Mataram (ANTARA) - Anggota DPRD Nusa Tenggara Barat, Nauvar Furqony Farinduan menduga ada ketidakwajaran dalam amblesnya proyek bahu jalan di kawasan wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, yang terjadi pada Jumat (12/11).
"Ambruk satu kali wajar, ambruk dua kali bisa dipahami tapi ambruk lebih dari dua kali itu patut diduga ada ketidakwajaran dalam pengerjaannya," ujar Farin sapaan akrabnya kepada wartawan di Kantor DPRD NTB di Mataram, Senin (15/11).
Baca juga: Jelang WSBK, jalan kawasan wisata Senggigi "wajah NTB" kembali amblas
Menurut anggota Komisi IV Bidang Infrastruktur dan Pembangunan DPRD NTB ini, peristiwa amblesnya bahu jalan di kawasan wisata Senggigi tersebut bukan terjadi semata-mata karena faktor bencana alam melainkan kualitas proyek yang dinilai tidak sesuai dengan perencanaan.
"Ini bukan masalah bencana alam, pasti ada ukuran-ukuran strategis dalam pembangunan terlewati. Karena kalau sudah lebih dari tiga kali (ambles, red.) pasti ada hal yang sengaja dilewatkan dalam proses pembangunan itu dan tentu yang bisa menjawab kenapa ini bisa terjadi adalah orang-orang yang merencanakan pembangunan," ucapnya.
"Saya melihat ini ibaratnya sosok manusia kota lihat sehat tetapi cara hidupnya tidak sehat, tidak pernah olahraga, makannya jeroan, ngerokok, pokoknya tidak sehat. Terus tiba-tiba kena penyakit. Yang disalahkan ini makanannya atau tata kelola hidupnya. Ya sama saja seperti jalan itu," sambung anggota DPRD NTB Dapil NTB II Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Utara itu.
Farin menambahkan atas peristiwa tersebut dirinya melihat pihak-pihak yang bertanggung jawab atas proyek tersebut menyadari bahwa ada hal-hal yang sengaja dilewatkan.
Oleh karena itu, untuk mempercepat penanganan pihaknya berharap Pemerintah Kabupaten Lombok Barat memanggil pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam proyek tersebut sehingga bisa diperoleh gambaran secara utuh mengapa peristiwa itu bisa terjadi.
"Kalau tidak dapat informasi dari lingkaran satu, turun lagi ke tingkat bawahnya untuk memastikan apa yang terjadi. Karena pasti ada terjadi misadministrasi dalam penghitungan perencanaan. Yakin saya itu," tegas Farin.
Jalan di kawasan wisata Senggigi, Lombok Barat, Jumat pagi (12/11) kembali ambles.
Dari pantauan ANTARA, Jumat pagi, jalan ambles tersebut berada bahu di sebelah kiri jalan dari arah Kota Mataram atau tepatnya di atas Pantai Senggigi.
Peristiwa longsor itu sempat menimbulkan kemacetan di ruas jalan karena pengendara harus berhati-hati melintasi jalan provinsi tersebut.
Sebelumnya, Polda NTB mulai menyelidiki dua proyek penataan kawasan di Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, yang diduga bermasalah dalam pengerjaannya.
Dirreskrimsus Polda NTB Kombes Pol I Gusti Putu Gede Ekawana di Mataram, Rabu (10/2) mengatakan penyelidikann berawal dari bencana longsor yang mengakibatkan sebagian badan jalan di tebing Jalan Raya Senggigi dekat Kafe Alberto tersebut ambruk.
"Penyelidikannya masih proses puldata (pengumpulan data) dan pulbaket (pengumpulan bahan keterangan)," kata Ekawana.
Dalam penyelidikannya, Ekawana menugaskan Tim Subdit III Tipikor Ditreskrimsus Polda NTB. Surat perintah penyelidikannya, lanjutnya, telah diterbitkan.
Tim yang turun dalam penyelidikan ini telah mengecek kondisi pekerjaan proyek yang berada di titik longsor.
"Di sana tidak dibuatkan tanggul penyangga tanah penopang struktur beton pekerjaan," katanya.
"Ambruk satu kali wajar, ambruk dua kali bisa dipahami tapi ambruk lebih dari dua kali itu patut diduga ada ketidakwajaran dalam pengerjaannya," ujar Farin sapaan akrabnya kepada wartawan di Kantor DPRD NTB di Mataram, Senin (15/11).
Baca juga: Jelang WSBK, jalan kawasan wisata Senggigi "wajah NTB" kembali amblas
Menurut anggota Komisi IV Bidang Infrastruktur dan Pembangunan DPRD NTB ini, peristiwa amblesnya bahu jalan di kawasan wisata Senggigi tersebut bukan terjadi semata-mata karena faktor bencana alam melainkan kualitas proyek yang dinilai tidak sesuai dengan perencanaan.
"Ini bukan masalah bencana alam, pasti ada ukuran-ukuran strategis dalam pembangunan terlewati. Karena kalau sudah lebih dari tiga kali (ambles, red.) pasti ada hal yang sengaja dilewatkan dalam proses pembangunan itu dan tentu yang bisa menjawab kenapa ini bisa terjadi adalah orang-orang yang merencanakan pembangunan," ucapnya.
"Saya melihat ini ibaratnya sosok manusia kota lihat sehat tetapi cara hidupnya tidak sehat, tidak pernah olahraga, makannya jeroan, ngerokok, pokoknya tidak sehat. Terus tiba-tiba kena penyakit. Yang disalahkan ini makanannya atau tata kelola hidupnya. Ya sama saja seperti jalan itu," sambung anggota DPRD NTB Dapil NTB II Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Utara itu.
Farin menambahkan atas peristiwa tersebut dirinya melihat pihak-pihak yang bertanggung jawab atas proyek tersebut menyadari bahwa ada hal-hal yang sengaja dilewatkan.
Oleh karena itu, untuk mempercepat penanganan pihaknya berharap Pemerintah Kabupaten Lombok Barat memanggil pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam proyek tersebut sehingga bisa diperoleh gambaran secara utuh mengapa peristiwa itu bisa terjadi.
"Kalau tidak dapat informasi dari lingkaran satu, turun lagi ke tingkat bawahnya untuk memastikan apa yang terjadi. Karena pasti ada terjadi misadministrasi dalam penghitungan perencanaan. Yakin saya itu," tegas Farin.
Jalan di kawasan wisata Senggigi, Lombok Barat, Jumat pagi (12/11) kembali ambles.
Dari pantauan ANTARA, Jumat pagi, jalan ambles tersebut berada bahu di sebelah kiri jalan dari arah Kota Mataram atau tepatnya di atas Pantai Senggigi.
Peristiwa longsor itu sempat menimbulkan kemacetan di ruas jalan karena pengendara harus berhati-hati melintasi jalan provinsi tersebut.
Sebelumnya, Polda NTB mulai menyelidiki dua proyek penataan kawasan di Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, yang diduga bermasalah dalam pengerjaannya.
Dirreskrimsus Polda NTB Kombes Pol I Gusti Putu Gede Ekawana di Mataram, Rabu (10/2) mengatakan penyelidikann berawal dari bencana longsor yang mengakibatkan sebagian badan jalan di tebing Jalan Raya Senggigi dekat Kafe Alberto tersebut ambruk.
"Penyelidikannya masih proses puldata (pengumpulan data) dan pulbaket (pengumpulan bahan keterangan)," kata Ekawana.
Dalam penyelidikannya, Ekawana menugaskan Tim Subdit III Tipikor Ditreskrimsus Polda NTB. Surat perintah penyelidikannya, lanjutnya, telah diterbitkan.
Tim yang turun dalam penyelidikan ini telah mengecek kondisi pekerjaan proyek yang berada di titik longsor.
"Di sana tidak dibuatkan tanggul penyangga tanah penopang struktur beton pekerjaan," katanya.