Manajer Manchester United frustasinya Ruben Amorim

id manchester united,ruben amorim,liga inggris

Manajer Manchester United frustasinya Ruben Amorim

Pelatih Manchester United (MU) Ruben Amorim. ANTARA/Manchester United/am.

Jakarta (ANTARA) - Pasca pertandingan pertama Ruben Amorim sebagai Manajer Manchester United, yakni pada laga imbang 1-1 melawan Ipswich Town akhir pekan kemarin, banyak tangkapan kamera media yang memperlihatkan frustasinya pelatih asal Portugal tersebut.

Dalam asa baru Manchester United di tangan pelatih baru, setelah sembilan pelatih pasca era Sir Alex Ferguson, dengan lima di antaranya berakhir dipecat dan empat pelatih sementara, para penggemar dihadapkan pada harapan yang berulang. Yang mungkin sudah tidak ada euforia baru lagi, selain harapan yang terbaik bagi Manchester United.

Ruben Amorim, yang pada masa-masa terakhirnya melatih klub Portugal Sporting CP begitu garang dengan menorehkan sembilan kemenangan beruntun dan tak terkalahkan dalam 19 laga, bahkan membantai 4-0 peraih treble 2023, Manchester City, harus rela ditahan imbang klub promosi Liga Championship di pertandingan perdananya bersama Setan Merah.

Di laga itu, di pinggir lapangan, Ruben Amorim berkali-kali gelisah dan tampak frustasi.

Manchester United hanya bermain apik tidak lebih dari dua menit awal, sebelum akhirnya jalannya pertandingan kembali seperti laga yang sudah-sudah. Tidak enak ditonton.

Saat laga usai, barulah Amorim mengutarakan unek-uneknya kepada media.

Satu per satu, para pemainnya mendapat evaluasi, dan yang bermain bagus diapresiasi.

Sudah jelas bahwa United bermain semaunya sendiri, tanpa mengikuti perintah dari Amorim, yang disebutnya sebagai sedikit berisiko, sedikit tidak nyaman, sedikit berkorban namun harapannya akan menampilkan hasil yang lebih baik.

Diogo Dalot, bek yang juga berasal dari Portugal, mendapat banyak kritikan dari para penggemar karena permainan buruknya yang membuang-buang penguasaan bola lantaran operan yang tidak baik.

“Dalot biasa mengoper bola ke bek tengah, lalu dia bermain ke dalam, menjadi gelandang,” kata Amorim. Dia meminta Dallot untuk tetap berada di posisinya.

“Zirkzee harus paham bahwa dia harus masuk ke kotak untuk mendapatkan umpan.”

“Bruno maunya mengumpan lambung setiap waktu.”

“Onana menyelamatkan kami setidaknya dua kali. Dia biasa mengoper bola lambung, sekarang dia berusaha terkoneksi dengan pemain lain, dan itu bagus menurut saya.”

Tidak hanya sejumlah pemain yang dievaluasi. Beberapa yang lain diapresiasi.

“Mazraoui sangat cerdas. Dia bisa bermain di mana saja. Pemain seperti ini sangat krusial untuk masa depan.”

“Amad sangat bagus. Dalam tiga hari, dia banyak peningkatan dalam pertahanan.”

Dari frustasinya Ruben Amorim di pinggir lapangan, dari pernyataan-pernyataannya kepada media tentang strateginya yang tidak jalan, diketahuilah bahwa memang para pemain United ini bebal dan tidak menjalankan perintah.

Sama seperti yang pernah diutarakan oleh manajer-manajer sebelumnya, seperti Ralf Rangnick ataupun Erik ten Hag, bahwa pemainnya tidak menjalankan sistem yang diinginkan oleh pelatih.

Tapi, di situlah tugas utama seorang manajer. Mereka harus bisa mengelola para pemainnya dengan baik, agar bisa menjalankan strategi yang dipercaya dapat memenangi pertandingan.

Diogo Dalot dalam kesempatan lain menyampaikan ide pelatih barunya kepada seluruh pemain.

"Berlarilah ke belakang dan bekerja keras. Berikan opsi, dan jangan takut untuk menguasai bola. Pesan yang dia sampaikan kepada semua orang sangat jelas, dia ingin kami memiliki lebih banyak kontrol atas pertandingan."

Pada suatu tayangan televisi, mantan pemain Liverpool, Jamie Carragher, mencoba menggambarkan hasil wawancara usai pertandingan dari Ruben Amorim dalam tayangan ulang video pertandingan United vs Town.

Satu per satu, Jamie membedah bahasa tubuh para pemain dan Ruben Amorim yang menginstruksikan para pemain, atau Amorim yang kecewa atas keputusan pemain.

Amorim menginginkan para pemain United melakukan pressing kepada pemain lawan, sekalipun seorang bek tengah, Jhony Evans, harus menempel pemain di dekat kotak penalti lawan, atau Casemiro sang gelandang yang menekan lawan di dalam kotak penalti. Itulah yang disebut oleh Amorim mengambil sedikit risiko.

Para pemain United diminta bermain lebih menekan dengan baris pertahanan yang sangat tinggi, meskipun bagi sebagian pemain terasa tidak nyaman dan kikuk.

Baca juga: Hasil imbang warnai debut Ruben Amorim tangani MU

Amorim mengakui bahwa latihan tiga hari dengan skuad utuh, terlalu singkat untuk mengaplikasikan sistem baru yang dibawa oleh pelatih baru. Beberapa pemain masih ada yang kebingungan di lapangan, dan harus diperintah lagi olehnya dari tepi bangku cadangan. Amorim mengapresiasi para pemainnya yang berusaha keras mengaplikasikan strategi, meski tidak sedikit kesalahannya.

Pertanyaannya adalah, bisakah seorang Ruben Amorim mengubah para pemain United yang memiliki tidak sedikit drama di luar lapangan, menjadi patuh dan tunduk pada sistem yang diterapkan?

Pelatih interim United musim 2021-2022, Ralf Rangnick, pernah mengatakan di akhir masa manajerialnya bahwa seluruh skuad United harus diganti dengan yang baru, agar permainan bisa berjalan sesuai rencana laga.

Manajer MU yang terakhir dipecat, Erik ten Hag, hampir melakukannya di seluruh lini, dengan belanja besar-besaran dan ngotot untuk membeli pemain yang dia percaya, yang pernah ditanganinya, yang kebanyakan mantan pemain Ajax. Namun, hal itu juga tidak berhasil.

Kini giliran Amorim. Setelah lima manajer dipecat di tengah musim, setelah lima pelatih sementara yang kebanyakan legenda Manchester United menangani lalu pergi, apakah Ruben Amorim adalah orangnya?

Baca juga: West Ham tundukkan Newcastle 2-0

Seseorang yang bisa mematahkan ucapan penjaga gawang legendaris United, David de Gea, yang mengatakan bahwa “United dikutuk.”

Apakah Ruben Amorim, seperti yang dia pernah ucapkan sendiri sebelum Sporting menghabisi “tetangga berisik” Manchester City 4-0 di Liga Champions, bahwa “Sir Alex Ferguson baru telah datang”?

Para penggemar Manchester United mungkin sudah lelah dengan siklus yang terus berulang, euforia pelatih baru-bermain bagus-bermain buruk-tenggelam di papan klasemen-pecat pelatih-euforia pelatih baru-bermain bagus-bermain buruk-tenggelam di papan klasemen dan seterusnya.

Semoga Ruben Amorim adalah pelatih yang menghentikan lingkaran setan itu.