Mataram, 30/3 (ANTARA) - Polda Nusa Tenggara Barat menerjunkan tim investigasi sehubungan tertembaknya Khairudin, seorang mahasiswa pengunjuk rasa menolak kebijakan pemerintah menaikan harga bahan bakar minyak, di jalan akses Bandara Sultan Salahuddin, Kabupaten Bima, Kamis (29/3) siang.

     "Tim investigasi dari Propam Polda NTB sedang investigasi di lapangan, guna memastikan sumber peluru dan jenisnya, serta ada tidaknya indikasi pelangggaran dalam penanganan unjuk rasa itu," kata Kabid Humas Polda Nusa Tenggara Barat (NTB) AKBP Sukarman Husein, di Mataram, Jumat.

     Sukarman mengatakan, investigasi itu diperlukan untuk memperjelas permasalahannya, karena tidak ada seorang pun aparat polri dan TNI yang mengaku telah mengeluarkan tembakan hingga mengenai mahasiswa itu.

     Hasil investigasi itu akan menjadi bahan pertimbangan pimpinan dalam menyikapi insiden penembakan yang mengenai paha kanan hingga menembus paha kiri itu.

     "Informasi awal menyebutkan mahasiswa itu menderita luka robek di lengan kanan, dan luka robek di paha kanan dan kiri. Kalau luka di lengan diduga akibat benda tajam, tetapi luka di paha bisa karena peluru," ujarnya.

     Hanya saja, peluru yang menembus paha mahasiswa Semester VI Universitas Taman Siswa, Bima, itu belum bisa dipastikan jenis peluru tajam atau peluru karet, sehingga perlu dilakukan investigasi oleh pihak berwenang.

     Hingga kini, korban tertembak peluru itu masih menjalani perawatan di RSUD Bima. Ia terkena tembakan peluru aparat ketika bersama sekitar 400 orang mahasiswa dan warga berunjuk rasa menolak kebijakan pemerintah menaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

     Versi polisi, unjuk rasa itu telah berindikasi tindakan anarkis berupa aksi blokade ruas jalan nasional, yang merupakan satu-satunya jalan akses ke Bandara Sultan Salahuddin, dari Kota dan Kabupaten Bima.

     Bahkan, ruas jalan itu merupakan satu-satunya jalan akses ke kabupaten lain di Pulau Sumbawa, NTB.

     Ratusan massa aksi itu, bersikeras hendak berunjuk rasa di kawasan bandara, namun polisi yang dibantu satuan TNI berupaya menghadang pergerakan mahasiswa hingga mencuat aksi blokade jalan.

     Sempat terjadi aksi pelemparan batu dari arah kerumunan mahasiswa, sehingga polisi menembakkan gas air mata, hingga tembakan mengenai sasaran, dan seorang pengunjuk rasa terkena hingga roboh di jalan, meski nyawanya masih dapat diselamatkan.

     Sedangkan versi pengunjuk rasa, sebagaimana diceritakan Adi Supriyadi selaku koordinator aksi, yang dihubungi dari Mataram, bentrokan terjadi saat polisi yang dibantu aparat TNI berupaya membubarkan paksa massa aksi yang memblokade jalan yang dilakukan sejak pagi.

     Menurut Adi, massa memang terprovokasi hingga terjadi aksi saling lempar batu. Ia mengakui lemparan pertama berasal dari arah barisan mahasiswa.

     Polisi lalu merangsek ke arah massa, sehingga aksi saling pukul tak terhindarkan. Saat itu, sepuluh mahasiswa yang ditengarai memprovokasi aksi ditangkap aparat, namun kemudian dilepas setelah dimintai keterangan.

     Selanjutnya, perlawanan massa makin menjadi-jadi ketika mengetahui sepuluh teman mereka ditangkap. Mereka berupaya membebaskan teman mereka, sehingga bentrok memanas.

     Polisi kemudian membalas dengan menembakkan gas air mata ke arah massa aksi. Mahasiswa berhamburan, kocar kacir berlarian mundur menuju jembatan Padolo, 300 meter arah timur Bandara Salahuddin.

     Saat mundur ke jembatan Padolo itulah, Khairuddin tiba-tiba terjatuh bersimbah darah, setelah terkena tembakan di paha kiri. Peluru juga melukai lengan kanannnya, sehingga ia dilarikan Puskesmas Kecamatan Bolo kemudian dirujuk ke RSU Bima. (*)

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024