Bulog Kediri gandeng TNI dan Distan serap beras petani

id Serapan Gabah,Bulog Kediri,Imam Mahdi,Jawa Timur

Bulog Kediri gandeng TNI dan Distan serap beras petani

Perum Bulog Cabang Kediri, Jawa Timur, menggandeng berbagai pihak, termasuk TNI dan Dinas Pertanian untuk memastikan serapan gabah dan beras berjalan optimal di puncak musim panen Maret–April 2025. (ANTARA/HO-Bulog)

Mataram (ANTARA) - Bulog Cabang Kediri, Jawa Timur, menggandeng berbagai pihak, termasuk TNI dan Dinas Pertanian untuk memastikan serapan gabah dan beras berjalan optimal di puncak musim panen Maret–April 2025.

Pimpinan Perum Bulog Kantor Cabang (Kancab) Kediri, Imam Mahdi, menegaskan bahwa pihaknya siap dan serius dalam menyerap gabah petani. Langkah strategis tersebut bertujuan untuk menjaga stabilitas harga dan mencegah penumpukan hasil panen yang bisa berdampak pada kualitas gabah.

"Realisasi serapan Kancab Kediri menjadi yang tertinggi di Jawa Timur, dengan total 33.600 ton setara gabah kering panen (GKP) atau 16.800 ton setara beras," katanya.

Namun, kata dia, tantangan utama yang dihadapi adalah keterbatasan kapasitas pengeringan, terutama di tengah tingginya intensitas hujan yang bisa mempengaruhi kualitas gabah.

Menurut Imam, puncak panen pada Maret hingga April 2025 menjadi ujian bagi Bulog Kediri. Dengan produksi yang mencapai 5.600 ton per hari, kapasitas pengeringan yang tersedia hanya 450 ton per hari. kondisi tersebut menjadi tantangan tersendiri.

"Jumlah produksi di puncak panen memang jauh lebih tinggi dibandingkan kapasitas pengeringan yang ada. Tapi kita tidak boleh menyerah. Solusinya adalah kita harus kolaborasi dengan semua pihak, baik itu TNI, Pemda, maupun Dinas Pertanian melalui PPL-nya," jelasnya.

Untuk mengatasi kendala ini, Imam mengatakan, pihaknya mendorong para petani untuk melakukan penjadwalan panen. Dengan sistem ini, gabah yang dipanen dapat langsung diproses di pengeringan, sehingga mengurangi risiko gabah rusak akibat penundaan.

Baca juga: Bulog harus ambil peran atasi beras sisa impor berkutu

"Jika panen tidak dijadwalkan, ada risiko gabah menumpuk dan tidak bisa segera dikeringkan, apalagi saat curah hujan masih tinggi. Selain itu, menunda panen juga bisa berdampak pada kualitas gabah," ucapnya.

Dalam upaya mempercepat serapan, Bulog Kediri tidak bekerja sendirian. Imam menegaskan bahwa dukungan dari TNI dan Dinas Pertanian sangat penting untuk memastikan gabah petani bisa segera ditangani.

"Bulog butuh dukungan dari berbagai pihak, terutama dari TNI dan para penyuluh pertanian lapangan (PPL) yang tersebar di seluruh desa. Dengan adanya kolaborasi ini, kita bisa memastikan bahwa gabah petani terserap secara maksimal," kata Imam.

Selain itu, Bulog Kediri juga telah membentuk 18 tim jemput gabah yang setiap hari berkeliling ke titik panen untuk mengambil hasil panen petani dan melakukan pembayaran secara tunai.

Baca juga: Bupati Dompu soroti kendala penyerapan hasil tani di CDC milik Bulog

"Kami ingin memastikan bahwa petani tidak kesulitan menjual gabahnya. Oleh karena itu, tim jemput gabah ini kami terjunkan agar serapan bisa lebih optimal," ujar Imam.

Menanggapi isu yang menyebutkan bahwa Bulog Kediri enggan menyerap gabah petani, Imam Mahdi dengan tegas membantahnya.

"Setiap hari, kami menyerap lebih dari 1.500 ton GKP. Namun, jika masih ada petani yang belum tersentuh, itu bukan berarti kami tidak mau menyerap. Wajar jika ada yang belum terjangkau, mengingat luasnya wilayah dan tingginya produksi," ungkapnya.

Ia juga menegaskan bahwa Bulog tetap membuka diri terhadap masukan dari semua pihak.

"Kami tidak menutup diri. Justru kami terus mencari solusi terbaik agar serapan gabah petani bisa lebih maksimal," ucapnya.

Untuk meningkatkan kapasitas serapan, Bulog Kediri juga sedang berupaya mendapatkan tambahan dryer agar proses pengeringan gabah bisa lebih cepat dan efisien.

"Kami sedang mengusahakan tambahan dryer agar kapasitas pengeringan meningkat. Dengan begitu, kita bisa memproses lebih banyak gabah dalam waktu yang lebih singkat," pungkas Imam.