Mataram (ANTARA) - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Barat belum menerapkan kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) secara penuh bagi siswa SMA, SMK dan SLB untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19, khususnya varian Omicron.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Aidy Furqan di Mataram, Senin mengatakan sejauh ini pihaknya masih melakukan simulasi PTM di seluruh SMA/SMK dan SLB.
"Pemberlakuan simulasi ini kami lakukan dari 3 Januari sampai dengan 30 Januari," ujarnya.
Ia mengatakan, simulasi PTM ini dilakukan secara bertahap. Hal ini dilakukan untuk lebih membiasakan siswa dalam menerapkan protokol kesehatan COVID-19, sebagai langkah antisipasi penyebaran varian Omicron.
"Simulasi ini nanti akan dievaluasi untuk menentukan apakah NTB bisa melaksanakan PTM secara penuh. Evaluasi ini juga dilakukan untuk vaksinasi siswa," ujarnya.
Aidy Furqan menjelaskan, berdasarkan data jumlah siswa yang sudah divaksinasi tahap pertama di NTB mencapai 77-80 persen.
"Dari 10 kabupaten dan kota di NTB, persentase vaksinasi tertinggi itu Kota Mataram," ucapnya.
Untuk vaksinasi anak SD atau umur 6-12 tahun diserahkan sepenuhnya kepada dinas pendidikan kabupaten dan kota karena kewenangannya.
"Secara kewenangan untuk siswa SD itu diserahkan kepada kabupaten dan kota, namun secara koordinasi tetap dengan provinsi," ucapnya.
Menurutnya, vaksinasi untuk siswa SMA/SMK/SLB dan SD di NTB ditargetkan dapat dituntaskan hingga Januari 2022.
"Ketersediaan vaksin untuk anak sudah terpenuhi. Kami (dinas, red) bersama dinas kesehatan juga sudah keluarkan surat edaran vaksinasi untuk anak," katanya.
Ia melanjutkan, berdasarkan data Tahun 2021 terdapat tujuh kasus siswa di NTB yang terpapar COVID-19, namun tidak ditemukan penyebabnya melalui kluster sekolah, melainkan dari kluster keluarga dan perjalanan. Para siswa yang terpapar ada di Kota Mataram, Kota Bima, Kabupaten Bima dan Selong, Lombok Timur.
"Para siswa yang terpapar COVID-19 ini setelah ditelusuri tidak ada yang menularkan ke orang lain," katanya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Aidy Furqan di Mataram, Senin mengatakan sejauh ini pihaknya masih melakukan simulasi PTM di seluruh SMA/SMK dan SLB.
"Pemberlakuan simulasi ini kami lakukan dari 3 Januari sampai dengan 30 Januari," ujarnya.
Ia mengatakan, simulasi PTM ini dilakukan secara bertahap. Hal ini dilakukan untuk lebih membiasakan siswa dalam menerapkan protokol kesehatan COVID-19, sebagai langkah antisipasi penyebaran varian Omicron.
"Simulasi ini nanti akan dievaluasi untuk menentukan apakah NTB bisa melaksanakan PTM secara penuh. Evaluasi ini juga dilakukan untuk vaksinasi siswa," ujarnya.
Aidy Furqan menjelaskan, berdasarkan data jumlah siswa yang sudah divaksinasi tahap pertama di NTB mencapai 77-80 persen.
"Dari 10 kabupaten dan kota di NTB, persentase vaksinasi tertinggi itu Kota Mataram," ucapnya.
Untuk vaksinasi anak SD atau umur 6-12 tahun diserahkan sepenuhnya kepada dinas pendidikan kabupaten dan kota karena kewenangannya.
"Secara kewenangan untuk siswa SD itu diserahkan kepada kabupaten dan kota, namun secara koordinasi tetap dengan provinsi," ucapnya.
Menurutnya, vaksinasi untuk siswa SMA/SMK/SLB dan SD di NTB ditargetkan dapat dituntaskan hingga Januari 2022.
"Ketersediaan vaksin untuk anak sudah terpenuhi. Kami (dinas, red) bersama dinas kesehatan juga sudah keluarkan surat edaran vaksinasi untuk anak," katanya.
Ia melanjutkan, berdasarkan data Tahun 2021 terdapat tujuh kasus siswa di NTB yang terpapar COVID-19, namun tidak ditemukan penyebabnya melalui kluster sekolah, melainkan dari kluster keluarga dan perjalanan. Para siswa yang terpapar ada di Kota Mataram, Kota Bima, Kabupaten Bima dan Selong, Lombok Timur.
"Para siswa yang terpapar COVID-19 ini setelah ditelusuri tidak ada yang menularkan ke orang lain," katanya.