Semarang (ANTARA) - Hetero for Startup (HFS), gerakan pemberdayaan kewirausahaan, menargetkan bisa menjaring sebanyak 2.000 tim untuk mengikuti sesi ketiga program tersebut yang digelar pada tahun ini. Jika pada sesi pertama hanya menyasar Jawa Tengah, HFS sesi ketiga menyasar tujuh daerah yang menjadi "local partner", yakni Surakarta, Bandung, Malang, Balikpapan, NTB, Lampung, dan Makassar.
"Targetnya 2.000 peserta dari tujuh kota," kata Ketua Pelaksana HFS Season 3 Agung Pambudi saat peluncuran HFS Season 3, di Semarang, Jawa Tengah (Jateng), Selasa. Agung juga menjelaskan perbedaan HFS sesi ketiga dengan dua sesi sebelumnya, yakni saat ini formatnya adalah gerakan pemberdayaan kewirausahaan dan tidak ada kurasi di tahap awal.
"Kalau sesi 1 dan 2 formatnya kan kompetisi bisnis. Peserta sampein proposal kemudian dikurasi, ketemu 40 besar dikurasi lagi jadi 20 (tim). Terus ketemu juara satu, dua, dan tiga," katanya pula. Pada sesi ketiga, kata dia, format semacam itu diganti dan tidak ada kurasi di awal, sehingga seluruh pendaftar akan mengikuti program, seperti workshop, assesment, dan pelatihan selama dua bulan.
"Programnya dibagi dua tahapan, yakni lokal sama nasional. Yang dipilih (ke nasional, Red.) bukan lagi proposal bisnis, tetapi berdasarkan performa bisnis di aktivasi lokal selama kegiatan," katanya lagi.
Dari 2.000 tim, disaring selama dua bulan berdasarkan performa. Kemudian dipilih 100 tim yang memiliki komitmen, dan untuk kegiatan yang nasional akan dipilih lima tim dari masing-masing "local partner". "Jadi, nanti total ada 35 tim yang ikut tahapan nasional. Tahun ini kami mencari fokus bisnis-bisnis yang punya 'impact' sosial dan lingkungan," kata Agung.
Baca juga: Kemenkop UKM kejar target rasio kewirausahaan lewat PT
Baca juga: Menkop UKM jembatani start up bertemu investor lewat EFF 2022
Dari hasil survei yang dilakukan kepada alumni HFS sesi 1 dan 2, kata Agung lagi, ternyata 100 persen atau 60 usaha masih berjalan meskipun ada yang harus melakukan penyesuaian saat kondisi COVID-19.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo sebagai penginisiasi gerakan itu menjelaskan ide awalnya adalah bagaimana memfasilitasi kesulitan-kesulitan usaha di satu forum, dan mencoba menjawab berbagai permasalahan kewirausahaan. "Saya dulu bicaranya Jateng. Tapi ada yang lupa bahwa satu kejadian di Jateng bisa dibaca di mana pun dengan alat ini (ponsel) karena dunia digital. Kita aksi lokal tapi dampaknya bisa global," katanya pula.
"Targetnya 2.000 peserta dari tujuh kota," kata Ketua Pelaksana HFS Season 3 Agung Pambudi saat peluncuran HFS Season 3, di Semarang, Jawa Tengah (Jateng), Selasa. Agung juga menjelaskan perbedaan HFS sesi ketiga dengan dua sesi sebelumnya, yakni saat ini formatnya adalah gerakan pemberdayaan kewirausahaan dan tidak ada kurasi di tahap awal.
"Kalau sesi 1 dan 2 formatnya kan kompetisi bisnis. Peserta sampein proposal kemudian dikurasi, ketemu 40 besar dikurasi lagi jadi 20 (tim). Terus ketemu juara satu, dua, dan tiga," katanya pula. Pada sesi ketiga, kata dia, format semacam itu diganti dan tidak ada kurasi di awal, sehingga seluruh pendaftar akan mengikuti program, seperti workshop, assesment, dan pelatihan selama dua bulan.
"Programnya dibagi dua tahapan, yakni lokal sama nasional. Yang dipilih (ke nasional, Red.) bukan lagi proposal bisnis, tetapi berdasarkan performa bisnis di aktivasi lokal selama kegiatan," katanya lagi.
Dari 2.000 tim, disaring selama dua bulan berdasarkan performa. Kemudian dipilih 100 tim yang memiliki komitmen, dan untuk kegiatan yang nasional akan dipilih lima tim dari masing-masing "local partner". "Jadi, nanti total ada 35 tim yang ikut tahapan nasional. Tahun ini kami mencari fokus bisnis-bisnis yang punya 'impact' sosial dan lingkungan," kata Agung.
Baca juga: Kemenkop UKM kejar target rasio kewirausahaan lewat PT
Baca juga: Menkop UKM jembatani start up bertemu investor lewat EFF 2022
Dari hasil survei yang dilakukan kepada alumni HFS sesi 1 dan 2, kata Agung lagi, ternyata 100 persen atau 60 usaha masih berjalan meskipun ada yang harus melakukan penyesuaian saat kondisi COVID-19.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo sebagai penginisiasi gerakan itu menjelaskan ide awalnya adalah bagaimana memfasilitasi kesulitan-kesulitan usaha di satu forum, dan mencoba menjawab berbagai permasalahan kewirausahaan. "Saya dulu bicaranya Jateng. Tapi ada yang lupa bahwa satu kejadian di Jateng bisa dibaca di mana pun dengan alat ini (ponsel) karena dunia digital. Kita aksi lokal tapi dampaknya bisa global," katanya pula.