Mataram (ANTARA) - Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Mataram Nusa Tenggara Barat mengintesifkan pengawasan pangan olahan untuk berbuka puasa (takjil) guna memastikan produk yang dijual para pelaku usaha kecil tersebut aman dari bahan berbahaya.

"Kami melakukan intensifikasi pengawasan pangan menjelang Ramadhan hingga menjelang Idul Fitri 1442 Hijriah," kata Kepala Bidang Pemeriksaan Siti Nurkolina, di Mataram, Sabtu.

Ia mengatakan intensifikasi pengawasan dilakukan dalam rangka melindungi masyarakat dengan melakukan pengawalan keamanan produk pangan, khususnya selama Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Kegiatan tersebut tetap menerapkan protokol kesehatan COVID-19.

Pengawasan dilakukan bersama lintas sektor terkait, yakni Dinas Kesehatan, dan Dinas Perdagangan tingkat provinsi, kabupaten/kota.

Pengawasan dilakukan pada sarana distribusi pangan, seperti distributor, toko, supermarket, hypermarket, pembuat/penjual parsel, dan juga pasar tradisional dengan target diutamakan pada pangan olahan tanpa izin edar/TIE, kedaluarsa, rusak (kemasan rusak, kaleng berkarat) dan juga pangan jajanan buka puasa (takjil).

Siti menyebutkan sebanyak 61 sarana perdagangan yang diawasi pada awal Ramadhan, terdiri atas 34 distributor dan 27 retail, toko dan pengecer.

Dari jumlah tersebut, pihaknya masih menemukan produk pangan dalam kemasan rusak sebanyak sembilan produk.

Sementara produk takjil yang ditemukan mengandung bahan berbahaya hanya satu sampel dari total 75 sampel yang diperiksa di mobil laboratorium.

Sampel tersebut diperoleh dari 43 pedagang takjil yang tersebar di beberapa wilayah di Kota Mataram.

"Bagi pedagang yang ditemukan menjual produk sudah tidak layak edar dan mengandung bahan berbahaya diberikan pembinaan," kata Siti.

 

Pewarta : Awaludin
Editor : Riza Fahriza
Copyright © ANTARA 2024