Bogor (ANTARA) - Tokoh Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Muzadi, menegaskan bahwa pengajaran di pondok-pondok pesantren tidak mengajari santrinya merakit bom atau pun aksi terorisme.

    

     "Pesantren merupakan institusi Islam yang selalu mengajarkan kedamaian. Dalam sejarahnya, pesantren tidak pernah mengajarkan kekerasan. Apalagi sampai mengajari santri merakit bom," kata Hasyim Muzadi di Bogor, Jawa Barat, Kamis.

     Pernyataan Hasyim Muzadi disampaikan dalam "stadium general" dengan tema "Peran Islam Moderat Bagi Ketahanan Bangsa dan NKRI."

     Kegiatan tersebut dihelat secara bersama oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Bogor, Pesantren Al-Ghazaly, dan Pemkot Bogor, yang dipusatkan di kompleks Al-Ghazaly, Kotaparis, Kota Bogor.

     Hasyim mengatakan, pesantren berdiri dan berkembang seiring dengan masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia. Pesantren sejak berdiri, sekitar enam abad silam, tidak pernah mengajarkan apalagi melakukan kekerasan.

     "Pesantren tidak pernah melakukan perlawanan apalagi tindak kekerasan. Kecuali pada zaman penjajahan, pesantren terlibat dalam gerakan mengusir penjajah. Sedangkan pada era sebelumnya dan sesudahnya, pesantren tidak pernah terlibat kekerasan fisik," kata Hasyim Muzadi.

     Menurut Hasyim, pesantren telah menjadi ciri khas budaya Islam Nusantara. Pesantren mewarisi cara-cara berdakwah yang dicontohkan para Wali Songo, dalam menyebarkan Islam di Indonesia.

     "Pesantren pewaris perjuangan Wali Songo dalam menyebarkan Islam secara damai. Pesantren tidak mengenal kekerasan, terorisme, apalagi perakitan bom," ujar Hasyim Myzadi yang juga Rais Syuriah PBNU.

     Oleh karena itu, pria yang juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal "International Conference on Islamic Scholars (ICIS)" itu mengaku kaget dan heran dengan fenomena dalam beberapa tahun terakhir, dimana sejumlah pesantren terlibat aksi terorisme dan kekerasan.

     "Baru tahun-tahun sekarang ini ada pesantren yang terlibat aksi terorisme, ada pesantren yang merakit bom dan menyerang aparat kepolisian dengan celurit. Dulu, fenomena ini tidak pernah ada," papar Hasyim.

     Hasyim mengakui adanya fenomena beberapa pesantren yang terlibat dalam aksi atau jaringan terorisme. Namun ia keberatan bila hal tersebut disamaratakan.

     "Jumlahnya hanya beberapa buah. Tidak mewakili populasi pesantren yang mencapai puluhan ribu buah. Jangan digeneralisir. Kalaupun ada yang melakukan kesalahan, itu oknum yan harus dikecualikan," demikian KH Hasyim Muzadi. (*)

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024