Tangerang (ANTARA) - Sebanyak lima ribu pengusaha tahu-tempe di Tangerang, Banten, akan melakukan aksi mogok beroperasi mulai Rabu, 25 Juli (besok) karena melonjaknya harga kedelai di pasaran dalam negeri.
"Mulai besok hingga tiga hari ke depan, kita akan berhenti beroperasi memproduksi tahu tempe," kata Ketua Umum Koperasi Tahu Tempe Tangerang, Asep Hidayat dihubungi, di Tangerang, Selasa.
Dikatakannya, harga kedelai kini mencapai Rp8 ribu per kilogram. Padahal, tiga minggu sebelum puasa, harga kedelai hanya mencapai Rp6 ribu per kilogram. Artinya kenaikan kedelai mencapai 30 persen.
Oleh karena itu, pihaknya meminta kepada pemerintah untuk mengatasi kenaikan harga kedelai tersebut.
Sebab, bila pengusaha tahu tempe harus membeli kedelai dengan harga saat ini, maka bukan keuntungan yang diperoleh melainkan kerugian.
"Bisa-bisa nantinya pengusaha kedelai gulung tikar karena bukannya untung tetapi rugi sebab modal tidak balik," katanya.
Asep menuturkan, pemerintah mestinya tidak hanya sekedar melakukan pengawasan terhadap bahan sembako tetapi juga lainnya seperi kedelai.
Sebab, tahu tempe merupakan makanan utama seluruh lapisan masyarakat dan memiliki manfaat yang sangat baik untuk kesehatan.
"Tahu tempe memiliki kandungan gizi yang baik. Bila pasokannya kurang maka akan berdampak juga pada kesehatan masyarakat," katanya.
Sebelumnya, pengusaha tahu tempe pun melakukan hal serupa yakni mogok beroperasi karena kenaikan harga kedelai dari Rp5 ribu per kg menjadi Rp6.700 per kg.
"Sebenarnya kami merasa berat untuk berhenti beroperasi namun karena harganya sangat tinggi, kami pun tidak ingin rugi walaupun warga akan mencarinya," katanya. (*)
"Mulai besok hingga tiga hari ke depan, kita akan berhenti beroperasi memproduksi tahu tempe," kata Ketua Umum Koperasi Tahu Tempe Tangerang, Asep Hidayat dihubungi, di Tangerang, Selasa.
Dikatakannya, harga kedelai kini mencapai Rp8 ribu per kilogram. Padahal, tiga minggu sebelum puasa, harga kedelai hanya mencapai Rp6 ribu per kilogram. Artinya kenaikan kedelai mencapai 30 persen.
Oleh karena itu, pihaknya meminta kepada pemerintah untuk mengatasi kenaikan harga kedelai tersebut.
Sebab, bila pengusaha tahu tempe harus membeli kedelai dengan harga saat ini, maka bukan keuntungan yang diperoleh melainkan kerugian.
"Bisa-bisa nantinya pengusaha kedelai gulung tikar karena bukannya untung tetapi rugi sebab modal tidak balik," katanya.
Asep menuturkan, pemerintah mestinya tidak hanya sekedar melakukan pengawasan terhadap bahan sembako tetapi juga lainnya seperi kedelai.
Sebab, tahu tempe merupakan makanan utama seluruh lapisan masyarakat dan memiliki manfaat yang sangat baik untuk kesehatan.
"Tahu tempe memiliki kandungan gizi yang baik. Bila pasokannya kurang maka akan berdampak juga pada kesehatan masyarakat," katanya.
Sebelumnya, pengusaha tahu tempe pun melakukan hal serupa yakni mogok beroperasi karena kenaikan harga kedelai dari Rp5 ribu per kg menjadi Rp6.700 per kg.
"Sebenarnya kami merasa berat untuk berhenti beroperasi namun karena harganya sangat tinggi, kami pun tidak ingin rugi walaupun warga akan mencarinya," katanya. (*)