Inflasi NTB rendah jadikan aktivitas produksi lesu

id inflasi ntb,inflasi tahun kalender,nusa tenggara barat,nilai tukar petani,pergerakan ekonomi melambat,aktivitas produksi lesu

Inflasi NTB rendah jadikan aktivitas produksi lesu

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Nusa Tenggara Barat (NTB), Taufieq Hidayat. (ANTARA/Nur Imansyah). (1)

Mataram (ANTARA) - Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Taufieq Hidayat mengatakan inflasi tahun kalender atau year to date 2024 yang terlalu rendah hanya sebesar 1,28 persen berpengaruh terhadap aktivitas produsen.

"Inflasi yang rendah baik bagi konsumen, tetapi tidak baik bagi produsen karena itu berarti ada kelesuan... Kalau produsen mati menyebabkan monopoli yang ujungnya inflasi karena pemainnya terbatas," ujarnya dalam pernyataan yang dikutip di Mataram, Jumat.

Fenomena inflasi rendah sering kali menunjukkan lemahnya permintaan pasar. Situasi itu bisa membuat produsen mengalami kesulitan dalam menjual produk.

Baca juga: Inflasi 2024 di NTB capai 1,28 persen

Ketika konsumen mengurangi pengeluaran atau belanja, maka produsen mengalami penurunan penjualan, sehingga mereka cenderung mengurangi produksi.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi tahun kalender 2024 di Nusa Tenggara Barat sebesar 1,28 persen. Nilai itu berada jauh di bawah angka inflasi tahun kalender 2023 yang mencapai 3,02 persen.

Pada 2023, batas inflasi yang ditetapkan pemerintah pusat adalah sebesar 3 persen +- 1 persen yang berarti inflasi paling rendah 2 persen dan inflasi paling tinggi 4 persen. Sedangkan, batas inflasi pada 2024 adalah 2,5 persen +- 1 persen.

Baca juga: Tomat dan emas sumbang inflasi tertinggi di NTB

Pada 2024, Nusa Tenggara Barat mengalami inflasi tahun kalender paling rendah dalam sepuluh tahun terakhir yang berada di luar periode terdampak pandemi COVID-19 (2020 dan 2021).

Taufieq menuturkan waktu penyerapan produk pertanian dan melepaskan ke pasar harus tepat agar inflasi bisa terkendali.

Lebih lanjut dia menyampaikan meski pergerakan ekonomi lesu sepanjang tahun 2024, namun nilai tukar petani atau NTP masih menunjukkan tren positif pada Desember 2024 dengan angka 123,31 atau naik 0,85 persen dibandingkan nilai tukar petani pada November 2024.

Nilai tukar petani yang naik tersebut ditopang oleh indeks harga yang diterima petani naik sebesar 1,24 persen. Angka itu lebih tinggi dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,39 persen.

Baca juga: BPS: Pisang jadi penyumbang inflasi di NTB