Mataram (ANTARA) - Seorang petani dari Desa Ombe Baru, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Abdul Hamid, telah berhasil mewujudkan ide "Kampung Sehat" di tengah pandemi COVID-19.
Keberhasilan itu dapat dilihat dari geliat Hamid dalam menjalankan usahanya, yakni dengan memilih buah golden melon sebagai sumber pendapatan.
Hamid memilih menjalankan budi daya golden melon dengan menerapkan sistem hidroponik, yakni menanam dengan memanfaatkan air tanpa tanah.
"Golden Melon ini satu-satunya dikembangkan di Indonesia, dengan konsep hidroponik," kata Hamid kepada ANTARA di Mataram, Selasa.
Abdul Hamid mengaku ide untuk mengembangkan golden melon sebagai sebuah usaha komersial, dia dapatkan dari pengalaman kerjanya selama 12 tahun di Malaysia.
Setelah sekian lama mencari pengalaman dengan bekerja sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) di tanah rantau, Hamid memilih pulang dan berinisiatif menekuni usaha tersebut.
Alhasil, dengan beragam modal pengalaman bekerja di negeri tetangga, sekarang Hamid sudah berhasil mengamalkan ilmunya diatas lahan seluas 40 are.
"Areal seluas 40 are ini terdiri dari 9 blok tanam," ujarnya.
Dampak COVID-19
Namun dalam lika-likunya menjalankan usaha, Hamid mengaku tidak selalu mulus sesuai harapan. Dia mengaku pernah menghadapi masalah dalam berusaha, apalagi di tengah pandemi COVID-19.
"Waktu itu (pandemi COVID-19) sempat terhambat, karena masalah bibit hingga bahan-bahan lainnya masih didatangkan dari Malaysia," katanya.
Karena bergantung, Hamid berupaya mencari cara lain agar seluruh kebutuhan tanamnya bisa terpenuhi.
Namun berkat kegigihannya, Hamid kini tidak lagi khawatir menjalankan usahanya di tengah dampak pandemi COVID-19.
Mengapa demikian, karena seluruh kebutuhan tanamnya kini telah dia sediakan secara mandiri.
"Apalagi sekarang sudah banyak bahan-bahan lokal, baik dari pasokan nutrisi organik, hingga anti hama maupun bahan-bahan lainnya, semua ada," ujar Hamid.
Ketahanan Pangan
Lebih lanjut, Hamid memastikan bahwa produk usaha tanamnya ini tidak memanfaatkan bahan olahan kimia, melainkan segala kebutuhan tanam berasal dari bahan organik.
"Golden melon ini tanpa bahan kimia. Semua menggunakan bahan organik, termasuk dalam pencegahan hama," katanya.
Selain aman untuk kesehatan, ternyata keuntungan dari penggunaan bahan organik juga berimbas ke rasa manis yang diciptakan si golden melon hasil tanam Hamid.
"Jadi golden melon ini satu-satunya dikembangkan di Indonesia dengan konsep hidroponik, tanpa bahan kimia. Rasanya juga tidak ada yang nyamain," klaim Hamid.
Bahkan yang lebih menggiurkan lagi dari menekuni usaha tanam ini bisa dilihat dari pendapatan ekonominya.
Bayangkan saja, dari lahan seluas 40 are, Hamid membagi rata menjadi 9 blok tanam. Dalam satu bloknya, Hamid bisa menghasilkan 5 kwintal atau setara dengan harga Rp10 juta.
Untuk hitungan sebulan, Hamid bisa memanen sampai empat blok tanam. Bila dinilaikan, Hamid dalam sebulannya bisa meraup uang Rp40 juta.
"Rp40 juta itu di luar tanggungan biaya operasional dan perawatan. Biayanya Rp1 juta perblok," ujarnya.
Dengan gambaran pendapatan yang demikian, usaha tanam golden melon sistem hidroponik milik Hamid ini memang pantas menjadi sumber ketahanan pangan desa.
Tentunya jika potensi ini mau diterapkan dan dikembangkan oleh masyarakat, tentunya akan menggairahkan laju perekonomian, khususnya bagi warga Desa Ombe Baru.
Kapolsek Kediri Iptu Donny yang telah melihat lokasi usaha tanam milik Hamid juga merasakan demikian.
Dari apa yang sudah dia saksikan, Donny berharap usaha yang Hamid ini dapat menjadi inspirasi warga dalam mewujudkan program "Kampung Sehat" di tengah pandemi COVID-19
"Jadi ini lah contoh potensi yang ada di Desa Ombe Baru, ide seperti ini yang perlu kita tawarkan sebagai 'Kampung Sehat', terutama dalam ketahanan pangan," ucap Donny.
Keberhasilan itu dapat dilihat dari geliat Hamid dalam menjalankan usahanya, yakni dengan memilih buah golden melon sebagai sumber pendapatan.
Hamid memilih menjalankan budi daya golden melon dengan menerapkan sistem hidroponik, yakni menanam dengan memanfaatkan air tanpa tanah.
"Golden Melon ini satu-satunya dikembangkan di Indonesia, dengan konsep hidroponik," kata Hamid kepada ANTARA di Mataram, Selasa.
Abdul Hamid mengaku ide untuk mengembangkan golden melon sebagai sebuah usaha komersial, dia dapatkan dari pengalaman kerjanya selama 12 tahun di Malaysia.
Setelah sekian lama mencari pengalaman dengan bekerja sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) di tanah rantau, Hamid memilih pulang dan berinisiatif menekuni usaha tersebut.
Alhasil, dengan beragam modal pengalaman bekerja di negeri tetangga, sekarang Hamid sudah berhasil mengamalkan ilmunya diatas lahan seluas 40 are.
"Areal seluas 40 are ini terdiri dari 9 blok tanam," ujarnya.
Dampak COVID-19
Namun dalam lika-likunya menjalankan usaha, Hamid mengaku tidak selalu mulus sesuai harapan. Dia mengaku pernah menghadapi masalah dalam berusaha, apalagi di tengah pandemi COVID-19.
"Waktu itu (pandemi COVID-19) sempat terhambat, karena masalah bibit hingga bahan-bahan lainnya masih didatangkan dari Malaysia," katanya.
Karena bergantung, Hamid berupaya mencari cara lain agar seluruh kebutuhan tanamnya bisa terpenuhi.
Namun berkat kegigihannya, Hamid kini tidak lagi khawatir menjalankan usahanya di tengah dampak pandemi COVID-19.
Mengapa demikian, karena seluruh kebutuhan tanamnya kini telah dia sediakan secara mandiri.
"Apalagi sekarang sudah banyak bahan-bahan lokal, baik dari pasokan nutrisi organik, hingga anti hama maupun bahan-bahan lainnya, semua ada," ujar Hamid.
Ketahanan Pangan
Lebih lanjut, Hamid memastikan bahwa produk usaha tanamnya ini tidak memanfaatkan bahan olahan kimia, melainkan segala kebutuhan tanam berasal dari bahan organik.
"Golden melon ini tanpa bahan kimia. Semua menggunakan bahan organik, termasuk dalam pencegahan hama," katanya.
Selain aman untuk kesehatan, ternyata keuntungan dari penggunaan bahan organik juga berimbas ke rasa manis yang diciptakan si golden melon hasil tanam Hamid.
"Jadi golden melon ini satu-satunya dikembangkan di Indonesia dengan konsep hidroponik, tanpa bahan kimia. Rasanya juga tidak ada yang nyamain," klaim Hamid.
Bahkan yang lebih menggiurkan lagi dari menekuni usaha tanam ini bisa dilihat dari pendapatan ekonominya.
Bayangkan saja, dari lahan seluas 40 are, Hamid membagi rata menjadi 9 blok tanam. Dalam satu bloknya, Hamid bisa menghasilkan 5 kwintal atau setara dengan harga Rp10 juta.
Untuk hitungan sebulan, Hamid bisa memanen sampai empat blok tanam. Bila dinilaikan, Hamid dalam sebulannya bisa meraup uang Rp40 juta.
"Rp40 juta itu di luar tanggungan biaya operasional dan perawatan. Biayanya Rp1 juta perblok," ujarnya.
Dengan gambaran pendapatan yang demikian, usaha tanam golden melon sistem hidroponik milik Hamid ini memang pantas menjadi sumber ketahanan pangan desa.
Tentunya jika potensi ini mau diterapkan dan dikembangkan oleh masyarakat, tentunya akan menggairahkan laju perekonomian, khususnya bagi warga Desa Ombe Baru.
Kapolsek Kediri Iptu Donny yang telah melihat lokasi usaha tanam milik Hamid juga merasakan demikian.
Dari apa yang sudah dia saksikan, Donny berharap usaha yang Hamid ini dapat menjadi inspirasi warga dalam mewujudkan program "Kampung Sehat" di tengah pandemi COVID-19
"Jadi ini lah contoh potensi yang ada di Desa Ombe Baru, ide seperti ini yang perlu kita tawarkan sebagai 'Kampung Sehat', terutama dalam ketahanan pangan," ucap Donny.