Oleh Masnun

          Butir demi butir kelapa dikumpulkan. Sesekali Hj. Rahmah (80) tersenyum sambil menghapus keringat di wajahnya yang tampak keriput.

         Kendati pada musim panen bulan ini produksi kelapanya berkurang akibat curah hujan tinggi, namun ia tetap puas, karena harga kopra cukup mahal.

         Harga kopra di Lombok, Nusa Tenggara Barat kian meningkat mencapai Rp7.000 dari sebelumnya Rp6.000 per kilogram sejalan dengan semakin banyaknya permintaan komoditas tersebut di pasar antar pulau.

        Ini cukup menguntungkan bagi para petani kelapa di Lombok Utara yang kini mendapat keuntungan cukup besar penjualan kopra, seperti Hj Rahmah.

         Hj. Rahmah, janda tua warga Dusun Telok Dalem, Desa Medana, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara yang mengelola beberapa hektare kebun kelapa peninggalan suaminya itu merasa lega, karena hasil penjualan kelapanya setelah diolah menjadi kopra kini meningkat cukup singnifikan.

         "Selama beberapa tahun ini harga kopra murah, demikian juga kelapa butiran sehingga saya bersama tujuh anak dan 23 cucu terpaksa harus hidup hemat. Karena itu naiknya harga kopra sejak beberapa bulan terakhir kami bisa bernafas lega, hasil kebun kelapa tersebut cukup untuk biaya hidup hingga tiba musim panen bulan berikutnya," katanya dengan wajah berseri-seri.

         Dengan kian meningkatnya harga kelapa kering atau kopra itu para petani kelapa di Lombok kini tidak lagi harus menanggung beban hidup yang berat. Sebelumnya hasil panen kelapa tidak cukup untuk biaya hidup selama satu bulan, di sisi lain harga bahan kebutuhan pokok terus meningkat.

         Membaiknya harga kopra juga dirasakan oleh para petani lainnya di Lombok.

         Sapri, petani kelapa di Dusun Telok Dalem, Desa Medana yang sejak beberapa tahun hidup pas-pasan karena harga kelapa butiran maupun kopra sangat murah, setelah harga membaik, ia mengaku bernafas lega.

         Menurut dia, meningkatnya harga kopra tersebut berdampak terhadap naiknya harga kelapa butiran. Kalau sebelumnya hanya Rp750 hingga Rp1.000 per butir, kini naik menjadi Rp1.500 per butir di tingkat petani.

         Petani Telok Dalem, yang selama beberapa tahun ini tidak memproduksi kopra, karena harganya murah, sekarang makin giat menambah produksi kopranya.

         Meningkatnya harga kopra sejak 2010, membuat industri kopra rumahan kembali membuat kopra.

         "Buah kelapa yang diolah menjadi kopra lebih menguntungkan, karena kalau 1.000 butir kelapa diolah menghasilkan 300 kilogram kopra dengan harga jual mencapai Rp2,1 juta, sementara jika menjual kelapa butiran hasilnya hanya Rp1,5 juta belum dihitung hasil penjualan tempurung dan sabut kelapa," ujarnya.

         Menurut para petani harga tempurung yang merupakan bahan baku utama pembuatan arang sekarang ini juga cukup mahal, demikian juga sabut kelapa. Produk sampingan dari kelapa yang beberapa tahun lalu menjadi limbah, kini harganya mahal.    
 
Kesulitan beli kelapa
    Mastum, pengusaha pengumpul kelapa butiran di Desa Medana mengaku mengalami kesulitan mendapatkan kelapa menyusul kian meningkatnya harga kopra akhir-akhir ini, karena sebagian besar petani tidak lagi menjual kelapa butiran, tetapi mereka mengolahnya menjadi kopra.

         Sehubungan dengan mahalnya harga kelapa tersebut sejumlah pengusaha di Kabupaten Lombok Utara yang selama ini mengirim kelapa butiran ke Pulau Jawa, kini mereka memproduksi kopra, karena dinilai lebih menguntungkan.

         Mahalnya harga kopra tersebut juga mendorong sejumlah pengusaha membangun oven kopra, bahkan ada pengusaha yang membangun 10 unit, padahal sebelumnya hanya mengoperasikan dua unit oven.

         Dinas Perkebunan Privinsi NTB juga mengembangkan kebun kelapa rakyat seluas 800 hektar, masing-masing 500 hektare di Kabupaten Dompu dan 300 hektare di Kabupaten Bima.

         Tahun depan, luas lahan ditambah 1.200 hektar masing-masing 400 hektar untuk Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima. Pembiayaannya ditanggung oleh pemerintah pusat.

         Pengembangan kelapa rakyat tersebut dilakukan di sepanjang kebun yang cocok untuk ditanami kelapa Genjah dan kelapa Dalam sebagai terobosan unggulan daerah yang dilakukan oleh Dinas Perkebunan NTB.

         "Selama ini kelapa rakyat dari NTB termasuk urutan besar di Indonesia. Namun sejalan dengan kian banyaknya kebun kelapa yang berubah menjadi lokasi pembangunan perhotelan berdampak terhadap produksi komoditas tersebut.

         Selama ini luas lahan kebun kelapa rakyat di NTB mencapai 120.000 hektar tetapi yang produktif baru 66.800 hektar. Setiap hektar terdapat 100 pohon dan baru bisa menghasilkan satu ton. Ini berarti total produksi kelapa NTB sebanyak 66.800 ton yang rinciannya 60 persen untuk kebutuhan rakyat dan 40 persen untuk industri minyak.

         Mahalnya harga kelapa dan kopra di Lombok, kini cukup membantu kesulitan hidup para petani dan merupakan "berkah" bagi petani yang cukup menderita karena murahnya harga komoditas perkebunan itu dan mahalnya harga kebutruhan pokok.(*)

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2025