Pemerintah China tuding AS ganggu konsensus Jenewa

id china,amerika serikat,jenewa,perang dagang,konsensus

Pemerintah China tuding AS ganggu konsensus Jenewa

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing pada Selasa (3/6/2025). (ANTARA/Desca Lidya Natalia)

Beijing (ANTARA) - Pemerintah China menyebut Amerika Serikat dengan sengaja menganggu konsensus Jenewa yang bertujuan untuk mengatasi perang dagang di antara kedua negara.

"AS secara keliru menuduh China melanggar konsensus Jenewa, dan malah telah mengeluarkan tindakan ekstrem yang merugikan terhadap China, hal itu yang secara serius mengganggu konsensus Jenewa dan merugikan hak serta kepentingan sah China," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing pada Selasa.

Tindakan-tindakan yang dilakukan AS, menurut Lin Jian, adalah mengeluarkan panduan tentang kontrol ekspor "chip" kecerdasan buatan (AI), menghentikan penjualan "Electronic Design Automation" (EDA) atau perangkat lunak yang digunakan untuk merancang dan membuat "chip" ke China dan mengumumkan pencabutan visa bagi pelajar China.

"Konsensus Jenewa dicapai sejalan dengan prinsip saling menghormati dan konsultasi yang setara. China telah melaksanakan konsensus tersebut secara bertanggung jawab dan setia," tegas Lin Jian.

Lin Jian menegaskan bahwa tekanan dan paksaan bukanlah cara yang tepat diterapkan ke China.

"Kami menyerukan kepada AS untuk menghormati fakta, berhenti menyebarkan disinformasi, memperbaiki kesalahan dan bertindak untuk menegakkan konsensus Jenewa," ungkap Lin Jian.

Lin Jian juga menolak untuk memberikan komentar mengenai informasi dari Gedung Putih yang menyatakan bahwa akan melakukan panggilan telepon dengan Presiden Xi Jinping pekan ini.

Sebelumnya pada Jumat (30/5), Presiden AS Donald J. Trump dalam media sosialnya "Truth Social" mengatakan bahwa dua minggu lalu, China berada dalam bahaya ekonomi yang serius! Tarif yang sangat tinggi dari AS membuat China hampir tidak mungkin berdagang di pasar AS yang sejauh ini merupakan nomor satu di dunia.

"Kami, pada dasarnya,menghentikan hubungan secara TOTAL dengan China, dan itu sangat menghancurkan bagi mereka. Banyak pabrik tutup dan terjadi, untuk mengatakannya secara halus, 'kerusuhan sipil'. Saya melihat apa yang terjadi dan tidak menyukainya, bagi mereka, bukan untuk," kata Trump.

Trump mengatakan ia membuat "KESEPAKATAN CEPAT" dengan China untuk menyelamatkan China dari apa yang ia pikir akan menjadi situasi yang sangat buruk, dan Trump tidak ingin melihat itu terjadi.

"Berkat kesepakatan ini, semuanya dengan cepat menjadi stabil dan China kembali berbisnis seperti biasa. Semua orang senang! Itulah kabar baiknya!!! Kabar buruknya adalah China, mungkin tidak mengejutkan bagi sebagian orang, TELAH BENAR-BENAR MELANGGAR PERJANJIANNYA DENGAN KITA. Jadi, begitu saja untuk menjadi TUAN YANG BAIK!", ungkap Trump.

Baca juga: Tarif AS-China turun tajam, apa untungnya untuk ekonomi dunia?

China dan AS mencapai kesepakatan untuk meredakan perang tarif pada 11 Mei 2025 di Genewa, Swiss.

Dalam kesepakatan tersebut disebut AS memangkas tarif "timbal balik" atas barang-barang China menjadi 10 persen tapi tetap mempertahankan tarif tambahan 20 persen agar Beijing dapat bertindak lebih banyak untuk menekan perdagangan ilegal fentanil.

Artinya AS mengurangi tarif atas barang-barang asal China dari 245 persen menjadi "hanya" 30 persen. AS juga mengatakan tarif impor yang lebih tinggi ditangguhkan selama 90 hari, bukan dihapus secara permanen.

Baca juga: China sampaikan kekhawatiran kepemilikan senjata nuklir di Jenewa

Sementara, China juga mengurangi tarif impor balasan yang diberlakukan sebagai respon terhadap tarif impor dari AS menjadi 10 persen, yang kembali ditangguhkan selama tiga bulan.

Artinya, China menurunkan tarif atas produk AS dari 125 persen menjadi 10 persen. China juga setuju untuk "menangguhkan atau menghapus" semua tindakan nontarif terhadap AS termasuk tarif khusus meski tarif untuk barang-barang seperti baja dan mobil, tetap berlaku.


Pewarta :
Editor: I Komang Suparta
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.