Bogor, 17/11 (ANTARA) - Kandidat Rektor Institut Pertanian Bogor Prof Muhammad Zairin Junior menyatakan bahwa, keberhasilan mengelola Program Diploma menjadi unit mandiri merupakan modal dasar bagi dirinya dapat memimpin IPB.
"Kami sudah punya pengalaman memimpin 6.000 mahasiswa dari 18 program keahlian yang ada, sehingga dengan manajerial itu sudah biasa mengatur orang dan sistem dalam jumlah yang besar," katanya di Bogor, Jawa Barat, Sabtu.
Diwawancarai ANTARA terkait kesiapannya memimpin IPB dari tiga orang kandidat yang tersaring sebelum penetapan oleh Majelis Wali Amanat (MWA), ia kembali menegaskan bahwa sudah ada modal dasar yang cukup untuk memimpin IPB.
Proses pemilihan Rektor IPB masa bakti 2012-2017 telah masuk dalam tahap penetapan oleh, dari tiga calon terpilih yakni Dr Asep Saefudin, Prof Herry Suhardiyanto (Rektor petahana), dan Prof Zairin Junior.
Penetapan Rektor IPB yang ditetapkan melalui sidang pleno MWA IPB mestinya dilaksanakan pada Senin (19/11).
Tetapi, Ketua MWA IPB Prof M.A. Chozin menyatakan jadwal itu diundur antara 28-29 November, disebabkan Mendikbud Muhammad Nuh berhalangan hadir pada jadwal pemilihan yang ditetapkan, karena mendapat tugas dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mendampingi kunjungan Ratu Thailand yang sedang berkunjung ke Indonesia.
Dalam pemilihan rektor oleh MWA, Mendikbud sebagai salah satu anggota memiliki suara terbesar 35 persen.
Sedangkan sisa suara dibagi rata kepada 19 anggota MWA lainnya, dan rektor petahana sebagai anggota MWA "ex-officio" tidak memiliki hak suara.
Muhammad Zairin Junior, Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB yang kini menjabat Direktur Program Diploma IPB itu menambahkan bahwa pada intinya tidak ada perbedaan mendasar memimpin unit diploma maupun non-diploma, dalam hal ini untuk program S1, S2 dan S3.
"Jadi, lebih pada pengalaman manajerialnya saja, yang perlu diterapkan," katanya.
Dari perspektif itu, dirinya ingin lebih menunjukkan pada rentang kepemimpinan, yakni diploma cukup luas.
Misalnya, kata dia, pengalaman mengatur SDM mahasiswa dalam jumlah besar, tugas perbantuan lintas fakultas,
"Kita bukan hanya mengatur 200-an orang, tapi membina mahasiswa 6.000 orang," katanya.
Kembali ke "basic"
Sementara itu, menjawab pertanyaan mengenai masih adanya kritik atas peran IPB pada sektor pertanian, ia menegaskan akan melakukan yang disebutnya "kembali ke 'basic'".
"Artinya, akan fokus ke pertanian, yang ditunjang ilmu lain. Itu esensinya, jadi sederhana saja," kata doktor lulusan Ilmu Fisiologi Reproduksi dan Endokrinologi Hewan Air dari The University of Tokyo, Jepang itu.
Ia melihat adanya kritik itu sebagai hal yang biasa saja.
"Kritik itu, salah satunya karena (ada penilaian kepada IPB) kurang dekat dengan pertanian," katanya dan menegaskan bahwa yang akan dibenahi adalah fokus kepada pertanian.
Saat ditanya apakah selama ini kondisi tidak fokus itu terjadi, ia menjawab, "Sudah, tapi kurang fokus, sehingga akan kita kembalikan," katanya.
Mengenai sorotan lain, yakni terkait alumni IPB yang tidak bekerja pada bidang pertanian, ia melihat hal itu juga dipengaruhi faktor eksternal.
"Jadi, itu 'kan kondisi yang bukan ditentukan oleh kita (secara internal) saja, melainkan eksternal," katanya.
Karena itulah, kata dia, tugas IPB adalah mencetak lulusan yang kompeten di bidang pertanian.
"Makanya kita cetak yang kompeten, sehingga bisa (mendapatkan kesejahteraan) setara dengan perusahaan lain, misalkan dibandingkan bank, padahal alumni-alumni kita sudah didik dengan logik," katanya.
Meski begitu, ia melihat bahwa pada beberapa bidang, seperti pada perusahaan perkebunan sudah bisa lebih bisa bersaing dibandingkan bank.
Namun, katanya, ada pula perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang perikanan masih lebih rendah.
"Jadi, jika mereka dapat tawaran lebih bagus di pertanian, tentu akan lebih banyak bekerja di bidang kompetensinya," demikian Muhammad Zairin Junior. (*)
"Kami sudah punya pengalaman memimpin 6.000 mahasiswa dari 18 program keahlian yang ada, sehingga dengan manajerial itu sudah biasa mengatur orang dan sistem dalam jumlah yang besar," katanya di Bogor, Jawa Barat, Sabtu.
Diwawancarai ANTARA terkait kesiapannya memimpin IPB dari tiga orang kandidat yang tersaring sebelum penetapan oleh Majelis Wali Amanat (MWA), ia kembali menegaskan bahwa sudah ada modal dasar yang cukup untuk memimpin IPB.
Proses pemilihan Rektor IPB masa bakti 2012-2017 telah masuk dalam tahap penetapan oleh, dari tiga calon terpilih yakni Dr Asep Saefudin, Prof Herry Suhardiyanto (Rektor petahana), dan Prof Zairin Junior.
Penetapan Rektor IPB yang ditetapkan melalui sidang pleno MWA IPB mestinya dilaksanakan pada Senin (19/11).
Tetapi, Ketua MWA IPB Prof M.A. Chozin menyatakan jadwal itu diundur antara 28-29 November, disebabkan Mendikbud Muhammad Nuh berhalangan hadir pada jadwal pemilihan yang ditetapkan, karena mendapat tugas dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mendampingi kunjungan Ratu Thailand yang sedang berkunjung ke Indonesia.
Dalam pemilihan rektor oleh MWA, Mendikbud sebagai salah satu anggota memiliki suara terbesar 35 persen.
Sedangkan sisa suara dibagi rata kepada 19 anggota MWA lainnya, dan rektor petahana sebagai anggota MWA "ex-officio" tidak memiliki hak suara.
Muhammad Zairin Junior, Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB yang kini menjabat Direktur Program Diploma IPB itu menambahkan bahwa pada intinya tidak ada perbedaan mendasar memimpin unit diploma maupun non-diploma, dalam hal ini untuk program S1, S2 dan S3.
"Jadi, lebih pada pengalaman manajerialnya saja, yang perlu diterapkan," katanya.
Dari perspektif itu, dirinya ingin lebih menunjukkan pada rentang kepemimpinan, yakni diploma cukup luas.
Misalnya, kata dia, pengalaman mengatur SDM mahasiswa dalam jumlah besar, tugas perbantuan lintas fakultas,
"Kita bukan hanya mengatur 200-an orang, tapi membina mahasiswa 6.000 orang," katanya.
Kembali ke "basic"
Sementara itu, menjawab pertanyaan mengenai masih adanya kritik atas peran IPB pada sektor pertanian, ia menegaskan akan melakukan yang disebutnya "kembali ke 'basic'".
"Artinya, akan fokus ke pertanian, yang ditunjang ilmu lain. Itu esensinya, jadi sederhana saja," kata doktor lulusan Ilmu Fisiologi Reproduksi dan Endokrinologi Hewan Air dari The University of Tokyo, Jepang itu.
Ia melihat adanya kritik itu sebagai hal yang biasa saja.
"Kritik itu, salah satunya karena (ada penilaian kepada IPB) kurang dekat dengan pertanian," katanya dan menegaskan bahwa yang akan dibenahi adalah fokus kepada pertanian.
Saat ditanya apakah selama ini kondisi tidak fokus itu terjadi, ia menjawab, "Sudah, tapi kurang fokus, sehingga akan kita kembalikan," katanya.
Mengenai sorotan lain, yakni terkait alumni IPB yang tidak bekerja pada bidang pertanian, ia melihat hal itu juga dipengaruhi faktor eksternal.
"Jadi, itu 'kan kondisi yang bukan ditentukan oleh kita (secara internal) saja, melainkan eksternal," katanya.
Karena itulah, kata dia, tugas IPB adalah mencetak lulusan yang kompeten di bidang pertanian.
"Makanya kita cetak yang kompeten, sehingga bisa (mendapatkan kesejahteraan) setara dengan perusahaan lain, misalkan dibandingkan bank, padahal alumni-alumni kita sudah didik dengan logik," katanya.
Meski begitu, ia melihat bahwa pada beberapa bidang, seperti pada perusahaan perkebunan sudah bisa lebih bisa bersaing dibandingkan bank.
Namun, katanya, ada pula perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang perikanan masih lebih rendah.
"Jadi, jika mereka dapat tawaran lebih bagus di pertanian, tentu akan lebih banyak bekerja di bidang kompetensinya," demikian Muhammad Zairin Junior. (*)