Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) berinovasi memberikan edukasi terkait bahaya kekerdilan pada anak (stunting) kepada remaja di Indonesia melalui penggunaan aplikasi Elsimil (Elektronik Siap Nikah dan Hamil).
“Untuk mencapai target penurunan angka prevalensi stunting menjadi 14 persen pada 2024, BKKBN terus melakukan berbagai upaya salah satunya melalui aplikasi Elsimil,” kata Koordinator Kelembagaan Direktorat Bina Ketahanan Remaja (Dithanrem) BKKBN Priyanti dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Priyanti menuturkan aplikasi Elsimil merupakan salah satu inovasi unggulan dari BKKBN yang bisa diunduh melalui playstore dan ditujukan kepada calon pengantin dan remaja supaya dapat lebih memahami pentingnya pencegahan stunting pada anak bangsa yang akan menjadi pemimpin di masa depan.
BKKBN melakukan sosialisasi dan edukasi melalui aplikasi tersebut kepada remaja selama sepekan penuh pada 1 hingga 7 Juni 2022 sebagai salah satu rangkaian kegiatan dalam menyambut Hari Keluarga Nasional ke-29 yang jatuh pada 29 Juni 2022.
Pihaknya menyasar para remaja karena di masa depan mereka menjadi calon pengantin dan calon orang tua anak sehingga diharapkan sejak usianya yang sekarang, mereka dapat memahami bahwa stunting dapat memberi dampak buruk bagi anak.
Baca juga: BKKBN targetkan 5.000 ibu hamil di NTB divaksinasi
Baca juga: BKKBN harapkan prevalensi penurunan stunting NTB capai 17,98 persen
Priyanti menjelaskan acara bertajuk Sepekan Elsimil akan dibagi menjadi tiga kegiatan utama. Pertama adalah kampanye melalui berbagai media yang digerakkan oleh Komunitas Genre Indonesia, kemudian oleh TPK (Tim Pendamping Keluarga) Beraksi dan TPK (Tim Pendamping Keluarga) Bercerita.
Pada hari pertama, acara dimulai dengan melakukan kampanye daring menggunakan twibbon dengan tema Kita Penting Indonesia. Baru pada hari kedua Elsimil akan diperkenalkan kepada remaja Indonesia melalui siaran langsung instagram.
“Kami juga mengedukasi bahwa Aplikasi Elsimil itu bukan menyatakan kalau misalnya tandanya merah bukan untuk menghentikan pernikahan atau menunda pernikahan, tapi menunda kehamilan anak pertama. Itu yang masih simpang siur,” kata Priyanti.
Pada hari ketiga BKKBN mengadakan kuis terkait masalah seputar stunting. Hari keempat dan ke lima peserta membuat video tentang keseharian gaya hidup sehat. Sedangkan pada hari keenam dan ketujuh peserta akan membuat meme jenaka tentang pencegahan stunting.
Dirinya berharap, lewat acara itu semua remaja dapat mengetahui bahwa stunting merupakan sebuah kondisi gagal pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak-anak akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu lama, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Sedangkan untuk angka prevalensi stunting bayi di Indonesia sendiri, sudah menyentuh 24,4 persen. Sayangnya, jumlah tersebut masih di atas standar yang direkomendasikan Badan Kesehatan Dunia (WHO) yakni di bawah 20 persen. “Oleh sebab itu, saya mengajak ayo unduh Aplikasi Elsimil dan mari kita cegah bayi-bayi stunting,” kata dia.