Fokus, iman, dan mimpi jadi Pro di Amerika

id golf,golf junior,rayhan abdul latief

Fokus, iman, dan mimpi jadi Pro di Amerika

Pegolf Indonesia, Rayhan Abdul Latief, mengangkat trofi juara divisi putra Mandiri Ciputra Golfpreneur Junior World Championship 2025 di Damai Indah Golf Pantai Indah Kapuk, Jakarta, Kamis (12/6/2025). (ANTARA/RAUF ADIPATI)

Jakarta (ANTARA) - Bekasi bukan Augusta. Tapi dari kota padat di timur Jakarta itu, lahir seorang anak muda yang tengah bersiap menantang dunia golf internasional.

Namanya Rayhan Abdul Latief. Usianya baru 18 tahun. Tapi kepala dan hatinya sudah penuh arah.

Ditemui setelah menjuarai Mandiri Ciputra Golfpreneur Junior World Championship 2025 di Damai Indah Golf Pantai Indah Kapuk, Jakarta, Kamis, Rayhan berbicara dengan tenang. Ia tak banyak membahas gelar atau jumlah birdie.

Ia bicara tentang "step, shot, whole," bahwa setiap pukulan dalam golf adalah bagian dari proses hidup.

"Enjoy the atmosphere. Enjoy the moment," kata dia. Rayhan bukan sekadar ingin menang, ia ingin utuh sebagai manusia.

Rayhan yang saat ini menghuni posisi ke-143 dalam pemeringkatan World Amateur Golf Ranking menutup penampilan terakhirnya di Mandiri Ciputra Golfpreneur Junior World Championship 2025 dengan manis. Ia sukses mempertahankan gelar juaranya di ajang tersebut, dan tampil bagus sejak hari pertama.

Ia memenangi ajang junior itu dengan 205 pukulan atau 11 di bawah par. Unggul satu pukulan atas tiga pegolf penghuni posisi kedua yakni Harman Sachdeva (India), Parin Sarasmut (Thailand), dan Shinichi Suzuki (Filipina).

Tahun depan, Rayhan akan berusia 19 tahun dan tidak dapat lagi mengikuti kompetisi level junior. Sebentar lagi, Rayhan akan terbang ke Amerika Serikat. Di sana ia akan tampil di US Junior Amateur Open, kemudian Western Amateur Championship, sebelum memulai perkuliahan di University of North Texas.

Baca juga: Para pegolf muda dunia segera bersaing

Alumnus SMAN 8 Bekasi itu memilih program studi Bussines Commerce. Saat ditanyai mengapa ia memilih jurusan itu, ia hanya melontarkan jawaban khas remaja, agak cuek dan santai.

"Gak ribet (belajarnya), tapi kepakai," ujarnya ringan.

Tapi jangan salah. Di balik pilihan itu ada kalkulasi agar tetap bisa bermain NCAA dan fokus membangun karier. Rayhan blak-blakan mengakui bahwa kemampuannya saat ini belum membuatnya ingin beralih menjadi profesional sepenuhnya. Ia sadar betul dirinya masih harus belajar banyak, dan dalam hati Rayhan ingin menjadi profesional saat sudah berada di AS.

“Belum sih, (saya) belum cukup matang. Permainan-permainan segini belum ada apa-apanya, karena memang target saya bukan pro di sini tapi pro di US,” ucap Rayhan.

“Oke lah kalau misalnya tiga hari main di sini bisa 28 under, ada mungkin sedikit pikir-pikir untuk jadi pro. Cuman untuk main di level 11 under belum ada apa-apanya sama sekali di sana,” lanjutnya.

Baca juga: Ajang IWO 2025 momentum untuk unjuk gigi

Di luar swing dan skor, Rayhan punya fondasi lain: agama dan ketenangan batin. Ia menyebut nama Khabib Nurmagomedov sebagai inspirasi karena sifat religius dan kerja kerasnya.

Untuk idola dari dunia golf, Rayhan mengidolakan Scottie Scheffler, bukan karena teknik yang sempurna, tapi karena gaya swing-nya unik, seperti dirinya.

“Saya juga punya model swing yang unik,” ucapnya sambil tertawa.

Tanpa bermaksud apa-apa, Rayhan pun tidak sungkan mengakui bahwa ia selalu mengingat Allah dalam semua kiprahnya.

“Semua agama itu mengajarkan yang bagus-bagus. Jadi menurut saya ketika kita pegang itu. Ketika kita memang yakin adanya Tuhan dan yakin akan kuasanya juga, pastinya semua jalannya lancar Mau dari segi aspek apapun itu, Hidup, karier, golf juga Pasti Insya Allah semuanya tenang, aman, damai, lancar semuanya,” kata dia.


Pewarta :
Editor: I Komang Suparta
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.