan. Menjaga lingkungan berkelanjutan dan inklusif serta mendorong anak muda dan perempuan untuk berkembang/inovasi dalam UMKM," katanya pula.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM NTB Ahmad Mashuri memberikan apresiasi atas peluncuran MyNyale. Diharapkan keberadaan platform aplikasi ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi pelaku UMKM serta memajukan produk-produk unggulan NTB.
"Kita tidak hanya mengedepankan kualitas melainkan bisa mengangkat kearifan lokal dan nilai-nilai budaya yang ada," ujarnya lagi.
Selain itu, kata dia, sebagai merek kolektif (MyNyale) dapat dijadikan identitas kolektif yang kuat mewakili kebanggaan terhadap potensi alam, budaya, dan anugerah kekayaan alam Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.
Pemerintah daerah memiliki peran penting dalam memanfaatkan kehadiran merek kolektif MyNyale. Memajukan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat NTB. Oleh sebab itu, momentum ini menjadi kesempatan untuk bersinergi dalam memajukan perekonomian daerah.
"Kami mendorong para pelaku UMKM di NTB untuk terus berinovasi dan berkembang," katanya lagi.
UNIDO Country Representative di Indonesia Marco Kamiya mengatakan kehadiran aplikasi semacam itu merupakan upaya mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) di Indonesia, khususnya NTB.
"Merek 'MyNyale', menandai masuknya merek ini ke pasar sebagai merek kolektif pertama di NTB yang berorientasi pada SDGs," ujarnya.
Ia menambahkan keberadaan platform aplikasi seperti itu dapat menghubungkan produk lokal dengan nasional dan global, sehingga menciptakan manfaat bagi para UMKM. Oleh karena itu, dengan peluncuran ini mempromosikan gebrakan dan mengedepankan integrasi pada pasar global.
"Ini langkah besar bagi NTB untuk produksi produk lokal secara berkelanjutan menuju pasar global. Kami berharap ini bisa mendukung dan kami yakin proyek ini bisa masuk pasar global dan bisa bertahan lama di NTB," katanya.
Merek kolektif ini merupakan salah satu strategi UNIDO melalui program pendampingan teknis UMKM di bawah program bersama Perserikatan Bangsa Bangsa (ASSIST) ‘Accelerating SDGs Investment in Indonesia’ untuk meningkatkan market akses UMKM lokal melalui kolaborasi dan kerja sama untuk pencapaian bersama. Program ini didukung oleh Kementerian Koperasi dan UKM serta Pemerintah Provinsi NTB.
Baca juga: Perusahaan aplikasi fasilitasi produk pertanian agar mudah dijangkau konsumen
Baca juga: BI akselerasi pengembangan UMKM go digital
Nama MyNyale terinspirasi dari legenda Putri Mandalika, yang menyatukan masyarakat demi kebaikan bersama, dan hal ini juga yang menjadi esensi dari MyNyale menghubungkan berbagai sektor, memberdayakan perempuan dan para penenun, serta membantu petani lokal, perajin lokal dan pengusaha lokal secara kolektif melalui pusat quality control dan platform pemasaran serta inovasi.
Merek ini dikelola secara strategis oleh Koperasi Produsen Gumi Nyale Sejahtera dengan 12 pionir UMKM sebagai pemimpin dari lebih dari 1.000 ekosistem UMKM lainnya di NTB.
Peluncuran itu dilakukan Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga, Kementerian Koperasi dan UKM Riza Damanik didampingi UNIDO Country Representative di Indonesia Marco Kamiya, dan Kepala Dinas Koperasi dan UMKM NTB Ahmad Mashuri, di kawasan wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, Jumat.
Staf Ahli Menteri Koperasi dan UKM Riza Damanik mengatakan Kementerian Koperasi dan UKM sangat mengapresiasi inovasi semacam ini dalam membangun ekosistem yang memudahkan pelaku UMKM untuk tumbuh dan berkembang.
"Salah satu caranya itu, yakni dengan membangun koperasi, membangun kluster ekonomi, dan bagaimana memiliki merek kolektif yang sama seperti yang telah diluncurkan (MyNyale)," ujarnya.
Untuk itu, kata Riza, adanya merek kolektif, adanya koperasi dan kluster ekonomi maka pelaku UMKM jauh lebih mudah bisa naik kelas, dan bisa masuk dalam mata rantai pasok, serta bisa membangun kemitraan yang lebih besar dengan industri skala besar.
"Karena mereka sudah bisa mendapatkan kepastian pasar, akses pembiayaan dan produknya jauh lebih berstandar dan secara ekonomi lebih efisien, maka inilah strategi yang terus kita (Kementerian Koperasi) dorong dan kembangkan," kata Riza.
Menurutnya, peluncuran platform aplikasi digital seperti MyNyale, merupakan bentuk praktik dari upaya-upaya mendukung pengembangan UMKM bisa lebih terencana (merek kolektif, adanya koperasi dan kluster ekonomi) maka pelaku UMKM jauh lebih mudah bisa naik kelas.
"Kalau dulu menjadi pelaku UMKM itu adalah pilihan atau bukan pilihan dalam arti karena tidak bisa terserap di sektor formal, maka memilih jadi UMKM, nggak boleh lagi begitu. Menjadi UMKM itu harus menjadi pilihan yang rasional dengan cara memperkuat ekosistemnya, pemerintah memperbaiki ekosistem-nya. Apa yang dilakukan MyNyale adalah memperkuat ekosistemnya," kata Riza.
Oleh karena itu, kata dia lagi, yang tadinya sulit mendapatkan akses pembiayaan dan sulit mendapatkan akses pasar, itu terjawab dengan memperkuat ekosistemnya, sehingga anak muda Indonesia mau masuk di sektor-sektor produktif. Sebab keunggulan ekonomi Indonesia itu ada di agriculture dan aquaculture.
"Kehadiran koperasi dan UMKM tidak lain untuk mengentaskan kemiskinan. Menjaga lingkungan berkelanjutan dan inklusif serta mendorong anak muda dan perempuan untuk berkembang/inovasi dalam UMKM," katanya pula.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM NTB Ahmad Mashuri memberikan apresiasi atas peluncuran MyNyale. Diharapkan keberadaan platform aplikasi ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi pelaku UMKM serta memajukan produk-produk unggulan NTB.
"Kita tidak hanya mengedepankan kualitas melainkan bisa mengangkat kearifan lokal dan nilai-nilai budaya yang ada," ujarnya lagi.
Selain itu, kata dia, sebagai merek kolektif (MyNyale) dapat dijadikan identitas kolektif yang kuat mewakili kebanggaan terhadap potensi alam, budaya, dan anugerah kekayaan alam Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.
Pemerintah daerah memiliki peran penting dalam memanfaatkan kehadiran merek kolektif MyNyale. Memajukan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat NTB. Oleh sebab itu, momentum ini menjadi kesempatan untuk bersinergi dalam memajukan perekonomian daerah.
"Kami mendorong para pelaku UMKM di NTB untuk terus berinovasi dan berkembang," katanya lagi.
UNIDO Country Representative di Indonesia Marco Kamiya mengatakan kehadiran aplikasi semacam itu merupakan upaya mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) di Indonesia, khususnya NTB.
"Merek 'MyNyale', menandai masuknya merek ini ke pasar sebagai merek kolektif pertama di NTB yang berorientasi pada SDGs," ujarnya.
Ia menambahkan keberadaan platform aplikasi seperti itu dapat menghubungkan produk lokal dengan nasional dan global, sehingga menciptakan manfaat bagi para UMKM. Oleh karena itu, dengan peluncuran ini mempromosikan gebrakan dan mengedepankan integrasi pada pasar global.
"Ini langkah besar bagi NTB untuk produksi produk lokal secara berkelanjutan menuju pasar global. Kami berharap ini bisa mendukung dan kami yakin proyek ini bisa masuk pasar global dan bisa bertahan lama di NTB," katanya.
Merek kolektif ini merupakan salah satu strategi UNIDO melalui program pendampingan teknis UMKM di bawah program bersama Perserikatan Bangsa Bangsa (ASSIST) ‘Accelerating SDGs Investment in Indonesia’ untuk meningkatkan market akses UMKM lokal melalui kolaborasi dan kerja sama untuk pencapaian bersama. Program ini didukung oleh Kementerian Koperasi dan UKM serta Pemerintah Provinsi NTB.
Baca juga: Perusahaan aplikasi fasilitasi produk pertanian agar mudah dijangkau konsumen
Baca juga: BI akselerasi pengembangan UMKM go digital
Nama MyNyale terinspirasi dari legenda Putri Mandalika, yang menyatukan masyarakat demi kebaikan bersama, dan hal ini juga yang menjadi esensi dari MyNyale menghubungkan berbagai sektor, memberdayakan perempuan dan para penenun, serta membantu petani lokal, perajin lokal dan pengusaha lokal secara kolektif melalui pusat quality control dan platform pemasaran serta inovasi.
Merek ini dikelola secara strategis oleh Koperasi Produsen Gumi Nyale Sejahtera dengan 12 pionir UMKM sebagai pemimpin dari lebih dari 1.000 ekosistem UMKM lainnya di NTB.