Mataram (Antaranews NTB) - Suasana di pagi buta dengan pemandangan alam pegunungan yang memesona seketika berubah menjadi sesuatu yang sangat menakutkan. Teriakan histeris di tengah gemuruh longsoran tebing di penghujung fajar itu menambah suasana terasa mencekam.
Pagi buta di penghujung Juli 2018 itu awal dari bencana yang menyisakan duka mendalam bagi sebagian warga. Mereka tak hanya kehilangan harta, tapi juga harus berpisah dengan keluarga tersayang. Bahkan tak sedikit yang menghadapi "peceklik" dalam waktu cukup lama.
Pada Minggu, 29 Juli 2018 pukul 06.47 WIT, gempa bumi dengan magnitudo 6,4 mengguncang Lombok SELAMA sekitar 60 detik disusul belasan kali gempa susulan. Sepekan kemudian, pada Minggu (5/8) sekitar pukul 18.46 WIT, Lombok kembali diguncang gempa dahsyat. Tak berhenti sampai disitu pada 19 Agustus sekitar pukul 21:56 WIT kembali terjadi gempa susulan dengan magnitudo 7,0.
Musibah gempa bumi beruntun itu meninggalkan derita berkepanjangan bagi sebagian warga di Pulau Lombok, terutama Lombok Utara yang merupakan kabupaten terparah terdampak musibah gempa bumi itu. Tercatat ribuan rumah roboh dan rata dengan tanah, ratusan warga meninggal dunia.
Menurut data Badan Nasional Penanggulangan bencana (BNPB) kerugian akibat musiba bencana beruntun itu mencapai Rp12 triliun. Belum lagi kerugian di sektor pariwisata yang dampaknya tak hanya dirasakan oleh para pelaku usaha wisata, tapi juga sebagian warga yang menggantungkan hidup dari sektor pelancongan itu.
Kini enam bulan sudah musibah gempa bumi Lombok itu berlalu, namun masih menyisakan derita bagi sebagian warga, khususnya warga yang mengais rezeki dari wisata pendakian Gunung Rinjani (3.726 meter di atas permukaan laut) yang berada di Taman Nasional Gunung Rinjani.
Gempa dengan magnitudo 6,4, menjelang fajar pada Minggu (29/7) tak hanya memporakporandakan ribuan bangunan, terutama rumah warga di lereng Gunung Rinjani, tapi juga berdampak terhadap usaha wisata pendakian yang menyerap cukup banyak tenaga kerja.
Pendapatan para pekerja yang selama ini mengais rezeki dari wisata pendakian, seperti porter dan pemandu wisata merasakan dampak akibat sepinya kunjungan wisatawan Nusantara maupun mancanegara yang memanfaatkan jasa para pekerja yang sebagian besar penduduk lokal lereng Gunung Rinjani.
Para porter dan pamandu wisata pendakian Gunung Rinjani, khususnya yang berada Senaru, Kecamatan Bayan, Lombok Utara mengeluhkan sepinya para pendaki baik wisatawan Nusantara maupun mancanegara.
Hamzah (45), salah seorang warga Senaru yang menjadi porter sekaligus pemandu wisata pendakian Gunung Rinjani mengatakan saat ini wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Senaru relatif sepi.
Menurut dia, sepinya kunjungan wisatawan itu bermula dari bencana gempa yang terjadi beberapa bulan lalu ditambah lagi dengan ditutupnya pendakian menuju Gunung Rinjani menyusul terjadi suaca ekstrem disertai angin kecang dan hujan lebat yang menyebabkan jalur pendakian ditutup untuk sementara.
Hamzah bersama porter dan pemandu wisata lainnya mengharapkan pemerintah berupaya memulihkan sektor pariwisata agar wisatawan berkunjung ke Lombok, sehingga wisata pendakian Gunung Rinjani kembali ramai dan pendapatan mereka kembali meningkat.
Sumardi, warga lainnya yang mengelola usaha penginapan di Senaru juga mengaku sepinya kunungan wisatawan berdampak pendapatan. Karena itu ia berharap sektor wisata segera pulih.
Sejatinya saat ini sebagian besar penginapan benar-benar sepi, sehingga penginapan kosong. Sebelum terjadi bencana banyak turis dari Eropa, akan tetapi yang tersisa tinggal turis CHina, itupun hanya satu dua yang datang.
Karena itu warga yang selama ini berkerja sebagai porter maupun pemandu wisata berharap banyak kepada pemerintah untuk melakukan promosi baik di dalam maupun luar negeri agar calon wisatawan aman untuk dikunjungi pascabencana gempa.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Sudiyono mengakui pascabencana gempa seluruh jalur pendakian resmi, seperi Senaru dan Torean di Kecamatan Bayan, Lombok Utara, jalur Sembalun, Lombok Timur dan Aik Berik , Lombok Tengan ditutup hingga April 2019.
Khusus jalur pendakian Aik Berik sempat dibuka mulai 19 November hingga hingga 31 Desember 2018, namunn dututup kembali menyusul terjadinya cuaca ekstrem disertai hujan dan angin kencang, karena kondisinya membahayakan keselamatan pendakian.
Kehilangan penghasilan
Sudiyono mengakui sepinya kunjungan wisatawan dan penutupan jalur penakian ke Gunung Rinjani ini mengakibatkan sebagian warga yang menggantungkan hidup dari usaha pendakian Gunung Rinjani itu kehilangan penghasilan.
Sejatinya bencana gempa bumi, kemudian cuaca ekstrem menyebabkan sebagian warga di lereng Gunung Rinjani, terutama yang bekerja sebagi porter maupun pemandu wisata itu menghadapi musim "paceklik", karena pemasukan mereka menurun, bahkan tidak ada sama sekali.
Sedikitnya 1.600 porter sekaligus pemandu wisata di empat jalur pendakian resmi dan 91 traker organiser binaan TNGR untuk sementara ini kehilangan pekerjaan.
Menurut Sudiyono, sebagian warga, terutama yang sebelumnya bekrja sebagai petani, seperti di Kecamatan Sembalun kini mereka kembali bertani untuk membiayai hidup keluarga sehari-hari.
Demikian juga porter dan pemandu di Desa Tete Batu, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur kini berkreasi mengelola usaha di desanya sendiri, yang juga dikenal dengan wisata berbasis masyarakat.
Tak dipungkiri bahwa benca gempa bumi yang kemudian dilanjutkan dengan cuaca ekstrem berdampak terhadap perekonomian masyarakat terutama yang berada di lereng Gunung Rinjani yang selama ini menikmati "kue" pariwisata dari pendakian Gunung Rinjani.
Karena itu para pengusaha wisata, termasuk biro perjalanan dan masyarakat mengharapkan wisata pendakian kembali pulih untuk membangkit perekonomian yang terpuruk akibat musibah beruntun yang menimpa masyarakat Pulau Lombok.
Ketua Tim Crisis Center Kementerian Pariwisata, Guntur Sakti melalui keterangan tertulis menyambut baik pembukaan jalur pendakian Aik Berik Gunung Rinjani itu.
Saat ini, kata dia, proses pemulihan untuk NTB sudah berjalan baik dan Lombok sudah mulai ramai di kunjungi wisatawan. Menteri Pariwisata Arief Yahya pada World Travel Market (WTM) 2018 di London awal November silam juga mempromosikan jika NTB sudah bangkit. Lombok sudah aman untuk dikunjungi.
Menurut dia, dengan dibukanya pendakian itu akan membuka kembali arus masuk wisatawan ke NTB karena Gunung Rinjani merupakan salah satu atraksi wisata untuk membangkitkan pariwisata di NTB.
Salah satu dari empat jalur pendakian resmi tersebut dibuka untuk membangkitkan perekonomian masyarakat sekitar kawasan taman nasional yang sempat lumpuh akibat gempa bumi Agustus 2018 silam.
Pembukaan jalur pendakian sekaligus dirangkai dengan peluncuran program e-Rinjani itu dilakukan oleh Bupati Lombok Tengah H. Suhaili FT, bersama dengan Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) Sudiyono di Aik Berik, Kecamatan Batukliang, Kabupaten Lombok Tengah, Senin (19/11).
Tiga lainnya yakni jalur pendakian Timbanuh, dan Sembalun di Kabupaten Lombok Timur, serta jalur pendakian di Senaru, Kabupaten Lombok Utara. Jalur pendakian di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Utara masih ditutup karena kondisinya rusak berat akibat gempa bumi sehingga membahayakan keselamatan pendaki.
Bencana gempa beruntun, kemudian diperburuk oleh cuaca ekstrem sejatinya merupakan musim "paceklik" bagi sebagian warga di lereng Gunung Rinjani, karena hingga kini mereka tak lagi menikmati pendapatan dari wisata pendakian gunung itu.(*)