Praya, Lombok Tengah (ANTARA) - Petani garam di Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat mengalami penurunan hasil panen dampak curah hujan yang terjadi saat musim kemarau 2022.

"Juli ini petani garam telah mulai melakukan produksi, Namun dampak hujan tak menentu membuat hasil petani kita berkurang," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, M Kamrin di kantornya di Praya, Jumat. 

Para petani garam di wilayah Desa Bilelando dan Kidang, Kecamatan Praya Timur hanya mengandalkan sinar matahari, sehingga ketika terjadi hujan produksi garam berkurang. 

"Ini musim kemarau, tapi hujan masih terjadi," katanya. 

Ia mengatakan, dari luas 54 hektare lahan produksi garam di Lombok Tengah, pada tahun ini ditargetkan sekitar 2000 ton hasil produksi garam dampak curah hujan yang masih terjadi. Sedangkan pada 2021 lalu, produksi garam itu bisa mencapai 3000 ton dalam setahun. 

"Produksi garam tahun ini bakal menurun dampak hujan di musim kemarau," katanya. 

Ia mengatakan, hasil produksi petani garam saat ini hanya untuk memenuhi kebutuhan daerah, belum bisa memenuhi kebutuhan industri. Hal itu akibat dari keterbatasan lahan pertanian garam di Lombok Tengah. 

"Garam ini di produksi saat musim kemarau, kalau musim hujan dijadikan tambak udang oleh warga," katanya. 

Pengembangan lahan pertanian garam di Lombok Tengah belum bisa dilakukan, karena lokasi yang cocok untuk petani garam hanya di wilayah Kecamatan Praya Timur. Sedangkan di wilayah Kabupaten Lombok Tengah lainnya tidak cocok. 

"Desa lain tidak bisa dijadikan lokasi pertanian garam," katanya. 

 

Pewarta : Akhyar Rosidi
Editor : Riza Fahriza
Copyright © ANTARA 2024