LELANG MUTIARA INTERNASIONAL PACU SEMANGAT PENGUSAHA NTB

id



          Mataram, 15/2 (ANTARA) - Pasar lelang mutiara bertaraf internasional yang diagendakan berlangsung di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada Juli mendatang diharapkan  memacu samangat pengusaha mutiara di daerah ini.

         "Salah satu sisi positif pasar lelang mutiara internasional tahun 2010 itu adalah  memotivasi dan memacu semangat pengusaha mutiara," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (Diskanlut) Provinsi NTB H.M. Ali Syahdan, di Mataram, Senin.

         Ia mengatakan sejumlah pengusaha mutiara di wilayah NTB juga terkena dampak krisis finansial global yang mencuat Oktober 2008 sehingga ada yang mengurangi volume usahanya dan menunda aktivitas ekspor.

         "Sedikitnya tiga perusahaan besar yang mengelola komoditas mutiara di wilayah NTB menutup sementara usaha tersebut," katanya.

         Ketiga perusahaan itu adalah PT Bima Sakti Mutiara di Sape Bima, "Auto River" di Lombok Barat dan PT Budidaya Mutiaratama (Kyoko Sinkyo Group) di Sekotong Lombok Barat.

         "Sejumlah perusahaan mutiara di NTB bahkan terpaksa menempuh kebijakan rasionalisasi karyawan," katanya.

         Provinsi NTB potensial menghasilkan mutiara dalam jumlah banyak dan berkualitas, yakni 600 kilogram/tahun yang kualitasnya mampu menembus pasar internasional.

         PT Budidaya Mutiaratama yang merupakan bagian dari "Kyoko Group" pernah memproduksi 208,068 kilogram/tahun dengan nilai ekspor sebesar 1.331.514 dolar AS atau setara dengan Rp12,65 miliar.

         Hasil penelitian Departemen Kelautan dan Perikanan menyebutkan mutiara produk NTB diklasifikasikan dalam golongan A (kualitas tinggi), B (sedang) dan C (rendah). Klasifikasi A memiliki nilai jual Rp1 juta/gram, B Rp150 ribu/gram dan  C sebesar Rp100 ribu/gram.

         "Ketika terkena dampak krisis finansial global harga mutiara NTB rata-rata hanya Rp35 ribu/gram, paling mahal Rp350 ribu/gram, berbeda dengan harga sebelum krisis global itu yang bisa mencapai jutaan rupiah setiap gram," ujarnya.

         Syahdan menambahkan sejumlah pengusaha mutiara NTB sempat tidak percaya anjloknya harga mutiara sejak terjadi krisis global finansial sehingga mencoba mendistribusikannya langsung ke sejumlah negara.

         Ternyata para pengusaha itu melihat sendiri dan mengetahui bahwa mutiara produk NTB kurang mendapat perhatian sehingga harganya pun anjlok.

         "Karena itu, banyak pengusaha mutiara NTB yang cenderung menunggu krisis finansial global NTB berlalu, yang diperkirakan dalam dua tahun ke depan," katanya.

         Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) NTB menyebutkan jumlah perajin mutiara di wilayah NTB mencapai 2.000 orang lebih, terbanyak di Pulau Lombok.(*)

         NTB merupakan daerah potensial pengembangan mutiara dengan daya dukung lahan 19.056 hektare yang dapat memproduksi rata-rata 600 kilogram/tahun.      
    Sekitar 10-30 persen dari total produksi mutiara NTB setiap tahun diantarpulaukan ke Surabaya dan Jakarta untuk selanjutnya diekspor ke berbagai negara oleh 38 orang pengusaha mutiara.